Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat (BKJM) Kalawa Atei Palangkaraya merawat lima pasien gangguan jiwa pascapemilu 9 April, dua di antaranya merupakan calon anggota legislatif (caleg) dan tiga lainnya simpatisan partai politik (parpol).
"Dampak dari kekalahan dalam pemilu tidak hanya menimpa caleg secara pribadi, melainkan juga dapat terjadi pada simpatisan dan orang terdekat misalnya istri, keluarga dan orang lain yang menjadi pendukung fanatik," kata Kepala BKJM Kalawa Atei Palangkaraya, Wineini Marhaeni Rubay di Palangkaraya, Selasa (14/4).
Menurut dia, salah seorang caleg datang sudah dalam kondisi gila pada 10 April lalu, dan sempat mendapat perawatan darurat, sebelum akhirnya dikirim ke Yayasan Joint Adulam Ministry, Palangkaraya, tempat penampungan orang-orang "gila".
Ia mengatakan caleg tersebut diketahui memiliki perilaku aneh pascapemilu, di antaranya tidak mau mandi, tidak mau makan, dan sering tertawa terutama jika melihat hasil penghitungan suara partainya.
Namun, Wineini tidak bersedia menyebut nama caleg dan partainya. Dua pasien lain yang juga berperilaku hampir sama, harus menjalani rawat inap di Kalawa Atei.
"Sedangkan dua pasien lagi, baru sebatas konsultasi mengenai gangguan jiwa. Kami memberi perawatan intensif dengan empat tenaga dokter umum, satu dokter ahli kejiwaan, dua psikolog, dan dibantu sejumlah perawat," katanya.
Ia mengatakan dari pemantauannya ada tujuh orang yang mengalami gangguan jiwa pascapemilu, dua di antaranya belum mendapat perawatan, yakni satu di Kapuas, dan satu lagi di Palangkaraya yang dirawat di rumah sendiri.
BKJM Kalawa Atei Palangkaraya telah menyiapkan kamar khusus, baik untuk pasien stres ringan maupun stres akut, gila atau psikosis.
Pasien gila secara khusus ditempatkan di dua kamar dengan standar keamanan terjamin, mirip kamar sel berjeruji besi.
"Kamar rawat inap di balai ini terbatas, sehingga apabila jumlah pasien meningkat, kami rujuk ke rumah sakit jiwa di Banjarmasin, Kalimantan Selatan," katanya. (tribun-timur.com)
"Dampak dari kekalahan dalam pemilu tidak hanya menimpa caleg secara pribadi, melainkan juga dapat terjadi pada simpatisan dan orang terdekat misalnya istri, keluarga dan orang lain yang menjadi pendukung fanatik," kata Kepala BKJM Kalawa Atei Palangkaraya, Wineini Marhaeni Rubay di Palangkaraya, Selasa (14/4).
Menurut dia, salah seorang caleg datang sudah dalam kondisi gila pada 10 April lalu, dan sempat mendapat perawatan darurat, sebelum akhirnya dikirim ke Yayasan Joint Adulam Ministry, Palangkaraya, tempat penampungan orang-orang "gila".
Ia mengatakan caleg tersebut diketahui memiliki perilaku aneh pascapemilu, di antaranya tidak mau mandi, tidak mau makan, dan sering tertawa terutama jika melihat hasil penghitungan suara partainya.
Namun, Wineini tidak bersedia menyebut nama caleg dan partainya. Dua pasien lain yang juga berperilaku hampir sama, harus menjalani rawat inap di Kalawa Atei.
"Sedangkan dua pasien lagi, baru sebatas konsultasi mengenai gangguan jiwa. Kami memberi perawatan intensif dengan empat tenaga dokter umum, satu dokter ahli kejiwaan, dua psikolog, dan dibantu sejumlah perawat," katanya.
Ia mengatakan dari pemantauannya ada tujuh orang yang mengalami gangguan jiwa pascapemilu, dua di antaranya belum mendapat perawatan, yakni satu di Kapuas, dan satu lagi di Palangkaraya yang dirawat di rumah sendiri.
BKJM Kalawa Atei Palangkaraya telah menyiapkan kamar khusus, baik untuk pasien stres ringan maupun stres akut, gila atau psikosis.
Pasien gila secara khusus ditempatkan di dua kamar dengan standar keamanan terjamin, mirip kamar sel berjeruji besi.
"Kamar rawat inap di balai ini terbatas, sehingga apabila jumlah pasien meningkat, kami rujuk ke rumah sakit jiwa di Banjarmasin, Kalimantan Selatan," katanya. (tribun-timur.com)
0 komentar :
Posting Komentar