Terdapat tujuh tema besar materi kampanye partai politik yakni kesejahteraan sosial, ekonomi, hukum politik dan pemerintahan, kenegaraan dan kebangsaan, keamanan perdamaian dan resolusi konflik, energi dan sumberdaya mineral, dan agama.
Hal itu disampaikan oleh Hendardi, Ketua Setara Institute, dalam jumpa pers bertajuk 'Seruan Kritis Bagi Pemilih Pemilu 2009' di hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta 6 April 2009.
Dalam pengamatan dan studi yang dilakukan Setara Institute sepanjang tiga pekan masa kampanye terbuka, terdapat catatan bahwa pola kampanye 2009 tetap sama dengan kampanye pada masa pemilu sebelumnya. Massa yang dihadiri sekedar dimobilisasi dan orasi yang disampaikan minim pemaparan materi program kerja partai.
Sepanjang tiga pekan musim kampanye, tidak ada satupun partai yang secara tegas menyatakan komitmennya pada penegakan hak asasi manusia di Indonesia secara holistik dan komprehensif. Isu kesejahteraan rakyat menjadi tema yang paling banyak disebut dalam kampanye terbuka.
Namun kesejahteraan rakyat yang digemba-gemborkan dalam kampanye tersebut tidak berpijak pada paradigma hidup sejahtera sesuai hak asasi manusia, sebagai hak yang harus diberikan oleh negara. "Jaminan hak asasi manusia dalam rumpun hak sipil dan politik nyaris tak mendapat perhatian sama sekali dari partai-partai politik," kata Bonar Tigor Naipospos, Wakil Ketua Setara Institute.
Berdasarkan pengamatan tersebut, Setara Institue menyimpulkan partai-partai masih meletakkan rakyat sebagai alas kaki kekuasaan yang sekedar dipijak untuk menaiki tangga tangga kekuasaan semata. Janji-janji yang disampaikan tidak terukur dan hanya menjawab penderitaan rakyat di masa kampanye, yang sulit dipertanggungjawabkan di kemudian hari.
Rakyat tetap saja dibutakan karena tidak punya pengetahuan tentang rekam jejak calon legislator. Sementara Pemilu persiapannya juga carut marut sehingga menunjukkan kualitas pemilu 2009 berada di ujung tanduk dan sulit melahirkan anggota parlemen yang berkualitas.
Atas pengamatan tersebut Setara Institute menyerukan kepada warga yang akan menggunakan hak pilihnya pada pemungutan suara nanti agar mempertimbangkan masak-masak pilihannya demi kemajuan Indonesia. Di antaranya adalah pilihlah parpol yang memiliki komitmen kuat pada pemajuan hak asasi manusia, termasuk komitmen penghapusan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan.
Selain itu, pilihlan partai yang peduli pada pemberantasan korupsi. Jangan pula pilih partai yang menggunakan preferensi etnis, agama, dalam praktik berbangsa dan bernegara.
"Jangan berhenti hanya pada saat memasuki bilik suara, tapi perhitungkan dampak pilihan terhadap pemajuan hak asasi manusia dan pluralisme Indonesia," ujar Hendardi. (vivanews.com)
Hal itu disampaikan oleh Hendardi, Ketua Setara Institute, dalam jumpa pers bertajuk 'Seruan Kritis Bagi Pemilih Pemilu 2009' di hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta 6 April 2009.
Dalam pengamatan dan studi yang dilakukan Setara Institute sepanjang tiga pekan masa kampanye terbuka, terdapat catatan bahwa pola kampanye 2009 tetap sama dengan kampanye pada masa pemilu sebelumnya. Massa yang dihadiri sekedar dimobilisasi dan orasi yang disampaikan minim pemaparan materi program kerja partai.
Sepanjang tiga pekan musim kampanye, tidak ada satupun partai yang secara tegas menyatakan komitmennya pada penegakan hak asasi manusia di Indonesia secara holistik dan komprehensif. Isu kesejahteraan rakyat menjadi tema yang paling banyak disebut dalam kampanye terbuka.
Namun kesejahteraan rakyat yang digemba-gemborkan dalam kampanye tersebut tidak berpijak pada paradigma hidup sejahtera sesuai hak asasi manusia, sebagai hak yang harus diberikan oleh negara. "Jaminan hak asasi manusia dalam rumpun hak sipil dan politik nyaris tak mendapat perhatian sama sekali dari partai-partai politik," kata Bonar Tigor Naipospos, Wakil Ketua Setara Institute.
Berdasarkan pengamatan tersebut, Setara Institue menyimpulkan partai-partai masih meletakkan rakyat sebagai alas kaki kekuasaan yang sekedar dipijak untuk menaiki tangga tangga kekuasaan semata. Janji-janji yang disampaikan tidak terukur dan hanya menjawab penderitaan rakyat di masa kampanye, yang sulit dipertanggungjawabkan di kemudian hari.
Rakyat tetap saja dibutakan karena tidak punya pengetahuan tentang rekam jejak calon legislator. Sementara Pemilu persiapannya juga carut marut sehingga menunjukkan kualitas pemilu 2009 berada di ujung tanduk dan sulit melahirkan anggota parlemen yang berkualitas.
Atas pengamatan tersebut Setara Institute menyerukan kepada warga yang akan menggunakan hak pilihnya pada pemungutan suara nanti agar mempertimbangkan masak-masak pilihannya demi kemajuan Indonesia. Di antaranya adalah pilihlah parpol yang memiliki komitmen kuat pada pemajuan hak asasi manusia, termasuk komitmen penghapusan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan.
Selain itu, pilihlan partai yang peduli pada pemberantasan korupsi. Jangan pula pilih partai yang menggunakan preferensi etnis, agama, dalam praktik berbangsa dan bernegara.
"Jangan berhenti hanya pada saat memasuki bilik suara, tapi perhitungkan dampak pilihan terhadap pemajuan hak asasi manusia dan pluralisme Indonesia," ujar Hendardi. (vivanews.com)
0 komentar :
Posting Komentar