Penganiayaan yang dilakukan seorang guru di Purwakarta, Jabar, LM, bisa dibilang keterlaluan. LM, guru SMP PGRI, tega menampar 17 siswanya dengan sepatu. Akibatnya, salah seorang murid kelas III Arif Ariansyah mengalami bengkak di pelipis kanan dan harus menjalani perawatan selama tiga hari.
Sri Parmini, 49, nenek Aris yang mengurusnya sejak berumur dua tahun, menceritakan bahwa pemukulan terhadap 17 siswa tersebut terjadi Sabtu lalu (14/2). Diduga, guru itu menghukum anak didiknya karena pada Jumat (13/2) siang, ke-17 siswa itu bergerombol menaiki mobil bersamaan setelah pulang sekolah dengan masih mengenakan seragam.
''Semua siswa dipukul dengan sepatu. Kebetulan Aris kali pertama yang dipukul dan paling parah. Akibatnya, Aris mengalami luka bengkak sebesar telur ayam pada pelipis bagian kanan. Selain Aris, anak saya, Rio, kelas I, ikut dipukuli,'' ungkap Sri saat ditemui di rumahnya kemarin (18/2).
Mendengar kabar tak enak, orang tua Aris yang tinggal di luar kota segera menjenguk anaknya. Dan, akibat aksi kejam itu, 7 orang guru, termasuk LM, dan Kasek SMP PGRI mendatangi rumah Aris Selasa (17/2) untuk meminta maaf kepada kedua orang tua dan neneknya.
''Kedatangan mereka untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan. Dan, kami juga tak menuntut apa-apa. Walaupun sebelumnya hati kami sekeluarga sempat kesal dan marah. Tapi, akhirnya kami bisa memaafkan guru itu. Dengan syarat, tak ada aksi kekerasan kembali di sekolah,'' ujar Sri.
Kepala Sekolah SMP PGRI Purwakarta Rukhyana membenarkan adanya aksi pemukulan terhadap 17 siswa yang dilakukan LM. Tapi, staf pengajarnya tak memukul dengan sepatu. Hanya tangan. ''Saya telah menegur keras LM dan dia berjanji kejadian itu tak akan terulang. Hal ini untuk kali pertama dan terakhir. Bahkan, masalah ini telah kami selesaikan secara kekeluargaan," tutur Rukhyana.
Sementara itu, Sekretaris Disdik, Pemuda, dan Olahraga Purwakarta H Deddy Efendi berjanji akan mempelajari kejadian itu. Dia berasumsi, tindakan yang dilakukan LM merupakan tanda kasih sayang. ''Ugal-ugalan dengan menaiki mobil tanpa karuan bisa membahayakan jiwa mereka,'' kilahnya. (jawapos.co.id)
Sri Parmini, 49, nenek Aris yang mengurusnya sejak berumur dua tahun, menceritakan bahwa pemukulan terhadap 17 siswa tersebut terjadi Sabtu lalu (14/2). Diduga, guru itu menghukum anak didiknya karena pada Jumat (13/2) siang, ke-17 siswa itu bergerombol menaiki mobil bersamaan setelah pulang sekolah dengan masih mengenakan seragam.
''Semua siswa dipukul dengan sepatu. Kebetulan Aris kali pertama yang dipukul dan paling parah. Akibatnya, Aris mengalami luka bengkak sebesar telur ayam pada pelipis bagian kanan. Selain Aris, anak saya, Rio, kelas I, ikut dipukuli,'' ungkap Sri saat ditemui di rumahnya kemarin (18/2).
Mendengar kabar tak enak, orang tua Aris yang tinggal di luar kota segera menjenguk anaknya. Dan, akibat aksi kejam itu, 7 orang guru, termasuk LM, dan Kasek SMP PGRI mendatangi rumah Aris Selasa (17/2) untuk meminta maaf kepada kedua orang tua dan neneknya.
''Kedatangan mereka untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan. Dan, kami juga tak menuntut apa-apa. Walaupun sebelumnya hati kami sekeluarga sempat kesal dan marah. Tapi, akhirnya kami bisa memaafkan guru itu. Dengan syarat, tak ada aksi kekerasan kembali di sekolah,'' ujar Sri.
Kepala Sekolah SMP PGRI Purwakarta Rukhyana membenarkan adanya aksi pemukulan terhadap 17 siswa yang dilakukan LM. Tapi, staf pengajarnya tak memukul dengan sepatu. Hanya tangan. ''Saya telah menegur keras LM dan dia berjanji kejadian itu tak akan terulang. Hal ini untuk kali pertama dan terakhir. Bahkan, masalah ini telah kami selesaikan secara kekeluargaan," tutur Rukhyana.
Sementara itu, Sekretaris Disdik, Pemuda, dan Olahraga Purwakarta H Deddy Efendi berjanji akan mempelajari kejadian itu. Dia berasumsi, tindakan yang dilakukan LM merupakan tanda kasih sayang. ''Ugal-ugalan dengan menaiki mobil tanpa karuan bisa membahayakan jiwa mereka,'' kilahnya. (jawapos.co.id)
0 komentar :
Posting Komentar