Presiden Mahmoud Ahmadinejad mengatakan, Rabu (20/5), Iran telah mengujitembakkan sebuah rudal darat baru berjarak sedang. "Menteri Pertahanan (Mohammad Mostafa Najjar) mengatakan kepada saya hari ini bahwa kita telah meluncurkan sebuah rudal Sejil-2, yang merupakan rudal dua susun dan telah mencapai sasaran yang dituju," kata Ahmadinejad dalam pernyataan di kota Semnan, Iran utara.
"Saya diberi tahu bahwa rudal itu bisa melesat melampaui atmosfir dan kemudian kembali lagi dan menghantam sasarannya. Rudal itu bekerja dengan bahan bakar padat," kata Ahmadinejad, yang disambut oleh sorak-sorai massa.
Ia tidak menjelaskan secara terinci daya jangkau rudal tersebut.
Menteri Pertahanan Mohammad Mostafa Najjar mengatakan pada 12 November, Iran telah mengujitembakkan sebuah rudal darat generasi baru. "Ini sebuah rudal dua susun yang membawa dua mesin dengan bahan bakar padat terpadu," kata Najjar pada saat itu, dengan menambahkan bahwa rudal itu diberi nama Sejil.
Televisi pemerintah saat itu menunjukkan peluncuran rudal tersebut, yang ukurannya sama dengan rudal jarak sedang Iran, Shahab-3.
Pada masa silam, Iran seringkali membanggakan pengembangan sistem persenjataan baru, namun hal itu hanya disambut dengan skeptis oleh para analis pertahanan Barat.
Najjar mengatakan kepada televisi pada November, rudal baru itu memiliki "daya jangkau hampir 2.000 kilometer", yang sama dengan jangkauan rudal Shahab-3 dan bisa menghantam musuh bebuyutan Iran, Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netayahu telah menyatakan, teknologi rudal Iran dan program nuklirnya yang kontroversial menimbulkan ancaman yang lebih besar bagi negara Yahudi tersebut ketimbang yang pernah dihadapinya sejak pembentukan Israel pada 1948.
Iran menekankan bahwa program nuklirnya hanya bertujuan untuk memproduksi listrik bagi penduduknya yang meningkat karena bahan bakar fosilnya semakin berkurang.
Namun Israel -- satu-satunya negara yang memiliki senjata nuklir namun tidak diumumkan -- menuduh program itu hanya sebagai selubung untuk membuat bom nuklir.
Dewan Keamanan PBB telah memberlakukan tiga paket sanksi terhadap Iran setelah mereka tidak mematuhi ultimatum untuk menghentikan program pengayaan uranium, proses yang membuat bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga nuklir namun bentuk yang sangat diperkaya juga bisa digunakan untuk membuat bahan inti sebuah bom atom. (antara.co.id)
"Saya diberi tahu bahwa rudal itu bisa melesat melampaui atmosfir dan kemudian kembali lagi dan menghantam sasarannya. Rudal itu bekerja dengan bahan bakar padat," kata Ahmadinejad, yang disambut oleh sorak-sorai massa.
Ia tidak menjelaskan secara terinci daya jangkau rudal tersebut.
Menteri Pertahanan Mohammad Mostafa Najjar mengatakan pada 12 November, Iran telah mengujitembakkan sebuah rudal darat generasi baru. "Ini sebuah rudal dua susun yang membawa dua mesin dengan bahan bakar padat terpadu," kata Najjar pada saat itu, dengan menambahkan bahwa rudal itu diberi nama Sejil.
Televisi pemerintah saat itu menunjukkan peluncuran rudal tersebut, yang ukurannya sama dengan rudal jarak sedang Iran, Shahab-3.
Pada masa silam, Iran seringkali membanggakan pengembangan sistem persenjataan baru, namun hal itu hanya disambut dengan skeptis oleh para analis pertahanan Barat.
Najjar mengatakan kepada televisi pada November, rudal baru itu memiliki "daya jangkau hampir 2.000 kilometer", yang sama dengan jangkauan rudal Shahab-3 dan bisa menghantam musuh bebuyutan Iran, Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netayahu telah menyatakan, teknologi rudal Iran dan program nuklirnya yang kontroversial menimbulkan ancaman yang lebih besar bagi negara Yahudi tersebut ketimbang yang pernah dihadapinya sejak pembentukan Israel pada 1948.
Iran menekankan bahwa program nuklirnya hanya bertujuan untuk memproduksi listrik bagi penduduknya yang meningkat karena bahan bakar fosilnya semakin berkurang.
Namun Israel -- satu-satunya negara yang memiliki senjata nuklir namun tidak diumumkan -- menuduh program itu hanya sebagai selubung untuk membuat bom nuklir.
Dewan Keamanan PBB telah memberlakukan tiga paket sanksi terhadap Iran setelah mereka tidak mematuhi ultimatum untuk menghentikan program pengayaan uranium, proses yang membuat bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga nuklir namun bentuk yang sangat diperkaya juga bisa digunakan untuk membuat bahan inti sebuah bom atom. (antara.co.id)
0 komentar :
Posting Komentar