SBY, dalam pandangan Qodari, agak trauma berpasangan dengan calon dari partai politik. Apalagi, target suara yang dicanangkan Partai Demokrat sebesar 20 persen, menurut dia didasari niat mengusung pasangan calon sendiri.
"Saya menduga, kalau suara PD (Paryai Demokrat) diatas 20 persen, kemungkinan wakilnya bukan orang partai. Tapi teknokrat murni, yang diharapkan membantu tugas-tugas misalnya masalah ekonomi. Maka, Sri Mulyani punya peluang luar biasa. SBY saya kira agak trauma dengan orang partai," ujar Qodari, Selasa ( 10/2 ), di Gedung DPR, Jakarta.
Lanjut dia, "Kalau orang partai kan suka ngancam-ngancam. Ini yang dirasakan SBY. Nggak usahlah PAN, PPP atau yang lainnya. Golkar juga kan sikap politiknya berubah-ubah. Ada waktunya pro, ada kontra nanti tiba-tiba pro lagi," papar Qodari.
Karakter SBY yang halus dinilai mementingkan faktor kecocokan chemistry . Selama ini, perbedaan karakter SBY-JK dipandang sebagai salah satu faktor ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara keduanya.
"Saya khawatir selama ini dia tidak cocok dengan JK. Artinya beda style, beda gaya. SBY-JK itu ibarat rem dan gas, yang satu rem, satunya gas. Secara pribadi mungkin tidak terlalu cocok sehingga mencari figur lain yang dirasa cocok," kata Qodari.
Padahal, Golkar menurut Qodari, tengah menunggu sinyal dari SBY dan Partai Demokrat. Kondisi internal dan dinamika didalam tubuh Golkar tak bisa diselesaikan oleh elit Golkar sendiri. "Dinamika di Golkar, yang bisa menjawab bukan hanya Golkar sendiri tapi juga Pak SBY, Partai Demokrat. Mereka (Golkar) saat ini terikat dengan SBY. Siapa yang akan dicalonkan Golkar juga ditentukan oleh suara-suara yang dimunculkan SBY dan Demokrat," ujar Qodari. (tribun-timur.com)
0 komentar :
Posting Komentar