Lengang, begitulah suasana di ibukota Mesir, Kairo, seusai shalat Id, bahkan kelengangan itu sudah terasa pada malam harinya karena di Negeri Seribu Menara itu tidak ada tradisi takbir keliling kota seperti telah membudaya di Indonesia.
Berbeda dengan di Indonesia pada malam Lebaran, di mana di masjid-masjid dikumandangkan takbir — kadang hingga terbit fajar— di Mesir gema takbir hanya dilakukan beberapa kali seusai shalat Maghrib, Isya, Subuh serta menjelang shalat Id. Itulah sebabnya, orang Indonesia yang pertama kali merayakan Idul Fitri di Mesir terheran-heran menyaksikan suasana lengang pada malam Lebaran. “Lho, kok sepi sekali pada malam Lebaran ini.” Sepertinya tidak tampak suasana Lebaran di Mesir ini,” ujar Syaiful Maarif (24), mahasiswa Indonesia yang baru beberapa bulan tiba di Kairo. Syaiful pantas terheran-heran, karena pada Lebaran pertamanya di Kairo ia memang ingin sekali menikmati suasana keramaian Idul Fitri di kota bersejarah itu. Tapi ia agak kecewa ketika menyaksikan lengangnya suasana di jalan-jalan utama kota Kairo, yang biasanya dipadati kendaraan dan manusia, seperti jalan Shalah Salim, Attaba, Tahrir, Abbasia, Al-Azhar, dan Mohandessin. Bunyi petasan yang dilakukan anak-anak malahan mewarnai malam dan hari Lebaran. Ledakan mercon memekakkan telinga bersahut-sahutan itu telah berlangsung sepanjang Ramadhan, namun pada malam dan hari pertama Id lebih “seru”. Anehnya, anak-anak yang meledakkan petasan itu tidak tampak berkeliaran di jalanan. Anak-anak itu umumnya melemparkan petasannya dari atas apartemen. Maklum rumah hunian di kota Kairo semuanya berupa apartemen bertingkat-tingkat. Mona Rizk (27) menuturkan, kebanyakan orang memang beristirahat untuk persiapan merayakan Idul Fitri pada siang harinya di tempat-tempat rekreasi, seperti taman dan kebun binatang. Di samping itu, menurut gadis jebolan Fakultas Sastra Inggris Universitas Ain Shams, Kairo — yang kini dipercaya ayahnya untuk menjaga toko sepatu di pusat perbelanjaan Tiba Mall tersebut — umumnya warga Kairo mudik ke kampung halaman mereka untuk berlebaran bersama keluarga.
“Maklum, liburan Lebaran Idul Fitri berlangsung selama tiga hari,” tuturnya. Menyinggung keramaian Tiba Mall, termasuk toko sepatu yang dijaganya, Mona menuturkan, sepanjang sepekan sebelum Lebaran, para pengunjung memadati pusat perbelanjaan itu. Tetapi pada malam Lebaran, toko itu agak sepi. “Keramaian di pusat-pusat perbelajaan termasuk di Tiba Mall ini akan tampak kembali pada malam hari setelah Lebaran, dan suasana keramaian itu biasanya berlangsung hingga beberapa hari,” tambahnya. Seperti halnya di Indonesia, mudik Lebaran juga membudaya di Negeri Cleopatra itu. Dalam beberapa hari menjelang Lebaran di Kairo, berbagai stasiun baik kereta api maupun bus antarkota dipadati manusia.
Menteri Perhubungan dan Komunikasi Mesir Ahmed Nazif dalam laporannya kepada Presiden Hosni Mubarak dua pekan lalu menyatakan, pihaknya menjamin dapat memenuhi armada angkutan antarkota bagi pemudik Lebaran.
Insya Allah, berbagai armada angkutan semuanya siap sedia untuk mengangkut para pemudik Lebaran, baik keberangkatan maupun kepulangan mereka setelah Idul Fitri, katanya.
Shalat Id
Hiruk-pikuk keramaian baru tampak pada pagi hari 1 Syawal, ketika jutaan orang tumpah ruah ke masjid dan lapangan terbuka untuk shalat Id. Menurut Menteri Waqf Mesir Mahmoud Hamdi Zakzouk, di samping masjid-masjid, pihaknya juga menyediakan 1.048 lapangan terbuka di seluruh negeri untuk tempat shalat Idul Fitri. Biasanya masyarakat Indonesia melaksanakan shalat Id di kantor Kedutaan Besar Kairo. Namun, pada Idul Fitri 1420 Hijriyah itu, untuk pertama kali masyarakat Indonesia melakukan shalat Idul Fitri dan ramah tamah di luar Kantor Kedubes, yaitu di gedung Horus Club. Menurut Panitia Ramadhan dan Idul Fitri Masyarakat Indonesia di Kairo, gedung untuk shalat Idul Fitri kali ini guna memudahkan mahasiswa karena tempat itu berdekatan dengan kawasan permukiman mahasiswa asing, termasuk mahasiswa asal Indonesia.
Yang menarik dari shalat Id kali ini, diwarnai dengan “Aksi Solidaritas Ambon” yang diprakarsai Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Satuan Kairo, Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI), Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Kairo, Kelompok Kajian Sinai, dan beberapa kelompok studi lainnya. Aksi tersebut berupa pengumpulan dana untuk disalurkankan kepada warga Muslim di Maluku yang kini menghadapi konflik berbau SARA.
Banjiri Taman
Begitu selesai shalat Id, warga Mesir bersama keluarga dan handai tolan rame-rame menuju ke tempat-tempat tamasya seperti kebun binatang dan taman untuk bersuka ria merayakan Lebaran. Kebun binatang Giza (tiga km dari pusat kota Kairo) sampai kewalahan menampung pengunjung pada hari pertama Lebaran. Menurut laporan jaringan radio dan televisi nasional Mesir, Sabtu, kebun binatang itu pada Lebaran hari pertama menerima sekitar 320 ribu pengunjung. Sementara itu, di taman-taman di sepanjang sungai Nil, ratusan ribu bahkan jutaan orang berjubel. Sorak sorai manusia di keramaian umum itu seolah merayakan kemenangan, setelah sebulan penuh berperang melawan hawa nafsu. Ibadah Ramadhan, menurut Syeikh Metwally Sha’rawi, merupakan ujian raga dan bathiniyah bagi ummat Islam untuk melawan hawa nafsu dan godaan setan terkutuk. Dan Idul Fitri, kata da’i kondang dan pakar tafsir Mesir ini, merupakan wujud kemenangan dan kebebasan setelah sebulan penuh bergelut melawan “hawa nafsu syaitaniyah”. munawar saman makyanie/antara kairo.
Sumber: http://salam-online.web.id
0 komentar :
Posting Komentar