Menyambut kedatangan Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Jusuf Kallam, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul melontarkan Pantun.
"Jalan-jalan ke kota padang, mampir ke solo beli beras. Kalau mampir ke mampang, maka isyarat sudah jelas," Ujar Tifatul seperti yang dikutip dari Detikcom, mengawali sambutannya.
Setelah giliran Tifatul, JK pun memberikan sambutan. Tak lupa JK membalas pantun Tifatul."Ini ladang bukan sembarang ladang, tapi ladang jerami. Tapi saya datang bukan sembarang datang, tapi untuk silaturahmi," lontar JK yang juga disambut tawa.
Sementara mantan Presiden PKS Hidayat Nurwahid yang diwacanakan akan dipasangkan dengan JK pun tak mau kalah. Hidayat menegaskan identitas ke-Jawa-annya dengan menyitir puisi sastrawan Jawa saat zaman keemasan Kerajaan Surakarta, Ronggowarsito dalam Serat Kalatida.
"Amenangi zaman edan, ewuh oyo ing pambudi. Melu edan nora tahan, yen tan melu anglakoni. Boya kadum melik, kaliren wekasanipun. Ndilalah karsa Allah, begjo-begjane lali, luwirah begjo kang eling lawan waspodo," ujar Hidayat.
Lantas Hidayat pun menterjemahkan puisi itu yang berarti zaman ini zaman edan. Orang yang tidak ikut edan akan tergilas. Seberuntung-beruntungnya orang adalah orang yang bijak dan selalu waspada.
"Kutipan sastra Jawa ini menandakan saya Jawa tulen. Dua bulan ini, saya selalu melakukan wayangan. Lakonnya Ronggowarsito. Saya wayangan mengundang Ki Manteb Sudarsono," ujar Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ini yang seakan menjawab wacana Jawa-Nonjawa sebagai pasangan capres-cawapres.
"Jalan-jalan ke kota padang, mampir ke solo beli beras. Kalau mampir ke mampang, maka isyarat sudah jelas," Ujar Tifatul seperti yang dikutip dari Detikcom, mengawali sambutannya.
Setelah giliran Tifatul, JK pun memberikan sambutan. Tak lupa JK membalas pantun Tifatul."Ini ladang bukan sembarang ladang, tapi ladang jerami. Tapi saya datang bukan sembarang datang, tapi untuk silaturahmi," lontar JK yang juga disambut tawa.
Sementara mantan Presiden PKS Hidayat Nurwahid yang diwacanakan akan dipasangkan dengan JK pun tak mau kalah. Hidayat menegaskan identitas ke-Jawa-annya dengan menyitir puisi sastrawan Jawa saat zaman keemasan Kerajaan Surakarta, Ronggowarsito dalam Serat Kalatida.
"Amenangi zaman edan, ewuh oyo ing pambudi. Melu edan nora tahan, yen tan melu anglakoni. Boya kadum melik, kaliren wekasanipun. Ndilalah karsa Allah, begjo-begjane lali, luwirah begjo kang eling lawan waspodo," ujar Hidayat.
Lantas Hidayat pun menterjemahkan puisi itu yang berarti zaman ini zaman edan. Orang yang tidak ikut edan akan tergilas. Seberuntung-beruntungnya orang adalah orang yang bijak dan selalu waspada.
"Kutipan sastra Jawa ini menandakan saya Jawa tulen. Dua bulan ini, saya selalu melakukan wayangan. Lakonnya Ronggowarsito. Saya wayangan mengundang Ki Manteb Sudarsono," ujar Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ini yang seakan menjawab wacana Jawa-Nonjawa sebagai pasangan capres-cawapres.
1 komentar :
Oalah alah ada ada aja!
Biza juga mereka melawak yapz?
Posting Komentar