Ruyati binti Satubi - Nama Ruyati binti Satubi kini sedang menjadi pemberitaan diberbagai media di Indonesia, baik media cetak, elektronik, dan juga media internet. Di media cetak misalnya, nama Ruyati menjadi berita utama dihalaman depan, sementara di internet, beberapa berita mengenai Ruyati yang menjadi korban hukuman pancung di Arab Saudi ini menjadi berita populer.
Ada pemberitaan yang mengkaitkan antara ekskusi mati Ruyati TKI asal Indonesia tersebut dengan pola pemerintaah saat ini, yaitu mengkritik kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden Republik Indonesia.
Seperti situs kompas.com misalnya. Menuduh eksekusi mati Ruyati binti Sapubi merupakan bentuk keteledoran pemerintah untuk melakukan diplomasi. Dalam pemberitaan kompas.com berjudul "Ruyati Dipancung, ke Mana SBY?" itu juga mengaggap bahwa pidato SBY pada sidang ILO ke-100 pada 14 Juni 2011 mengenai perlindungan PRT migran di Indonesia hanya buaian saja.
Banyak pembaca yang mendukung tulisan tersebut. Buktinya dari 200-an komentar pembaca yang masuk, terlihat sebanyak 85 persen mengecam pemerintah, sisanya hanya beberapa persen saja cenderung membuat komentar netral.
Memang bila kita mencoba ,elihat pemberitaan-pemberitaan di internet salah satu berita yang paling diminati pembaca adalah berita yang menjelek-jelekkan pemerintah. Maka tidak jarang bila presiden SBY sebagai tampuk kepemimpinan dikritik melalui sebuah pemberitaan media online, maka niscaya berita tersebut akan langsung menjadi berita terpopuler dan mengundang puluhan bahkan ratusan komentar pembaca.
Apakah memang tabiat kita selaku warga Indonesia memang sudah demikian parahnya, selalu saja merasa hebat juga sudah berhasil menjelekkan para pemimpin negeri kita sendiri? Atau memang pemimpin negeri ini sendiri yang telinganya sudah tertutup sehingga kritik demi kritik selalu saja bermunculan tanpa ada perbaikan oleh mereka tentang tatanan hukum dan ekonomi juga kesejahteraan di negeri ini?
Kembali kepada kasus Ruyati binti Satubi yang eksekusi mati di Arab Saudi. Dia dinyatakan bersalah karena membunuh majikannya Khairiya bin Hamid Mijlid dengan memukul bagian kepalanya beberapa kali.
Ruyati memukul kepala korban dengan pisau daging dan menusuk bagian lehernya hingga korban tewas.
Pihak kementerian tidak menjelaskan motif pembunuhan ini. Mereka juga tidak menyebutkan hubungan antara kedua perempuan tersebut. Demikian diberitakan Kantor Berita SPA, Minggu (19/6/2011).
Seperti situs kompas.com misalnya. Menuduh eksekusi mati Ruyati binti Sapubi merupakan bentuk keteledoran pemerintah untuk melakukan diplomasi. Dalam pemberitaan kompas.com berjudul "Ruyati Dipancung, ke Mana SBY?" itu juga mengaggap bahwa pidato SBY pada sidang ILO ke-100 pada 14 Juni 2011 mengenai perlindungan PRT migran di Indonesia hanya buaian saja.
Banyak pembaca yang mendukung tulisan tersebut. Buktinya dari 200-an komentar pembaca yang masuk, terlihat sebanyak 85 persen mengecam pemerintah, sisanya hanya beberapa persen saja cenderung membuat komentar netral.
Memang bila kita mencoba ,elihat pemberitaan-pemberitaan di internet salah satu berita yang paling diminati pembaca adalah berita yang menjelek-jelekkan pemerintah. Maka tidak jarang bila presiden SBY sebagai tampuk kepemimpinan dikritik melalui sebuah pemberitaan media online, maka niscaya berita tersebut akan langsung menjadi berita terpopuler dan mengundang puluhan bahkan ratusan komentar pembaca.
Apakah memang tabiat kita selaku warga Indonesia memang sudah demikian parahnya, selalu saja merasa hebat juga sudah berhasil menjelekkan para pemimpin negeri kita sendiri? Atau memang pemimpin negeri ini sendiri yang telinganya sudah tertutup sehingga kritik demi kritik selalu saja bermunculan tanpa ada perbaikan oleh mereka tentang tatanan hukum dan ekonomi juga kesejahteraan di negeri ini?
Kembali kepada kasus Ruyati binti Satubi yang eksekusi mati di Arab Saudi. Dia dinyatakan bersalah karena membunuh majikannya Khairiya bin Hamid Mijlid dengan memukul bagian kepalanya beberapa kali.
Ruyati memukul kepala korban dengan pisau daging dan menusuk bagian lehernya hingga korban tewas.
Pihak kementerian tidak menjelaskan motif pembunuhan ini. Mereka juga tidak menyebutkan hubungan antara kedua perempuan tersebut. Demikian diberitakan Kantor Berita SPA, Minggu (19/6/2011).
2 komentar :
Terlepas dari empati kita terhadap nasib Ruyati, yang harus difahami agar pemberitaan ini berimbang bahwa kenapa Ruyati di Hukum? yakni karena dia membunuh. dan dalam persidangan pertama bahwa yang bersangkutan sudah mengakui bahwa dia lah yang membunuh majikannya. Nah hukum yang berlaku di negara Arab sana yaitu hukum Qisas, setelah pembunuhan itu diakui maka tidak ada satu pembelaanpun yang bisa diajukan. Dan tidak ada satupun yang bisa intervensi hukum di sana. Hanya saja pemberitahuan mengenai persidangan yang terakhir yang menghasilkan eksekusi bagi Ruyati tidak diperoleh oleh Pihak keluarga bahkan perwakilan dan negara sang terhukum.
pak sby teledor,karena tdk bisa membuat lapangan kerja yg luas banyak pengangguran yg tidak bisa kerja , gara - gara tidak ada lapangan kerja
jadinya banyak org indonesia menjadi tki di arab saudi dan akhirnya kasus suyati inilah yg berdampak bagi indonesia
mna kemampuan mu pak sby ...............?/????
Posting Komentar