28 April 2009

Goa Mbultuk Tempat Pelarian PKI

Mobil yang dibawa tim Ekspedisi Susur Selatan Jawa 2009 Harian Kompas, berkelok melintasi perbukitan gamping yang tandus. Sisi kiri dan kanan yang dilintasi hanya terlihat pohon jati dan waru. Rumah warga yang sederhana dan bersahaja terasa kontras dengan kerasnya suasana bukit. Terus menuju selatan Blitar, Jawa Timur, jalan semakin menyempit.

Di bawah bukit kecil terdapat sebuah goa yang dinamai Mbultuk tepatnya di Desa Tumpak Kepah, Bakung, Blitar Selatan. Goa ini sangat fenomenal karena mengingatkan semua orang akan kisah pelarian orang-orang PKI. Goa tersebut pernah dijadikan sebagai tempat persembunyian para aktivis, simpatisan dan orang-orang yang dituduh PKI.

Dan tempat ini kian ramai ketika tahun 1968 disisir oleh tentara yang menggelar operasi penumpasan sisa-sisa G 30 S/PKI, yang dikenal sebagai Operasi Trisula. Tim sebelumnya berdiskusi dengan para sepuh di desa setempat untuk menggali kembali kisah goa.

Mbah Gimo (70) menceritakan bahwa dia ingat dulu di goa ini banyak didatangi tentara. "Sebenarnya warga tidak tahu menahu kalau ada orang-orang PKI di dalam goa, dan saya ingat banyak tentara bergerak mengepung goa," terangnya.

Dengan latar ingatan pelajaran sejarah serta cerita Mbah Gimo itulah, dua anggota tim ekspedisi dengan ditemani pemandu mencoba memasuki goa. Kamar Goa Tim perlahan memasuki mulut goa dengan berendam di sungai sedalam 1 meter. Cahaya matahari perlahan hilang berganti dengan cahaya petromaks yang diusung dua orang pemandu yaitu Yani dan Purwoto.

Bagaimana para pelarian orang-orang PKI yang bersembunyi kemudian lari di dalam goa terus membayangi tim yang perlahan tapi pasti menyusuri goa. Pertama masuk, terpaksa membungkuk karena dihadapkan dengan langit goa yang sangat rendah. Penyusuran goa harus berhati-hati karena stalaktit dan dinding goa yang tajam. Sekilas pemandangan dari luar yang biasa saja sontak berubah ketika sudah masuk ke dalam goa sejauh 500 meter.

Ternyata aliran sungai dalam goa bergerak tenang. Beberapa kali dikecohi dengan suara riak air yang jatuh di sela sebuah chamber atau kamar yang dihiasi daratan. Dalam goa banyak terdapat chamber yang sangat luas bahkan bisa diisi 200 orang. Di chamber ada daratan yang benar-benar kering dan ada yang sedikit basah oleh aliran air sungai di goa.

Terbersit di kepala, di ruang ini kah orang-orang PKI dulu istirahat, duduk maupun tiduran? Purwoto sambil bercerita tentang keadaan goa. Dia mencatat lebih dari sepuluh jenis stalaktit dan stalakmit yang telah diberi nama dan rata-rata dengan ukuran besar dan bentuk yang unik dan khas. "Sampai batu Sangga Buana saya perkirakan bisa mencapai sejauh 1,5 kilometer ke dalam goa dan bisa tembus ke Desa Sidomulya," terangnya.

Potensi Wisata Sejarah silam Tumpak Kepuh dengan Goa Mbultuk memang suram. Tapi kini pemerintah setempat mengubahnya menjadi potensi wisata. Goa ini mulai dikembangkan menjadi wahana wisata petualangan susur goa.

Yani menyebutkan, saat hari libur kawasan ini terutama di mulut goa sangat ramai. Para pengunjung biasanya mandi di sungai yang keluar dari mulut goa. "Kalau ada yang mau masuk warga sudah menyiapkan para pemandu yang mengantar," ujarnya.

Jasa para pemandu susur goa menjadi sumber pundi uang menggiurkan di sela-sela bekerja sebagai petani di tanah yang tandus. Hal itu yang diakui Yani dan Purwoto yang juga sebagai petani dan sesekali mencari ikan di laut. Tidak jauh dari goa adalah pesisir pantai yang rencananya terhubung dengan pembangunan jalur lintas selatan. Dan tentu membuka peluang meningkatnya jumlah kunjungan wisata di tanah yang tandus ini. (kompas.com)

0 komentar :

Tulisan Terkait: