Seorang mahasiswa Jurusan Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB Dwi Yanto (22) meninggal dunia saat mengikuti kegiatan luar kampus, sejenis orientasi di Kampung Gunung Batu Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Mahasiswa asal Bekasi itu menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan menuju RS Boromeus Bandung pada Minggu 8 Februari dinihari sekitar pukul 03.00 WIB. Namun pihak kampus ITB baru mendapat laporan duka itu pada Minggu pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Kegiatan luar kampus yang digelar para mahasiswa itu sendiri berlangsung sejak Sabtu 7 Februari lalu.
Jenazah Dwi telah dibawa pulang oleh keluarganya ke Bekasi. Suasana duka terlihat di kampus Ganeca" itu. 2 Karangan bunga tersimpan di salah satu sudut kampus.
Kasus kematian Dwi masih dalam penyelidikan aparat Kepolisian dari Polres Ciamahi. Kapolres Cimahi AKBP Purwolelono membenarkan kematian mahasiswa ITB itu, dan prosesnya masih dalam penyelidikan petugas.
"Menurut laporan, korban meninggal dunia saat mengikuti kegiatan luar kampus. Kami masih menyelidiki perizinannya. Dan itu ternyata ada tembusan dari pihak kampus," kata Purwolelono.
Peristiwa meninggalnya Dwi berawal dari kegiatan yang digelar oleh mahasiswa jurusan Geodesi sejak Sabtu lalu yang diikuti oleh sekitar 80 mahasiswa. Namun peristiwa nahas itu terjadi pada Minggu dinihari, korban dibawa oleh panitia kegiatan itu ke RS Boromeus Bandung. Namun nyawanya tidak tertolong.
Kejadian itu dilaporkan oleh kepada Polsek Coblong yang membenarkan laporan itu. Karena lokasi kegiatan itu di wilayah Lembang Kabupaten Bandung Barat, maka laporan diteruskan ke Polresta Cimahi.
Polres Cimahi langsung melakukan pertemuan dengan pihak ITB, untuk memperoleh keterangan lebih lanjut mengenai kegiatan itu. Namun belum ada keterangan berapa mahasiswa yang dimintai keterangan terkait kejadian itu.
Purwolelono menyebutkan, pihak kepolisian tidak menerima permohonan izin kegiatan itu. Namun petugas memperoleh selembar surat izin yang ditujukan kepada Kepala Desa Pagerwangi. Hingga saat ini petugas masih melakukan penyelidikan terkait kasus kematian mahasiswa itu.
Sementara itu pihak ITB akan melakukan pengusutan secara internal untuk mengetahui latar belakang kegiatan tersebut. Wakil Rektor Komunikasi Internal ITB Sugiarto membantah kegiatan itu disebut ospek, karena kegiatan itu telah dihapus sejak 2005 lalu. Gantinya dilakukan dalam bentuk kegiatan-kegiatan kepemimpinan. (inilah.com)
Mahasiswa asal Bekasi itu menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan menuju RS Boromeus Bandung pada Minggu 8 Februari dinihari sekitar pukul 03.00 WIB. Namun pihak kampus ITB baru mendapat laporan duka itu pada Minggu pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Kegiatan luar kampus yang digelar para mahasiswa itu sendiri berlangsung sejak Sabtu 7 Februari lalu.
Jenazah Dwi telah dibawa pulang oleh keluarganya ke Bekasi. Suasana duka terlihat di kampus Ganeca" itu. 2 Karangan bunga tersimpan di salah satu sudut kampus.
Kasus kematian Dwi masih dalam penyelidikan aparat Kepolisian dari Polres Ciamahi. Kapolres Cimahi AKBP Purwolelono membenarkan kematian mahasiswa ITB itu, dan prosesnya masih dalam penyelidikan petugas.
"Menurut laporan, korban meninggal dunia saat mengikuti kegiatan luar kampus. Kami masih menyelidiki perizinannya. Dan itu ternyata ada tembusan dari pihak kampus," kata Purwolelono.
Peristiwa meninggalnya Dwi berawal dari kegiatan yang digelar oleh mahasiswa jurusan Geodesi sejak Sabtu lalu yang diikuti oleh sekitar 80 mahasiswa. Namun peristiwa nahas itu terjadi pada Minggu dinihari, korban dibawa oleh panitia kegiatan itu ke RS Boromeus Bandung. Namun nyawanya tidak tertolong.
Kejadian itu dilaporkan oleh kepada Polsek Coblong yang membenarkan laporan itu. Karena lokasi kegiatan itu di wilayah Lembang Kabupaten Bandung Barat, maka laporan diteruskan ke Polresta Cimahi.
Polres Cimahi langsung melakukan pertemuan dengan pihak ITB, untuk memperoleh keterangan lebih lanjut mengenai kegiatan itu. Namun belum ada keterangan berapa mahasiswa yang dimintai keterangan terkait kejadian itu.
Purwolelono menyebutkan, pihak kepolisian tidak menerima permohonan izin kegiatan itu. Namun petugas memperoleh selembar surat izin yang ditujukan kepada Kepala Desa Pagerwangi. Hingga saat ini petugas masih melakukan penyelidikan terkait kasus kematian mahasiswa itu.
Sementara itu pihak ITB akan melakukan pengusutan secara internal untuk mengetahui latar belakang kegiatan tersebut. Wakil Rektor Komunikasi Internal ITB Sugiarto membantah kegiatan itu disebut ospek, karena kegiatan itu telah dihapus sejak 2005 lalu. Gantinya dilakukan dalam bentuk kegiatan-kegiatan kepemimpinan. (inilah.com)
3 komentar :
Wah kok kayak ipdn aja sih....
tp biasanya kan yg di itb tentang ospek nya emang keras
Anak barunya dihajar pake theodolit kali sampe tewas gitu.
ATAS NAMA PENDIDIKAN
Putih kapas dapat dilihat, putih hati berkeadaan. Demikianlah keadaanku kini, terbujur kaku di pusaran pembaringan dengan taburan do'a di atasnya. Ya.. memang... aku telah mati!! aku harap... Janganlah engkau terkejut karenanya... aku adalah mayat korban kekerasan atas nama pendidikan.
Tahun 2008... aku putuskan untuk memulai perjalanan panjangku. Teknik Geodesi ITB menjadi pijakan utamaku. ITB.. salah satu Universitas besar... Impianku, ku mulai dari sana.
Berjuta harapan dan terpaung jelas di kampus itu, menjadi orang besar di Indonesia... Menjadi orang berguna. Tujuanku satu, dapat mengarungi maghligai bahagia di masa mendatang.
Setelah beberapa lama...
Rencana tinggalah rencana. Semua sia-sia belaka... Kala ku tahu kekerasan menjadi legalitas disana. Dengan sangat terpaksa, satu persatu mimpi indahku terpaksa ku tanggalkan. Mimpiku membuatku terluka. Mimpiku membuat aku menderita. Aku kecewa... kecewa... sungguh kecewa...
Di ITB, aku hanyalah sansak hidup yang berada dalam arena tinju pendidikan Universitas. Mereka bebas menamparku, meraka bebas menginjakku, mereka bebas memukulku, mereka meludahiku... mereka bebas melakukan kekerasan... semua demi nama pendidikan...
Feb 2009... dengan berat hati, aku mengakhiri perjalananku. Ku tutup mataku... Ku hembuskan nafas terakhirku... Karena pendidikan mengajarkan kekarasan.
sumber:http://www.asyiknyaduniakita.blogspot.com/
Posting Komentar