Panitia TPS 22 dengan dukungan warga RT 04 dan 05, RW 07, Kelurahan Tugu Raja, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat memanfaatkan tempat MCK atau WC umum sebagai tempat pemungutan suara (TPS).
Ketua TPS 22 Kusnadi di Tasikmalaya, Rabu (8/4) malam mengatakan tak ada tempat memadai di wilayah RW 07. "Makanya, kami akhirnya menggunakan MCK," kata Kusnadi.
Tak cuma alasan itu. Menurut Kusnadi, pertimbangan tempat MCK berupa bangunan tembok dan atap genteng dapat melindungi jika turun hujan.
Untuk itu, kata dia, dengan kesepakatan warga dan usulan dari petugas TPS 22, muncul ide agar tempat MCK dijadikan TPS. "Dulu TPS di lapangan, tetapi sekarang di lapangan itu sudah dibangun rumah, sehingga kami bingung cari tempat, kemudian muncul gagasan WC umum dijadikan TPS," katanya.
Ia mengatakan untuk membuat agar tempat MCK tidak terkesan jorok, keempat kamar MCK pada setiap pintu dan dindingnya dihiasi dengan kain batik serta renda warna putih.
Kemudian dibuat meja dari kayu untuk memudahkan pencentangan. Meja untuk penghitungan suara dihias dengan kain putih agar terlihat bersih. "Sebelumnya WC ini sudah kami bersihkan dan diberi pengharum agar tidak berbau," katanya.
Sementara itu, mengingat tempat MCK merupakan fasilitas umum, selama dua hari atau selama palaksanaan pemilu legislatif, masyarakat sekitarnya terpaksa menggunakan MCK lain atau di rumah tetangga yang memiliki tempat buang air besar.
Ia menyebutkan jumlah pemilih di TPS itu sebanyak 351 orang, dan jumlah petugas atau panitia di TPS 22 tujuh orang dibantu anggota linmas (perlindungan masyarakat) dua orang. (kompas.com)
Ketua TPS 22 Kusnadi di Tasikmalaya, Rabu (8/4) malam mengatakan tak ada tempat memadai di wilayah RW 07. "Makanya, kami akhirnya menggunakan MCK," kata Kusnadi.
Tak cuma alasan itu. Menurut Kusnadi, pertimbangan tempat MCK berupa bangunan tembok dan atap genteng dapat melindungi jika turun hujan.
Untuk itu, kata dia, dengan kesepakatan warga dan usulan dari petugas TPS 22, muncul ide agar tempat MCK dijadikan TPS. "Dulu TPS di lapangan, tetapi sekarang di lapangan itu sudah dibangun rumah, sehingga kami bingung cari tempat, kemudian muncul gagasan WC umum dijadikan TPS," katanya.
Ia mengatakan untuk membuat agar tempat MCK tidak terkesan jorok, keempat kamar MCK pada setiap pintu dan dindingnya dihiasi dengan kain batik serta renda warna putih.
Kemudian dibuat meja dari kayu untuk memudahkan pencentangan. Meja untuk penghitungan suara dihias dengan kain putih agar terlihat bersih. "Sebelumnya WC ini sudah kami bersihkan dan diberi pengharum agar tidak berbau," katanya.
Sementara itu, mengingat tempat MCK merupakan fasilitas umum, selama dua hari atau selama palaksanaan pemilu legislatif, masyarakat sekitarnya terpaksa menggunakan MCK lain atau di rumah tetangga yang memiliki tempat buang air besar.
Ia menyebutkan jumlah pemilih di TPS itu sebanyak 351 orang, dan jumlah petugas atau panitia di TPS 22 tujuh orang dibantu anggota linmas (perlindungan masyarakat) dua orang. (kompas.com)
1 komentar :
Masyak sih?
Posting Komentar