01 September 2008

Jagal Bandung Lebih Sadis dari Ryan Jombang

Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bandung Barat berencana ”me-Ryan-kan” Firmansyah Hudaya (23), pembantu yang menghabisi majikannya secara keji. Pemuda itu akan dijerat pasal berlapis yang ancaman hukumannya adalah hukuman mati.

”Pelaku dijerat dengan pasal tentang pembunuhan berencana,” kata Kapolresta Bandung Barat AKBP Pratikno, Minggu (31/8). Namun, Firmansyah atau Firman juga akan dikenai pasal pembunuhan maupun penganiayaan, yakni Pasal 338, 351, dan 353 ayat (3) KUHP. Pengenaan pasal berlapis juga dilakukan terhadap Ryan, pelaku pembunuhan 11 orang di Jombang dan Depok.

Polisi menangkap Firman di rumah kerabatnya di Cililin, Batujajar, Bandung, Minggu (31/8) pukul 00.00. Firman mengakui telah membantai pasangan majikannya, Ronald Alimun (60) dan Sri Magdalena (45), di rumah mereka di Kompleks Cipta Graha, Blok C No 6, Kelurahan Sukaraja, Cicendo, Bandung.

Firman, seperti Ryan, menghabisi korbannya dengan sadis. Tubuh Sri dipotong menjadi empat bagian. Sepasang tangan dan kepala wanita itu ditemukan terpisah dari tubuh. Tindakan lebih sadis yang dilakukan Firman adalah merebus kepala Sri di panci selama 15 menit. Firman juga sempat menghentikan aksinya untuk melayani pembeli yang datang ke toko di rumah majikannya tersebut. Sebelum kabur, Firman membersihkan lantai dari noda darah. ”Dia merebus kepala korban sekitar 15 menit. Tujuannya untuk menghilangkan bekas tusukan. Makanya, ada kerutan di wajah korban,” kata Pratikno.

Firman, kepada polisi, mengaku menghabisi majikannya karena sakit hati lantaran sering kena omel. Dia didamprat antara lain ketika dituduh mencuri sebutir permen di toko dan tak beres mengurus pipis Ronald yang menderita stroke. Firman juga merasa diperlakukan tidak baik oleh Sri karena sering diberi makanan sisa Ronald. Firman telah bekerja di keluarga itu sekitar setahun. Tugasnya antara lain membersihkan rumah, menjaga toko di rumah tersebut, dan merawat Ronald yang sebagian tubuhnya lumpuh. Firman mengaku digaji Rp 500.000 per bulan.
”Jadi, dia kesal dan merasa sakit hati,” kata Pratikno.

Menurut Pratikno, Firman melakukan aksinya sekitar pukul 11.00 hingga pukul 13.00. Menurut pengakuan Firman, ia mengawali pembunuhan dengan memukul kepala Sri dengan kunci Inggris hingga wanita itu tersungkur. Pada saat itu, Sri masih bernyawa. Dia makin tak terkendali saat Ronald memanggilnya. Dia menganiaya Sri hingga korban tak bergerak lagi, lantas menghampiri Ronald dan memukulkan kunci Inggris ke kepala pria tua itu. Selanjutnya, Firman memotong-motong tubuh Sri.

Firman enam kali kali menghentikan aksinya untuk melayani enam pembeli yang datang di warung milik Sri. Sekitar pukul 14.00, Firman kabur ke rumah saudaranya di Kampung Babakansari, Batujajar.

Empat jam kemudian, Retno (20), anak pasangan Ronald-Sri pulang. Dia curiga karena mendapati rumahnya sepi dan terkunci. Retno minta bantuan petugas satpam setempat. Ketika berhasil masuk, Retno dan petugas satpam tersebut mendapati jenazah Sri di kamar mandi dan jasad Ronald di ruang terpisah.

Kasus pembunuhan ini mengagetkan publik yang baru saja dibuat merinding dengan aksi pembunuhan berantai dan mutilasi yang dilakukan Ryan Jombang terungkap. Beberapa pembaca Warta Kota yang menghubungi redaksi Warta Kota mengatakan, aksi Firman mirip dengan aksi Ryan. Bahkan, Firman lebih sadis karena merebus korbannya.

Gaji

Warga Kompleks Cipta Graha tidak percaya Firman adalah pelaku pembunuhan Ronald-Sri. Sejumlah warga mengatakan, Firman adalah pria yang ramah. ”Kami sempat enggak percaya dia yang melakukannya. Sehari-hari Firman terlihat baik. Kalau bertemu warga menyapa,” kata Ny Teti, tetangga Sri, Minggu siang. ”Ibu (almarhum Sri Magdalena) juga sering memujinya. Namun, beberapa hari lalu beliau mengeluh kalau pembantunya mulai kurang ajar,” imbuhnya.

Beberapa saat setelah polisi menghadirkan Firman di rumah pasangan Ronald-Sri, puluhan warga berdatangan ke TKP tersebut. ”Saya suka belanja ke warungnya. Kelihatannya anaknya baik,” kata Tita Puspitadewi (44), istri Ketua RT 09 RW 03 Kelurahan Sukaraja.

Ida Farida (36), wanita pembantu di rumah Sri, juga mengatakan bahwa Firman adalah pemuda baik. Selama bekerja, Firman tidak pernah menunjukkan gelagat akan menghabisi majikannya. Namun, pada Sabtu pagi, Firman curhat soal gajinya yang tidak pernah naik. ”Kok gaji saya enggak naik-naik, padahal saya kerja 24 jam,” kata Ida menirukan keluhan Firman. Ida lantas menyarankan Firman agar membicarakan ini dengan majikannya.

Sabtu itu, Ida pulang lebih awal dari biasanya pukul 15.00 karena ada saudaranya yang datang ke rumahnya di Cigugur Tengah, Cicendo. Ida kaget ketika Sabtu petang sejumlah polisi memintanya datang ke rumah majikannya.

Menurut Ida, majikannya memperlakukan para pembantu dengan baik. Makanan bagi pembantu, kata Ida, disamakan dengan makanan Ronald. Sri juga tak pernah marah kepada pembantu.

Firmansyah bekerja di rumah Sri sejak setahun lalu. Ia melamar kerja di rumah Sri setelah melihat lowongan kerja di koran. Saat itu keluarga Sri memasang iklan membutuhkan laki-laki pembantu.

Sumber: www.kompas.com

0 komentar :

Tulisan Terkait: