18 Februari 2009

Menkes: Ponari Kok Dilarang

Fenomena dukun cilik Ponari asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, kec. Megaluh, Jombang, akhirnya mengundang juga perhatian Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadillah Supari.

Menkes mengatakan, pengobatan ala Ponari tidak bisa diatasi dengan cara-cara rasional seperti pelarangan praktik. Karena, menurut Menkes yang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah itu, fenomena Ponari ini menyangkut kepercayaan masyarakat terhadap suatu keajaiban dan itu tidak bisa dirasionalkan. Penyelesaian masalah ini hanya menunggu waktu saja.

Menkes juga membantah bahwa berduyun-duyunnya masyarakat ke tempat praktik Ponari mencerminkan buruknya layanan kesehatan dari pemerintah terhadap masyarakat.

“Ini tidak bisa diatur. Itu akan hilang dengan sendirinya seiring dengan waktu. Kalau nanti masyarakat sudah tahu bahwa mereka tidak sembuh, lama-lama pasti akan berhenti praktik itu. Kita lihat saja nanti,” kata Fadillah saat dihubungi Surya, Senin (16/2) malam.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah khususnya departemen kesehatan (Depkes) tidak bisa berbuat banyak. Sebab, kebijakan rasional pemerintah tidak akan bisa berpengaruh untuk mengubah kalau kepercayana masyarakat terhadap pengobatan ala Ponari masih kuat.

Menurut Fadillah, yang lebih dituntut perannya dalam hal ini justru kalangan ulama, guna menyadarkan bahwa kepercayaan berlebihan pada kesembuhan karena Ponari bisa berbau syirik.

Fadillah juga membantah jika fenomena Ponari ini berhubungan dengan kurang teraksesnya layanan kesehatan pemerintah oleh masyarakat, khususnya di wilayah Jawa Timur. Pasalnya, lanjut Fadillah, mereka yang datang ke Ponari itu bukan orang-orang miskin. Malah orang-orang kaya yang punya mobil-mobil bagus, yang pergi berobat ke luar negeri juga datang ke Ponari.

“Fenomena Ponari tidak ada hubungannya tidak mahal dan murahnya biaya kesehatan. Jadi bukan masalah kurangnya layanan kesehatan, tapi itu fenomena sosial di mana ada sekelompok orang-orang yang ingin suatu keajaiban di dalam hidupnya,” terangnya. Menurut Menkes, praktek pengobatan yang dilakukan Ponari tidak bisa digolongkan dalam pengobatan tradisional, jadi tidak perlu dimintakan izin resmi.

Fadillah juga mengaku tidak perlu membuat semacam kebijakan khusus untuk mengatur masalah ini.

“Yang pernting dari Satpol PP mengaturnya,” katanya. Apakah Menkes percaya dengan praktek Ponari ini. “Wallahua’lam,” kata menkes. Menurut Fadillah, keajaiban selalu ada tapi apakah Ponari itu ajaib atau tidak, Fadillah tidak bisa mengatakan.

“Karena saya tidak bertemu sendiri. Saya tidak berhak mengatakan itu salah atau itu benar,” ucap Siti Fadillah. (surya.co.id)

1 komentar :

Blog Watcher mengatakan...

DI TENGAH BURUK DAN MAHALNYA BIAYA KESEHATAN

Ketika pelayanan kesehatan buruk dan tak kunjung menyembuhkan luka yang dalam, hanya mendung yang menemani pilu dan getir ini, aku hanya bisa parah bersujud di langit-langit pengharapan.

Hari-hari aku lewati terasa bagai malam tak berkesudahan tanpa adanya suatu kesembuhan. Sementara, mahalnya biaya kesehatan semakin menekan dan menghimpit kehidupanku. Aku hanya bisa terbaring lemas di bawah bayang di tengah terik matahari.

Berhari-hari, hingga berminggu-minggu aku menderita sakit, berbagai obat kugunakan, namun tiada satupun yang membawa kesembuhan. Aku meraung-raung kesakitan. Hingga akhirnya dewata mengilhamkan kepadaku, Ku dengar sayup-sayup suara-Nya bahwa hanya batu bertuahlah yang sanggup mengobati lukaku.

Karena di dorong oleh rasa ingin mendapatkan kesembuhan, walaupun di luar akal sehat, bergegas aku mematuhi, menuju tempat itu…………………

………………………..

………………………..

Itulah kisah malang hidupku, bermunajat mendapat kesembuhan di tengah buruknya pelayanan kesehatan dan mahalnya ongkos pengobatan.

SUMBER:http://asyiknyaduniakita.blogspot.com/

Tulisan Terkait: