Harian New York Post menerbitkan sebuah kartun yang dianggap menghina Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pada Rabu (18/2). Kartun karya Sean Delonas itu menampilkan gambar Travis, simpanse yang ditembak mati polisi karena menyerang kawan tuannya di Connecticut, Senin (16/2) lalu.
Foto: Kartun Yang Menggambarkan Obama Sebagai Simpanse
Dalam gambar itu, Travis sudah terkapar di trotoar dan dua polisi, salah satunya memegang polisi yang pucuknya masih berasap. Polisi yang tidak memegang pistol berkata, 'mereka harus mencari orang lain untuk menandatangani undang-undang stimulus ekonomi'. Yang dimaksud adalah Obama, yang menandatangani paket stimulus ekonomi AS pada Selasa (17/2).
Aktivis hak publik Pendeta Al Sharpton mengatakan kartun itu mengundang masalah. "Kartun ini menyerang dan membawa perpecahan," kata Sharpton.
Pemimpin redaksi New York Post, Col Allan mengatakan kartun itu merupakan cerita penembakan simpanse Travis. "Itu parodi dari kejadian yang baru terjadi," kata Allan.
Sementara kartunis Delonas mengatakan tanggapan mengenai penerbitan kartun itu sangat menggelikan. "Cerita mengenai simpanse itu diberitakan semua media di New York kecuali New York Times. Lagipula jika saya ingin menggambar orang yang terkait paket stimulus ekonomi, saya akan menggambar Pelosi (juru bicara Gedung Putih, Nancy Pelosi," kata Delonas pada stasiun televisi CNN.
Kartun Simpanse Tak Layak Muat
Kritik atas penerbitan kartun yang diterbitkan harian New York Post edisi Rabu, 18 Februari 2009, terus bergulir. Kartun itu dianggap rasis dan merujuk pada Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
"Mengapa NY Post menerbitkan kartun itu? Rasis sekali untuk membandingkan pemimpin Afro-Amerika pertama dengan simpanse," kata presiden Asosiasi Jurnalis Berkulit Hitam Nasional, Barbara Ciara di kota New York, Rabu (19/2).
Kartun karya Sean Delonas itu menampilkan gambar Travis, simpanse yang ditembak mati polisi karena menyerang kawan tuannya di Connecticut, Senin (16/2) lalu. Dalam gambar itu, Travis sudah terkapar di trotoar dan dua polisi, salah satunya memegang polisi yang pucuknya masih berasap.
Polisi yang tidak memegang pistol berkata, "mereka harus mencari orang lain untuk menandatangani undang-undang stimulus ekonomi." Pesan iklan itu diduga terkait dengan langkah Obama yang menandatangani paket stimulus ekonominya pada Selasa (17/2).
Sejumlah pihak menganggap kartun itu rasis dan mengejek tragedi kematian Travis. Beberapa kalangan menilai kartun itu mengajak pembacanya menghabisi Obama. Mereka menyerukan pemboikotan harian New York Post dan semua perusahaan yang beriklan di situ. Pemrotes mendatangi kantor Post di Manhattan untuk menuntut pernyataan maaf.
Senator New York Eric Adams mengatakan kartun itu membawa Amerika ke masa saat warga kulit hitam disakiti. Sementara pendeta Al Sharpton menyatakan kartun yang menyamakan warga Afrika-Amerika dengan simpanse itu merupakan serangan rasial.
Kolumnis Huffington Post, Sam Stein menulis bahwa kartunis menganggap paket stimulus keuangan sangat tidak berguna. "Mungkin ia menganggap primata-lah yang membuat undang-undang itu," kata Stein.
Sementara itu, juru bicara (Jubir) Gedung Putih Robert Gibbs tampak tak mau membahas lebih lanjut. "Saya belum melihat kartun itu, tapi saya tetap menganggap itu tidak layak dimuat," kata Gibbs dalam pesawat Air Force One dari Arizona menuju Washington. (vivanews.com)
0 komentar :
Posting Komentar