18 Februari 2009

Dukun Cilik Ponari dan Dewi Banyak Kemiripan

Munculnya dukun cilik anyar yang bernama Dewi Sulistyowati (12), langsung menjadi perdebatan baru, khususnya bagi masyarakat Jombang. Masyarakat langsung menggunakan teori gotak, gatik, gatuk (mencocok-cocokkan).

Anwar (42), salah satu warga yang menggunakan teori tersebut menjelaskan, jalur menuju rumah dukun imut Ponari dan rumah dukun cewek imut Dewi hampir sama. Yakni sama-sama melewati embong miring. Rumah dukun cilik Ponari berada sekitar 6 kilometer ke arah barat dari embong miring Jombang, yaitu Dusun Kedungsari kecamatan Megaluh.

Sedangkan rumah dukun cewek Dewi, berada sekitar 6 kilometer ke arah barat dari embong miring Perak, yakni Dusun Pakel Desa Brodot kecamatan Bandar Kedungmulyo.

"Struktur jalan yang dilewati sangat mirip. Hanya saja, rumah Ponari berdinding bambu, tapi kalau rumah Dewi sudah terbuat dari tembok permanen," kata Anwar, warga Desa Brodot, Selasa (17/2).

Bukan hanya itu, Anwar menambahkan, setelah embong miring, saat menuju rumah Ponari akan melewati Pondok Pesantren Denanyar. Kondisi itu juga terjadi pada jalan menuju rumah Dewi. Seusai melewati embong miring Perak, maka akan terlihat Pondok Pesantren Umar Zahid, Semelo.

Rumah dua dukun cilik tersebut, lanjutnya, sama-sama masuk dalam gang kecil dipinggir sawah.

Ramalan senada juga dikatakan Sodikin (36), warga lainnya. Bapak satu anak ini lebih melihat pada batu dan proses penemuannya. Batu milik Ponari dan Dewi sama-sama ditemukan saat hujan. Selain itu, warna dua batu tersebut juga sama, yakni kuning kecoklatan.

Hanya saja, batu temuan Dewi itu tidak pernah diperlihatkan pada khalayak. Untuk sekedar dicelupkan pada air yang dibawa pasien juga tidak pernah.

Slamet (47), bapak Dewi, hanya membacakan doa pada air yang sudah dipersiapkan kemudian diberikan pada pengunjung untuk diminum sebagai obat.

Meskipun demikian, tidak sedikit pula masyarakat yang mencibir kemunculan Dewi yang dikabarkan juga menemukan batu petir yang bisa dijadikan media pengobatan.

Arif Sofyan, salah satunya. Warga kecamatan Perak ini menilai, apa yang dilakukan Slamet adalah menumpang popularitas dukun cilik Ponari. Caranya, dengan menghembuskan isu bahwa anak perempuannya yang bernama Dewi juga menemukan batu serupa.

Yang patut dicurigai, kata Arif, Slamet tidak pernah memperlihatkan batu yang konon ditemukan saat hujan itu. "Dalam mengobati para pasien, batu temuan anaknya itu juga tidak pernah dicelupkan," kata Arif penuh selidik.

Arif berkesimpulan, warga Dusun Pakel Desa Brodot itu hanya ingin mencari uang dengan meniru praktik dukun cilik Ponari. Sebab, selama ini Slamet dikenal sebagai orang yang tidak jelas pekerjaannya.

"Di kampungnya, Slamet memang sudah dikenal sebagai dukun. Jadi apa yang ia lakukan itu hanya sekedar mencari uang," ujar Arif. (inilah.com)

1 komentar :

Blog Watcher mengatakan...

Ketika pelayanan kesehatan buruk dan tak kunjung menyembuhkan luka yang dalam, hanya mendung yang menemani pilu dan getir ini, aku hanya bisa parah bersujud di langit-langit pengharapan.

Hari-hari aku lewati terasa bagai malam tak berkesudahan tanpa adanya suatu kesembuhan. Sementara, mahalnya biaya kesehatan semakin menekan dan menghimpit kehidupanku. Aku hanya bisa terbaring lemas di bawah bayang di tengah terik matahari.

Berhari-hari, hingga berminggu-minggu aku menderita sakit, berbagai obat kugunakan, namun tiada satupun yang membawa kesembuhan. Aku meraung-raung kesakitan. Hingga akhirnya dewata mengilhamkan kepadaku, Ku dengar sayup-sayup suara-Nya bahwa hanya batu bertuahlah yang sanggup mengobati lukaku.

Karena di dorong oleh rasa ingin mendapatkan kesembuhan, walaupun di luar akal sehat, bergegas aku mematuhi, menuju tempat itu…………………

………………………..

………………………..

Itulah kisah malang hidupku, bermunajat mendapat kesembuhan di tengah buruknya pelayanan kesehatan dan mahalnya ongkos pengobatan.

sumber:http://www.asyiknyaduniakita.blogspot.com/

Tulisan Terkait: