Adanya pernyataan dari Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring mengenai tarian Jaipong mengandung unsur tarian erotis dan lahir di tempat maksiat, mendapat reaksi keras dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lodaya Karawang.
Ketua LSM Lodaya Karawang, Nace Permana mengatakan, pihaknya mengecam pernyataan yang mengatakan tarian Jaipong sebagai tarian erotis. Seharusnya, Tifatul Sembiring sebagai pemimpin partai harus bisa menempatkan Jaipong sebagai seni, bukan mengedepankan sisi pornografinya.
"Lahirnya seni daerah di setiap wilayah dijadikan media sebagai alat pemersatu bangsa dan identitas bangsa dalam melawan kaum penjajah di masa lalu," katanya di Karawang, Minggu (15/2/2009).
Bahkan, Nace menilai pernyataan Presiden PKS tersebut terlalu gegabah karena maksiat tidak serta merta disebabkan oleh faktor Jaipong, melainkan masih banyak hal lain yang dianggap lebih parah.
"Yang menjadi pertanyaan kami, sejauh mana peranan PKS sebagai partai dakwah dalam memberantas tempat-tempat maksiat yang nyata-nyata berada di depan kita," tandasnya.
Dia mencontohkan, jika mau memberantas kemaksiatan yang sifatnya erotis, masih banyak hal yang bisa dilakukan PKS. Seperti menertibkan banyaknya wanita yang memakai pakaian seronok dan tidak sesuai norma serta adat yang berlaku. "Dalam peradaban budaya Sunda, Jaipongan memiliki nilai budaya dan sejarah yang tinggi bagi masyarakatnya," jelas Nace.
Nace mensinyalir, pernyataan tersebut merupakan sebagai bentuk upaya untuk menaikan citra partai dengan cara mengkambing hitamkan seni budaya dan itu tidak fair. "Pernyataan tersebut sudah menyinggung warga Jawa Barat dan kami menyerukan untuk tidak memilih partai yang mendeskreditkan Jaipongan," tandasnya (okezone.com)
Ketua LSM Lodaya Karawang, Nace Permana mengatakan, pihaknya mengecam pernyataan yang mengatakan tarian Jaipong sebagai tarian erotis. Seharusnya, Tifatul Sembiring sebagai pemimpin partai harus bisa menempatkan Jaipong sebagai seni, bukan mengedepankan sisi pornografinya.
"Lahirnya seni daerah di setiap wilayah dijadikan media sebagai alat pemersatu bangsa dan identitas bangsa dalam melawan kaum penjajah di masa lalu," katanya di Karawang, Minggu (15/2/2009).
Bahkan, Nace menilai pernyataan Presiden PKS tersebut terlalu gegabah karena maksiat tidak serta merta disebabkan oleh faktor Jaipong, melainkan masih banyak hal lain yang dianggap lebih parah.
"Yang menjadi pertanyaan kami, sejauh mana peranan PKS sebagai partai dakwah dalam memberantas tempat-tempat maksiat yang nyata-nyata berada di depan kita," tandasnya.
Dia mencontohkan, jika mau memberantas kemaksiatan yang sifatnya erotis, masih banyak hal yang bisa dilakukan PKS. Seperti menertibkan banyaknya wanita yang memakai pakaian seronok dan tidak sesuai norma serta adat yang berlaku. "Dalam peradaban budaya Sunda, Jaipongan memiliki nilai budaya dan sejarah yang tinggi bagi masyarakatnya," jelas Nace.
Nace mensinyalir, pernyataan tersebut merupakan sebagai bentuk upaya untuk menaikan citra partai dengan cara mengkambing hitamkan seni budaya dan itu tidak fair. "Pernyataan tersebut sudah menyinggung warga Jawa Barat dan kami menyerukan untuk tidak memilih partai yang mendeskreditkan Jaipongan," tandasnya (okezone.com)
0 komentar :
Posting Komentar