07 Maret 2010

Teroris di Aceh

Teroris di Aceh - Dalam kurun beberapa hari terakhir media massa senantiasa memberitakan mengenai perkembangan berita mengenai aksi penembakan yang terjadi di Aceh dan diduga dilakukan oleh pihak teroris. Sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menjelaskan kepada media massa bahwa teroris aceh bukanlah dari GAM, dan pernyatan presiden tersebut sesuai dengan laporan yang diaterima beliau bahwa pemimpin kelompok yang melakukan penembakan di Aceh tersebut bukanlah orang Aceh.

Berita lain yang mengemuka belakangan mengenai aksi penembakan di Aceh ini adalah mengenai munculnya sebuah blog yang menyatakan diri sebagai Al Qaeda Aceh atau tepanya Tandzim Al Qoidah Indonesia Serambi Makkah.

Selang beberapa saat blog tersebut menjadi perbincangan hangat diberbagai media online, namun belakangan blog bersangkutan telah suspended oleh pihak wordpress tempat blog tersebut di hostingkan.

Adapun korban tewas akibat aksi penembakan yang diduga dilakukan oleh pihak teroris di Aceh sejauh ini sudah 4 orang. Tiga orang anggota Brimob dinyatakan tewas dalam insiden ini, dan satunya lagi pihak yang tewas adalah pihak teroris.

Ketiga anggota Brimob yang tewas adalah Brigadir Anumerta Boas Woisiri, Brigadir Anumerta Darmansyah, dan Briptu Anumerta Hendrik Kusumo. Selain tiga anggota Brimob, dua orang yang diduga dari kelompok teroris juga dikabarkan tewas.“Yang bisa kami pastikan adalah tiga orang.Itu saja dulu,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Edward Aritonang kepada harian Seputar Indonesia (SI) kemarin. Baku tembak antara anggota polisi dari kesatuan Brimob dan Detasemen Khusus (Densus) 88 dengan kelompok yang diduga teroris terjadi pada Kamis (4/3).

Saat itu,polisi menduga di Kemukiman Lamkabeu dijadikan tempat persembunyian jaringan kelompok teroris Jalin.Pada Selasa (2/3) polisi memutuskan melakukan pengepungan daerah tersebut. Setelah dua hari melakukan pengepungan atau tepatnya Kamis (4/3), polisi berhasil menemukan gerak-gerik kelompok bersenjata tersebut. Sekitar pukul 14.00 WIB kontak tembak antara polisi dengan kelompok bersenjata tak terelakkan dan baru berhenti sekitar pukul 18.00 WIB atau menjelang magrib. Baku tembak tersebut selain menewaskan tiga anggota Brimob dan dua anggota kelompok teroris, juga melukai 11 anggota polisi.

Dari 11 korban luka tembak yang dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA), Banda Aceh,lima korban di antaranya masih mendapat perawatan intensif. Adapun enam lainnya dipindahkan ke Rumah Sakit Bhayangkara, Lamteumen,Kota Banda Aceh. Hingga Jumat (5/3) pukul 19.00 WIB sebagian besar pasukan Brimob ditarik dari lokasi pengepungan dan menyisakan beberapa anggota saja. Polisi menduga kelompok teroris yang bertahan di kawasan pegunungan lembah Seulawah sudah bergeser ke lokasi lain. Adapun tiga anggota Brimob yang tewas belum bisa langsung dievakuasi pada Jumat (5/3) malam.

Baru kemarin sekitar pukul 12.20 WIB ketiga jenazah bisa dievakuasi. Setelah berhasil mengevakuasi korban tewas, polisi terus melakukan pengepungan dengan menambah pasukan baru. Sebagian pasukan yang bertahan di lokasi pengepungan kemarin ditarik dan diganti dengan pasukan yang baru.Menurut keterangan Keuchik(Kepala Desa) Meunasah Tunong,Aceh Besar, Maimun, pasukan kembali masuk ke desa mereka kemarin pagi. Setelah berhasil dievakuasi dari lokasi pengepungan, kemarin jenazah Brigadir Anumerta Boas Woisiri langsung diterbangkan ke Jakarta. Adapun jenazah Briptu Anumerta Hendrik Kusumo dimakamkan di Kabupaten Pidie. Begitu juga dengan jenazah Briptu Anumerta Darmansyah dimakamkan kemarin di Banda Aceh.

Dayah Bukan Sarang Teroris

Salah seorang ulama di Aceh Besar, Tgk M Luthfi,menyatakan tidak ada dayah (pondok pesantren/ ponpes) di Provinsi NAD yang terkait dengan jaringan terorisme.“Islam tidak membenarkan kekacauan dan kekerasan,” tegasnya di sela-sela pembukaan musabaqah,cerdas cermat, muhadharah, serta fahmul kutubse- Aceh di Aceh Besar kemarin. Sementara itu,Wakil Gubernur NAD Muhammad Nazar mengatakan bahwa Islam adalah agama rahmatan lilalamin yang memberi manfaat dan menghilangkan mudarat bagi umat manusia.

Karenanya, dia menyatakan Islam tidak menoleransi kekerasan baik ideologi atau dalam bentuk apa pun yang membawa nama agama. “Karena itu, saya minta warga dayah, khususnya di seluruh Aceh, apakah ulama ataupun santrinya agar lebih sering melakukan program- program pengabdian sosial agama guna memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang Islam yang sebenarnya,”tambahnya.

Selain itu,Wakil Gubernur juga berharap agar dayah mampu menciptakan peradaban Islami,menjadi kontrol sosial dalam pembangunan serta memperkuat perdamaian yang telah terjalin pascakonflik di Aceh.

1 komentar :

Anonim mengatakan...

Ilmu tanpa agama sama halnya dengan agama tanpa ilmu bisa membuat manusia buta karena bisikan syaitan,

Islam pun sudah menang tanpa harus diciderai namanya dengan jihad yg salah jika mereka hanya ingin menumpahkan darah orang yahudi lebih baik mereka ke daerah perang di timur tengah sana!

jika mereka ingin berperang di sini maka berperanglah dengan dakwah, dengan berkah yg diberikan ALLAH yakni akal budi, untuk menjadi orang yg pintar yg bisa melawan pemikiran-pemikiran orang yahudi, orang-orang yg menzalimi Islam, dengan pemikiran-pemikiran kita.

ALLAH maha adil, setidaknya manusia jg harus adil, jika di negara Indonesia ingin dimasuki pemikiran2 kaum yahudi ataupun orang2 yg ingin menzalimi Islam hendaknya kita lawan dengan pemikiran2 kita jg, bukan dengan bom bunuh diri, atau perlawanan fisik.

jika yg ingin mereka cari hanya perang fisik saya rasa itu belum dibutuhkan pada saat ini.

Tulisan Terkait: