Banyak Suami Diduga Jual Istri - Kebutuhan ekonomi yang mendesak di jaman serba susah, mengakibatkan segala cara dihalalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seperti halnya dugaan bahwa ada oknum suami mejual istrinya sendiri bekerja mencari nafkah demi keluarga mungkin saja bukan cuma isapan jempol belaka.
Menurut salah satu penelusuran yang dilakukan oleh koran Manado Post (mdopost.com) bahwa fenomena semacam ini memang terjadi di kota Manado.
Salah seorang sumber Manado Post dengan nama samaran Britney yang berprofesi sebagai pekerja malam, menyatakan bahwa suaminya sendiri tahu, bahwa dia bekerja ditempat remang-remang tersebut, namun meskipun demikian si suami memaklumi Britney meneruskan profesinya untuk menafkahi keluarga.
Dia sendiri mengaku bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, khususnya buat anak-anak yang masih kecil. “Jangan lupa tip ya, untuk susu anak saya,” pintanya di ujung pembicaraan.
Lantas suami kerja? “Ada, tapi tidak tetap, untuk itu kami saling menopang ekonomi keluarga,” jelasnya, panjang lebat saat dihubungi wartawan koran ini.
Britney sendiri mengaku siap menerima side job, jika tarifnya sesuai. “Kalau ini suami saya tak tahu, karena yang dia tahu saya sedang kerja,” sambung wanita berambut panjang tersebut.
Beda dengan Britney, Bunga—juga nama samaran, lebih ekstrem lagi, karena suaminya tahu dirinya buka praktek di tempat esek-esek. “Kalau datang dan pulang suami saya yang jemput dengan motor,” aku Bunga, yang biasa mengkal di salah satu penginapan yang dikenal lokasi esek-esek di pinggiran Kota Tinutuan ini.
Wanita berusia 30-an tahun itu mengaku, mulai melakukan aktifitasnya ini setelah suaminya ke Putus Hubungan Kerja (PHK). Himpitan ekonomi karena mereka harus menghidupi keluarga serta menyekolahkan anak-anak dengan biaya cukup besar, terpaksa ditempuh pekerjaan sambilan tersebut. “ Awalnya saya diajak teman, tanpa sepengetahuan suami saya. Lama kelamaan suami saya mulai tahu, tapi dirinya tak melarangnya,” terang Bunga, saat diwawancarai di tempat ‘prakteknya’.
Ini mungkin hanya contoh kecil tentang fenomena yang terjadi tengah pesatnya kemajuan kota ini. Sulitnya lapangan pekerjaan tapi tingginya kebutuhan hidup, kadang membuat orang dengan sangat terpaksa menggunakan jalan pintas. Hal ini seharusnya menjadi perhatian semua pihak, termasuk pemerintah untuk mencari solusi terbaik atau minimal membuka potensi lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Menurut salah satu penelusuran yang dilakukan oleh koran Manado Post (mdopost.com) bahwa fenomena semacam ini memang terjadi di kota Manado.
Salah seorang sumber Manado Post dengan nama samaran Britney yang berprofesi sebagai pekerja malam, menyatakan bahwa suaminya sendiri tahu, bahwa dia bekerja ditempat remang-remang tersebut, namun meskipun demikian si suami memaklumi Britney meneruskan profesinya untuk menafkahi keluarga.
Dia sendiri mengaku bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, khususnya buat anak-anak yang masih kecil. “Jangan lupa tip ya, untuk susu anak saya,” pintanya di ujung pembicaraan.
Lantas suami kerja? “Ada, tapi tidak tetap, untuk itu kami saling menopang ekonomi keluarga,” jelasnya, panjang lebat saat dihubungi wartawan koran ini.
Britney sendiri mengaku siap menerima side job, jika tarifnya sesuai. “Kalau ini suami saya tak tahu, karena yang dia tahu saya sedang kerja,” sambung wanita berambut panjang tersebut.
Beda dengan Britney, Bunga—juga nama samaran, lebih ekstrem lagi, karena suaminya tahu dirinya buka praktek di tempat esek-esek. “Kalau datang dan pulang suami saya yang jemput dengan motor,” aku Bunga, yang biasa mengkal di salah satu penginapan yang dikenal lokasi esek-esek di pinggiran Kota Tinutuan ini.
Wanita berusia 30-an tahun itu mengaku, mulai melakukan aktifitasnya ini setelah suaminya ke Putus Hubungan Kerja (PHK). Himpitan ekonomi karena mereka harus menghidupi keluarga serta menyekolahkan anak-anak dengan biaya cukup besar, terpaksa ditempuh pekerjaan sambilan tersebut. “ Awalnya saya diajak teman, tanpa sepengetahuan suami saya. Lama kelamaan suami saya mulai tahu, tapi dirinya tak melarangnya,” terang Bunga, saat diwawancarai di tempat ‘prakteknya’.
Ini mungkin hanya contoh kecil tentang fenomena yang terjadi tengah pesatnya kemajuan kota ini. Sulitnya lapangan pekerjaan tapi tingginya kebutuhan hidup, kadang membuat orang dengan sangat terpaksa menggunakan jalan pintas. Hal ini seharusnya menjadi perhatian semua pihak, termasuk pemerintah untuk mencari solusi terbaik atau minimal membuka potensi lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
0 komentar :
Posting Komentar