Misteri Gunung Merapi - Postingan ini bukan membahas mengenai Sinetron Misteri Gunung Merapi yang pernah tayang di statiun televisi swasta Nasional. Namun Misteri Gunung Merapi yang akan dibahas disini adalah mengenai perkataan Ponimin yang menyatakan bahwa Gunung Merapi adalah sebuah Keraton.
Ponimin yang beberapa waktu lalu disebut-sebut akan menggantikan Mbah Marijan sebagai juru kunci Gunung Merapi berkata bahwa Gunung Merapi adalah sebuah kraton tempat bersemayam para makhuk gaib.
Memang secara kasat mata, keberadaan kraton itu sendiri tidak bisa terlihat. Namun bukan hanya Ponimin, tapi banyak masyarakat Jawa tradisional yang memang benar-benar percaya bahwa Misteri Gunung Merapi merupakan sebuah kraton adalah benar adanya.
Penduduk di Jawa Tengah, khususnya di sekitar Merapi yakin bahwa Gunung Merapi dihuni oleh makhluk-makhluk halus yang biasa disebut bangsa alus. Karena itu, banyak tempat di Merapi terlarang atau pantang bagi manusia untuk menjamahnya, apalagi merusaknya.
Gunung itu terdiri dari beberapa bagian yang memiliki fungsi masing-masing. Keraton yang dimaksud letaknya tepat di bagian kawah. Keraton itu dipimpin oleh kakak beradik, bernama Empu Rama dan Empu Permadi sebagai kepala negara. Namun, tugas mengatur negara setiap hari dilimpahkan kepada Kyai Sapu Jagad. Dialah yang mengatur keadaan Gunung Merapi.
Jika pernah mendaki Merapi, tentu akrab dengan nama "Pasar Bubrah". Dengan mata biasa, tempat itu tidak lain hanya sebuah hamparan pasir dengan bebatuan besar. Namun, dengan mata batin, Pasar Bubrah tampak sebagai pusat perbelanjaan mahluk halus, tidak beda dengan pasar di dunia manusia. Jika bekunjung ke sana dan mendapati batu-batuan besar yang berserakan, itulah bangku serta meja tempat penjual menjajakan dagangan.
Jika itu sebuah keraton dan pusat peradaban mahluk halus, lalu di mana pintu masuknya? Warga di Merapi percaya bahwa gerbang itu terletak di sebuah tempat yang diberi nama "Gunung Watoh". Di sinilah Nyai Gadung Melati bersemayam. Ia adalah penguasa Merapi yang bertugas menjaga lingkungan.
Sama seperti di alam manusia, alam gaib di Merapi juga memiliki padang rumput untuk menggembalakan ternak. Tempat itu bernama "Hutan Patuk Alap-alap". Di sanalah ternak milik keraton digembalakan. Penggembalanya adalah Kartadimeja, seorang tokoh halus yang baik hati kepada penduduk Merapi. Dia selalu memberitahu penduduk jika Merapi akan meletus. Selain menggembala, ia juga merupakan komandan pasukan mahluk halus.
Bagi kebanyakan kalangan, hal itu tentu sulit diterima akal sehat. Dalam pandangan orang kebanyakan, Merapi tidak ada bedanya dengan gunung berapi lainnya, yang bisa meletus dan mengeluarkan lahar.
Percaya atau tidak, yang pasti Keraton Yogyakarta rutin melakukan upacara labuhan di sana. Yakni rangkaian upacara yang dilaksanakan Keraton dalam rangka peringatan jumenengan Ndalem Sri Sultan Hamengkubuwono X yang diselenggarakan setiap tanggal 30 bulan Rejeb penanggalan Jawa.
Tujuannya, menghormati penguasa Merapi agar ikut menjaga keselamatan, keamanan dan ketentraman wilayah Yogyakarta. Dalam upacara ini, aneka sesajian diberikan untuk menghormati penguasa Merapi. Upacara ini dipimpin oleh juru kunci Gunung Merapi atas nama Keraton, misalnya oleh Mbah Maridjan.
Dari sudut pandang lain, upacara itu diterjemahkan sebagai sebuah upaya untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan alam. Harmonis, agar tidak ada yang saling disakiti.
Ponimin yang beberapa waktu lalu disebut-sebut akan menggantikan Mbah Marijan sebagai juru kunci Gunung Merapi berkata bahwa Gunung Merapi adalah sebuah kraton tempat bersemayam para makhuk gaib.
Memang secara kasat mata, keberadaan kraton itu sendiri tidak bisa terlihat. Namun bukan hanya Ponimin, tapi banyak masyarakat Jawa tradisional yang memang benar-benar percaya bahwa Misteri Gunung Merapi merupakan sebuah kraton adalah benar adanya.
Penduduk di Jawa Tengah, khususnya di sekitar Merapi yakin bahwa Gunung Merapi dihuni oleh makhluk-makhluk halus yang biasa disebut bangsa alus. Karena itu, banyak tempat di Merapi terlarang atau pantang bagi manusia untuk menjamahnya, apalagi merusaknya.
Gunung itu terdiri dari beberapa bagian yang memiliki fungsi masing-masing. Keraton yang dimaksud letaknya tepat di bagian kawah. Keraton itu dipimpin oleh kakak beradik, bernama Empu Rama dan Empu Permadi sebagai kepala negara. Namun, tugas mengatur negara setiap hari dilimpahkan kepada Kyai Sapu Jagad. Dialah yang mengatur keadaan Gunung Merapi.
Jika pernah mendaki Merapi, tentu akrab dengan nama "Pasar Bubrah". Dengan mata biasa, tempat itu tidak lain hanya sebuah hamparan pasir dengan bebatuan besar. Namun, dengan mata batin, Pasar Bubrah tampak sebagai pusat perbelanjaan mahluk halus, tidak beda dengan pasar di dunia manusia. Jika bekunjung ke sana dan mendapati batu-batuan besar yang berserakan, itulah bangku serta meja tempat penjual menjajakan dagangan.
Jika itu sebuah keraton dan pusat peradaban mahluk halus, lalu di mana pintu masuknya? Warga di Merapi percaya bahwa gerbang itu terletak di sebuah tempat yang diberi nama "Gunung Watoh". Di sinilah Nyai Gadung Melati bersemayam. Ia adalah penguasa Merapi yang bertugas menjaga lingkungan.
Sama seperti di alam manusia, alam gaib di Merapi juga memiliki padang rumput untuk menggembalakan ternak. Tempat itu bernama "Hutan Patuk Alap-alap". Di sanalah ternak milik keraton digembalakan. Penggembalanya adalah Kartadimeja, seorang tokoh halus yang baik hati kepada penduduk Merapi. Dia selalu memberitahu penduduk jika Merapi akan meletus. Selain menggembala, ia juga merupakan komandan pasukan mahluk halus.
Bagi kebanyakan kalangan, hal itu tentu sulit diterima akal sehat. Dalam pandangan orang kebanyakan, Merapi tidak ada bedanya dengan gunung berapi lainnya, yang bisa meletus dan mengeluarkan lahar.
Percaya atau tidak, yang pasti Keraton Yogyakarta rutin melakukan upacara labuhan di sana. Yakni rangkaian upacara yang dilaksanakan Keraton dalam rangka peringatan jumenengan Ndalem Sri Sultan Hamengkubuwono X yang diselenggarakan setiap tanggal 30 bulan Rejeb penanggalan Jawa.
Tujuannya, menghormati penguasa Merapi agar ikut menjaga keselamatan, keamanan dan ketentraman wilayah Yogyakarta. Dalam upacara ini, aneka sesajian diberikan untuk menghormati penguasa Merapi. Upacara ini dipimpin oleh juru kunci Gunung Merapi atas nama Keraton, misalnya oleh Mbah Maridjan.
Dari sudut pandang lain, upacara itu diterjemahkan sebagai sebuah upaya untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan alam. Harmonis, agar tidak ada yang saling disakiti.
0 komentar :
Posting Komentar