Indeks Tidak Terimbas Krisis Dubai - Kasus krisis Dubai yang diakibatkan gagal bayar proyek megaproperti Dubai World di Dubai, ibukota Uni Emirat Arab (UEA) yang sempat menguncang bursa di Asia, tidak akan berpengaruh dan membawa ekses negatif pada pasar modal Indonesia.
Para analis meyakini modal asing yang masuk melalui fund manager dalam bentuk hot money masih akan tetap masuk ke Indonesia karena bursa Indonesia dinilai masih menjanjikan keuntungan cukup tinggi bagi pemilik modal besar.
Kurs rupiah di pasar valuta asing (Valas), dalam pekan ini juga diyakini akan relatif stabil di kisran Rp 9500 per dolar AS.
Pada perdagangan Kamis pekan lalu, indeks di Bursa Efek Indonesia, (BEI) ditutup menurun tajam sebesar 68,009 poin atau setara dengan 2,76 persen ke level 2.393,519. Indeks di bursa Asia juga melemah. Indeks Nikkei 255 di Jepang melemah 58,4 poin atau setara 0,62 persen ke posisi 9.383,24. Begitu juga indeks bursa saham di Korea, indeks Seoul Composite turun 12,36 poin ke level 1.599,52.
Indeks Hang Seng di Hongkong juga merosot tajam 401,39 poin ke posisi 22.210,41 yang kemudian juga diikuti kemerosotan indeks Shanghai Composite diChina yang terkoreksi 119,18 poin ke posisi 3.170,98.
Menurut David, penurunan IHSG pekan lalu hanya sebagai bentuk sentimen negatif pasar karena terjadinya libur panjang di pasar modal Indonesia oleh perayaan Hari Raya Idul Adha. Sementara, kalau kasus gagal bayar Dubai World sudah lama terdeteksi oleh para pelaku pasar. "Jadi, saya melihat penurunan indeks) lebih karena sentimen negatif karena libur panjang, sementara di sisi lain muncul berita kasus gagal bayar Dubai World,"jelasnya.
Hal senada diungkapkan ekonom Sustainable Development Indonesia (SDI) Dradjad H Wibowo. Menurut Drajad, dana asing tetap akan mengalir masuk ke Indonesia. Hanya, dana tersebut sifatnya hanyajangka pendek atau hot money.
"Imbal hasil surat utang negara masih relatif tinggi dibanding negara lain, ini yang membuatinvestor asing tertarik menginvestasikan dananya di Indonesia lewat berbagai instrumen," Dradjad memberi alasan.
Namun, anggota Komisi XI DPR RI ini juga mengingatkan pemerintah agar tetap berhati-hati dan mewaspadai tren hot money ini. "Pemerintah perlu hati-hati karena dana asing seperti itu sifatnya hanya (parkir) sementara. Hot money dalam jumlah besar bisa menguncang ekonomi bila tiba-tiba ditarik (keluar)," jelas Drajad.
Para analis meyakini modal asing yang masuk melalui fund manager dalam bentuk hot money masih akan tetap masuk ke Indonesia karena bursa Indonesia dinilai masih menjanjikan keuntungan cukup tinggi bagi pemilik modal besar.
Kurs rupiah di pasar valuta asing (Valas), dalam pekan ini juga diyakini akan relatif stabil di kisran Rp 9500 per dolar AS.
Pada perdagangan Kamis pekan lalu, indeks di Bursa Efek Indonesia, (BEI) ditutup menurun tajam sebesar 68,009 poin atau setara dengan 2,76 persen ke level 2.393,519. Indeks di bursa Asia juga melemah. Indeks Nikkei 255 di Jepang melemah 58,4 poin atau setara 0,62 persen ke posisi 9.383,24. Begitu juga indeks bursa saham di Korea, indeks Seoul Composite turun 12,36 poin ke level 1.599,52.
Indeks Hang Seng di Hongkong juga merosot tajam 401,39 poin ke posisi 22.210,41 yang kemudian juga diikuti kemerosotan indeks Shanghai Composite diChina yang terkoreksi 119,18 poin ke posisi 3.170,98.
Menurut David, penurunan IHSG pekan lalu hanya sebagai bentuk sentimen negatif pasar karena terjadinya libur panjang di pasar modal Indonesia oleh perayaan Hari Raya Idul Adha. Sementara, kalau kasus gagal bayar Dubai World sudah lama terdeteksi oleh para pelaku pasar. "Jadi, saya melihat penurunan indeks) lebih karena sentimen negatif karena libur panjang, sementara di sisi lain muncul berita kasus gagal bayar Dubai World,"jelasnya.
Hal senada diungkapkan ekonom Sustainable Development Indonesia (SDI) Dradjad H Wibowo. Menurut Drajad, dana asing tetap akan mengalir masuk ke Indonesia. Hanya, dana tersebut sifatnya hanyajangka pendek atau hot money.
"Imbal hasil surat utang negara masih relatif tinggi dibanding negara lain, ini yang membuatinvestor asing tertarik menginvestasikan dananya di Indonesia lewat berbagai instrumen," Dradjad memberi alasan.
Namun, anggota Komisi XI DPR RI ini juga mengingatkan pemerintah agar tetap berhati-hati dan mewaspadai tren hot money ini. "Pemerintah perlu hati-hati karena dana asing seperti itu sifatnya hanya (parkir) sementara. Hot money dalam jumlah besar bisa menguncang ekonomi bila tiba-tiba ditarik (keluar)," jelas Drajad.
0 komentar :
Posting Komentar