Temuan perahu kuno gabungan besi dan kayu di Bengawan Solo di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk, Bojonegoro, Jawa Timur, rencananya dijual kepada penjual barang bekas.
"Kalau memang tidak ada perhatian dari Pemkab Bojonegoro ya saya jual sebagai barang bekas, uangnya dibagi kepada warga yang ikut mengangkat," kata Koordinator warga Desa Banjarsari, Lugito (43) yang memimpin pengangkatan perahu itu, Minggu.
Perahu kuno gabungan besi dan kayu tersebut, panjangnya mencapai 8 m, lebar 1,5 m dan ketinggiannya sekitar satu m lebih, berhasil diangkat warga setempat, Sabtu (23/8).
Tetapi, badan kayu bagian depan sepanjang sekitar 4 m, sudah hancur hanya tinggal patahan beberapa kayu.
Sedangkan badan besi sepanjang empat meter masih utuh dilengkapi dengan baling-baling. Dari hasil pengamatan warga, baling-baling perahu itu bahannya dari kuningan, sedangkan lainnya dari tembaga.
Sedangkan paku di kayu perahu tersebut bahannya dari baja. "Bagian kayunya hancur ketika diangkat, " katanya menjelaskan.
Perahu itu, awalnya diketahui seorang warga setempat yang sedang menjala ikan di Bengawan Solo.
Ketika jalanya ditebarkan, tidak bisa diangkat dan setelah diselami ternyata menyangkut di baling-baling perahu yang posisinya terbalik di tengah-tengah dasar Bengawan Solo.
Menurut Lugito, perahu tersebut, karena gabungan besi dan kayu, juga memiliki baling-baling tetap dianggap unik, sehingga kalau memang perahu itu dianggap benda yang memiliki nilai sejarah, tidak menjadi masalah kalau diserahkan Pemerintah.
Lugito dengan warga lainnya yang seharian ini membersihkan badan perahu termasuk baling-baling belum berhasil menemukan tulisan yang menandakan pembuatnya atau pemilik perahu.
Hanya diperkirakan, perahu tersebut merupakan perahu patroli Belanda atau Jepang. "Kisah orang-orang tua dulu, ketika perang Kemerdekaan selain jembatan Kalikethek dihancurkan tentara Republik juga perahu milik Belanda banyak yang dibakar, "kata Lugito yang juga anggota Kodim 0813 Bojonegoro itu.
Lugito mengaku sudah melaporkan temuan perahu itu, kepada Polsek Kecamatan Kota Bojonegoro juga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Setelah perahu berhasil diangkat, sekarang ini ditempatkan di tepi Bengawan Solo di desa setempat dan menjadi tontonan warga.
"Secara pasti kami belum mendapakan petunjuk dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, hanya khabarnya perahu ini bukan termasuk benda kuno yang memiliki nilai sejarah," katanya.
Sumber: www.antara.co.id
"Kalau memang tidak ada perhatian dari Pemkab Bojonegoro ya saya jual sebagai barang bekas, uangnya dibagi kepada warga yang ikut mengangkat," kata Koordinator warga Desa Banjarsari, Lugito (43) yang memimpin pengangkatan perahu itu, Minggu.
Perahu kuno gabungan besi dan kayu tersebut, panjangnya mencapai 8 m, lebar 1,5 m dan ketinggiannya sekitar satu m lebih, berhasil diangkat warga setempat, Sabtu (23/8).
Tetapi, badan kayu bagian depan sepanjang sekitar 4 m, sudah hancur hanya tinggal patahan beberapa kayu.
Sedangkan badan besi sepanjang empat meter masih utuh dilengkapi dengan baling-baling. Dari hasil pengamatan warga, baling-baling perahu itu bahannya dari kuningan, sedangkan lainnya dari tembaga.
Sedangkan paku di kayu perahu tersebut bahannya dari baja. "Bagian kayunya hancur ketika diangkat, " katanya menjelaskan.
Perahu itu, awalnya diketahui seorang warga setempat yang sedang menjala ikan di Bengawan Solo.
Ketika jalanya ditebarkan, tidak bisa diangkat dan setelah diselami ternyata menyangkut di baling-baling perahu yang posisinya terbalik di tengah-tengah dasar Bengawan Solo.
Menurut Lugito, perahu tersebut, karena gabungan besi dan kayu, juga memiliki baling-baling tetap dianggap unik, sehingga kalau memang perahu itu dianggap benda yang memiliki nilai sejarah, tidak menjadi masalah kalau diserahkan Pemerintah.
Lugito dengan warga lainnya yang seharian ini membersihkan badan perahu termasuk baling-baling belum berhasil menemukan tulisan yang menandakan pembuatnya atau pemilik perahu.
Hanya diperkirakan, perahu tersebut merupakan perahu patroli Belanda atau Jepang. "Kisah orang-orang tua dulu, ketika perang Kemerdekaan selain jembatan Kalikethek dihancurkan tentara Republik juga perahu milik Belanda banyak yang dibakar, "kata Lugito yang juga anggota Kodim 0813 Bojonegoro itu.
Lugito mengaku sudah melaporkan temuan perahu itu, kepada Polsek Kecamatan Kota Bojonegoro juga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Setelah perahu berhasil diangkat, sekarang ini ditempatkan di tepi Bengawan Solo di desa setempat dan menjadi tontonan warga.
"Secara pasti kami belum mendapakan petunjuk dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, hanya khabarnya perahu ini bukan termasuk benda kuno yang memiliki nilai sejarah," katanya.
Sumber: www.antara.co.id
0 komentar :
Posting Komentar