Jalur Kabupaten Karo-Kabupaten Aceh Tenggara, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), putus total sejak Sabtu (30/8).
Sejumlah titik jalan yang menghubungkan kedua daerah itu ambles. Berdasarkan pantauan SINDO di Desa Lau Riman,Kecamatan Tiga Binanga, yang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Kabupaten Karo, terdapat lima titik longsor.Satu di antaranya ambles sepanjang 50 meter dengan kedalaman mencapai 20 meter.
Terputusnya jalur itu membuat antrean kendaraan mencapai puluhan kilometer. Kondisi ini pun memengaruhi pendistribusian kebutuhan pokok maupun hasil bumi dari kedua kabupaten. M Tambun, sopir truk mengaku berencana ke Kabupaten Aceh Tenggara, kendaraannya tertahan sejak akhir pekan lalu karena jalan yang akan dilalui ambles.
“Saya sudah dua hari terjebak kemacetan dan bila besok (hari ini) jalan ini belum juga diperbaiki, pasti sembako yang akan kami bawa ke Aceh Tenggara kualitasnya memburuk karena kelembapan udara cukup tinggi,“ katanya. Hal senada juga dikatakan pengemudi lainnya, Suyanto, 42. Dia berharap instansi terkait secepatnya memperbaiki jalan yang rusak.
“Jika tidak, stok sembako di kawasan Aceh Tenggara dipastikan akan terganggu, apalagi menjelang bulan Ramadan biasanya permintaan akan sembako di Aceh mengalami peningkatan yang cukup drastis,”ujarnya. Camat Mardinding Salomo Surbakti mengatakan, sejak sore kemarin masyarakat setempat berinisiatif menimbun jalan yang ambles dengan tanah dan kayu.
Satu per satu kendaraan dari kedua arah sudah mulai bisa berjalan pelan meski harus saling bergantian. Dia menduga amblesnya jalan ini akibat mulai berkurangnya pepohonan yang seharusnya berfungsi sebagai daerah resapan air. “Beberapa tahun yang lalu kawasan Desa Lau Riman masih banyak dibudidayakan tanaman kemiri.
Namun, akibat melonjaknya harga jagung beberapa tahun belakangan, banyak masyarakat setempat melakukan penebangan massal terhadap pohon kemiri dan menggantinya dengan tanaman jagung yang dianggap memberikan keuntungan lebih banyak. Meski demikian,pihaknya sangat berharap agar instansi terkait secepatnya memperbaiki jalan ambles tersebut sehingga jalur transportasi dari kedua daerah dapat pulih dengan secepatnya.
Kepala Dinas Perhubungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo Aladin Tarigan menyebutkan bahwa jalur Karo menuju Aceh Tenggara merupakan jalan yang rawan longsor. “Di sisi jalan banyak terdapat tebing tinggi dan jurang yang curam dengan kedalaman mencapai puluhan meter,”ujarnya. Menurut dia, jalan ambles tersebut berada di jalan negara. Karena itu, perbaikannya merupakan tanggung jawab pihak Dinas Pekerjaan Umum (PU) provinsi.
Mobil Tebalik, Antrean 4 Kilometer
Ratusan kendaraan terjebak kemacetan sepanjang 4 kilometer karena sebuah mobil bermuatanbesiterbalikdiDesa Huta Koje,Kecamatan Padangsidimpuan Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan kemarin.
Pengendara pun harus rela mengantre hingga sembilan jam. Menurut keterangan masyarakat setempat, mobil sarat muatan itu terperosok ke parit sekitar pukul 03.00 WIB. Akibatnya, separuh dari badan mobil yang bermutan besi itu berada di badan jalan, yang membuat kendaraan lain termasuk sepeda motor tidak bisa lewat. Jalan yang licin membuat sejumlah pengendara sepeda motor terjatuh. Kejadian itu sempat mempersulit warga yang ingin melewati jalan.
Sebagian nekat berjalan kaki untuk melewati macet, sedangkan yang lainnya memilih menunggu kondisi jalan pulih. Panjang antrean tersebut diperkirakan mencapai 4 kilometer dari arah Kota Padangsidimpuan dan arah Kota Sibolga.Banyaknya kendaraan dengan tonase berat membuat jalan sangat sempit, bahkan pengendara terlihat sangat kesulitan lewat. Aris Lubis, 30, salah seorang sopir truk bermuatan kelapa sawit mengatakan sudah mengantre sejak pukul 04.00 WIB.
Ketika dia sampai di lokasi itu, puluhan mobil sudah mengantre. “Kemarin di sini sempat hujan, makanya sangat sulit untuk melewati daerah ini,”katanya. Para pengendara juga harus ekstrahati-hati untuk melewati jalan yang ada di daerah itu. Selain badan jalan yang licin, banyak tikungan-tikungan yang rawan menimbulkan kecelakaan bagi kendaraan yang bertonase tinggi.
Lain lagi pengakuan Wiko, 27, salah seorang pengendara mobil Kijang. Dia mengaku sudah delapan jam terjebak macet di daerah itu. Karena terjebak macet, banyak rencana pekerjaan dibatalkan karena sudah terlambat dari jadwal semula. “Dari pukul 04.00 WIB kami sudah di sini, tapi sampai sekarang belum juga bisa lewat,”ucapnya.
Sementara itu,Kepala Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kepolisian Resor (Polres) Tapanuli Selatan Ajun Komisaris Polisi Tongku Bosar Pane mengaku sudah menurunkan personelnya ke lokasi kejadian “Bukan hanya anggota Satlantas yang diturunkan, dari anggota lainnya juga ikut membantu,” tuturnya kepadaSINDO. Dia mengakui, kondisi jalan di daerah tersebut memang sangat sulit.
Bahkan sudah sering pengendara, terutama sepeda motor,terjatuh ketika melewati tikungan di tempat itu. Kemacetan baru berangsur- angsur pulih sekitar pukul 13.30 WIB setelah badan mobil yang berada di jalan itu diangkat petugas.
Sumber: www.seputar-indonesia.com
Sejumlah titik jalan yang menghubungkan kedua daerah itu ambles. Berdasarkan pantauan SINDO di Desa Lau Riman,Kecamatan Tiga Binanga, yang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Kabupaten Karo, terdapat lima titik longsor.Satu di antaranya ambles sepanjang 50 meter dengan kedalaman mencapai 20 meter.
Terputusnya jalur itu membuat antrean kendaraan mencapai puluhan kilometer. Kondisi ini pun memengaruhi pendistribusian kebutuhan pokok maupun hasil bumi dari kedua kabupaten. M Tambun, sopir truk mengaku berencana ke Kabupaten Aceh Tenggara, kendaraannya tertahan sejak akhir pekan lalu karena jalan yang akan dilalui ambles.
“Saya sudah dua hari terjebak kemacetan dan bila besok (hari ini) jalan ini belum juga diperbaiki, pasti sembako yang akan kami bawa ke Aceh Tenggara kualitasnya memburuk karena kelembapan udara cukup tinggi,“ katanya. Hal senada juga dikatakan pengemudi lainnya, Suyanto, 42. Dia berharap instansi terkait secepatnya memperbaiki jalan yang rusak.
“Jika tidak, stok sembako di kawasan Aceh Tenggara dipastikan akan terganggu, apalagi menjelang bulan Ramadan biasanya permintaan akan sembako di Aceh mengalami peningkatan yang cukup drastis,”ujarnya. Camat Mardinding Salomo Surbakti mengatakan, sejak sore kemarin masyarakat setempat berinisiatif menimbun jalan yang ambles dengan tanah dan kayu.
Satu per satu kendaraan dari kedua arah sudah mulai bisa berjalan pelan meski harus saling bergantian. Dia menduga amblesnya jalan ini akibat mulai berkurangnya pepohonan yang seharusnya berfungsi sebagai daerah resapan air. “Beberapa tahun yang lalu kawasan Desa Lau Riman masih banyak dibudidayakan tanaman kemiri.
Namun, akibat melonjaknya harga jagung beberapa tahun belakangan, banyak masyarakat setempat melakukan penebangan massal terhadap pohon kemiri dan menggantinya dengan tanaman jagung yang dianggap memberikan keuntungan lebih banyak. Meski demikian,pihaknya sangat berharap agar instansi terkait secepatnya memperbaiki jalan ambles tersebut sehingga jalur transportasi dari kedua daerah dapat pulih dengan secepatnya.
Kepala Dinas Perhubungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo Aladin Tarigan menyebutkan bahwa jalur Karo menuju Aceh Tenggara merupakan jalan yang rawan longsor. “Di sisi jalan banyak terdapat tebing tinggi dan jurang yang curam dengan kedalaman mencapai puluhan meter,”ujarnya. Menurut dia, jalan ambles tersebut berada di jalan negara. Karena itu, perbaikannya merupakan tanggung jawab pihak Dinas Pekerjaan Umum (PU) provinsi.
Mobil Tebalik, Antrean 4 Kilometer
Ratusan kendaraan terjebak kemacetan sepanjang 4 kilometer karena sebuah mobil bermuatanbesiterbalikdiDesa Huta Koje,Kecamatan Padangsidimpuan Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan kemarin.
Pengendara pun harus rela mengantre hingga sembilan jam. Menurut keterangan masyarakat setempat, mobil sarat muatan itu terperosok ke parit sekitar pukul 03.00 WIB. Akibatnya, separuh dari badan mobil yang bermutan besi itu berada di badan jalan, yang membuat kendaraan lain termasuk sepeda motor tidak bisa lewat. Jalan yang licin membuat sejumlah pengendara sepeda motor terjatuh. Kejadian itu sempat mempersulit warga yang ingin melewati jalan.
Sebagian nekat berjalan kaki untuk melewati macet, sedangkan yang lainnya memilih menunggu kondisi jalan pulih. Panjang antrean tersebut diperkirakan mencapai 4 kilometer dari arah Kota Padangsidimpuan dan arah Kota Sibolga.Banyaknya kendaraan dengan tonase berat membuat jalan sangat sempit, bahkan pengendara terlihat sangat kesulitan lewat. Aris Lubis, 30, salah seorang sopir truk bermuatan kelapa sawit mengatakan sudah mengantre sejak pukul 04.00 WIB.
Ketika dia sampai di lokasi itu, puluhan mobil sudah mengantre. “Kemarin di sini sempat hujan, makanya sangat sulit untuk melewati daerah ini,”katanya. Para pengendara juga harus ekstrahati-hati untuk melewati jalan yang ada di daerah itu. Selain badan jalan yang licin, banyak tikungan-tikungan yang rawan menimbulkan kecelakaan bagi kendaraan yang bertonase tinggi.
Lain lagi pengakuan Wiko, 27, salah seorang pengendara mobil Kijang. Dia mengaku sudah delapan jam terjebak macet di daerah itu. Karena terjebak macet, banyak rencana pekerjaan dibatalkan karena sudah terlambat dari jadwal semula. “Dari pukul 04.00 WIB kami sudah di sini, tapi sampai sekarang belum juga bisa lewat,”ucapnya.
Sementara itu,Kepala Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kepolisian Resor (Polres) Tapanuli Selatan Ajun Komisaris Polisi Tongku Bosar Pane mengaku sudah menurunkan personelnya ke lokasi kejadian “Bukan hanya anggota Satlantas yang diturunkan, dari anggota lainnya juga ikut membantu,” tuturnya kepadaSINDO. Dia mengakui, kondisi jalan di daerah tersebut memang sangat sulit.
Bahkan sudah sering pengendara, terutama sepeda motor,terjatuh ketika melewati tikungan di tempat itu. Kemacetan baru berangsur- angsur pulih sekitar pukul 13.30 WIB setelah badan mobil yang berada di jalan itu diangkat petugas.
Sumber: www.seputar-indonesia.com
0 komentar :
Posting Komentar