Penganiayaan terhadap seorang warga yang dilakukan oleh anggota polisi terjadi di Sumenep, Madura. Korban arogansi aparat ini adalah Ny Satun (55), warga Desa Tambaagung Ares, Kecamatan Ambunten. Akibat penganiayaan itu, 3 gigi depan atas korban prothol.
Pelaku penganiayaan itu yakni anggota Polsek Ambunten Aipda Hasan. Modus penganiayaan it bermula saat korban mengambil air di sumur warga dekat kantor Polsek Ambunten, Jumat (9/1/2009) sore kemarin.
Saat itu, korban mengambil air menggunakan timba. Namun, tiba-tiba pelaku datang dan meminta korban untuk memindahkan timba yang sudah berisi air itu tanpa ada alasan yang jelas.
Korban yang sudah tergolong kurang sehat itu tidak langsung memindahkan timba yang dimaksud. Karena masih berusaha mengambil air untuk mengisi timba yang satunya.
Pelaku kelihatan tidak terima dengan sikap korban. Lalu memukul dan mendorong korban hingga mulutnya terbentur ke bibir sumur dan tersungkur ke tanah.
Saksi mata, Wawan (38), warga setempat mengatakan, saat dipukul korban sudah kehilangan keseimbangan. Lalu didorong dan terjatuh hingga 3 gigi depan atas korban copot.
"Korban sempat semaput (pingsan). Lalu, ditolong oleh warga sekitar," kata Wawan pada wartawan di rumahnya, Desa Tambaagung Ares, Kecamatan Ambunten, Sumenep, Sabtu (10/1/2009).
Korban langsung dilarikan ke pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Ambunten. Sedangkan, pelaku meninggalkan tempat kejadian.
Pihak keluarga korban tidak terima dengan aksi penganiayaan tersebut. Muasam (45), sepupu korban melaporkan kejadian tersebut pada penyidik Polres Sumenep agar dilakukan pengusutan.
"Saya tidak terima dengan penganiayaan yang dilakukan seorang polisi. Apalagi, persoalannya juga tidak jelas," ujar Muasam pada wartawan di Polres Sumenep.
Sementara, Kapolsek Ambunten, Sumenep Iptu Sumaryono membenarkan kejadian tersebut. Bahkan, anggota yang diduga melakukan penganiayaan telah diproses oleh provos. "Pelaku dugaan penganiayaan itu sudah ditangani provos," tegas Sumaryono pada wartawan di Mapolres Sumenep.
Dia mengaku akan membantu pembiayaan korban selama perawatan medis dan berharap keluarganya dapat menempuh jalan damai. "Saya tetap berusaha untuk bisa diselesaikan dengan cara damai," kata Sumaryono (detiksurabaya.com)
Pelaku penganiayaan itu yakni anggota Polsek Ambunten Aipda Hasan. Modus penganiayaan it bermula saat korban mengambil air di sumur warga dekat kantor Polsek Ambunten, Jumat (9/1/2009) sore kemarin.
Saat itu, korban mengambil air menggunakan timba. Namun, tiba-tiba pelaku datang dan meminta korban untuk memindahkan timba yang sudah berisi air itu tanpa ada alasan yang jelas.
Korban yang sudah tergolong kurang sehat itu tidak langsung memindahkan timba yang dimaksud. Karena masih berusaha mengambil air untuk mengisi timba yang satunya.
Pelaku kelihatan tidak terima dengan sikap korban. Lalu memukul dan mendorong korban hingga mulutnya terbentur ke bibir sumur dan tersungkur ke tanah.
Saksi mata, Wawan (38), warga setempat mengatakan, saat dipukul korban sudah kehilangan keseimbangan. Lalu didorong dan terjatuh hingga 3 gigi depan atas korban copot.
"Korban sempat semaput (pingsan). Lalu, ditolong oleh warga sekitar," kata Wawan pada wartawan di rumahnya, Desa Tambaagung Ares, Kecamatan Ambunten, Sumenep, Sabtu (10/1/2009).
Korban langsung dilarikan ke pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Ambunten. Sedangkan, pelaku meninggalkan tempat kejadian.
Pihak keluarga korban tidak terima dengan aksi penganiayaan tersebut. Muasam (45), sepupu korban melaporkan kejadian tersebut pada penyidik Polres Sumenep agar dilakukan pengusutan.
"Saya tidak terima dengan penganiayaan yang dilakukan seorang polisi. Apalagi, persoalannya juga tidak jelas," ujar Muasam pada wartawan di Polres Sumenep.
Sementara, Kapolsek Ambunten, Sumenep Iptu Sumaryono membenarkan kejadian tersebut. Bahkan, anggota yang diduga melakukan penganiayaan telah diproses oleh provos. "Pelaku dugaan penganiayaan itu sudah ditangani provos," tegas Sumaryono pada wartawan di Mapolres Sumenep.
Dia mengaku akan membantu pembiayaan korban selama perawatan medis dan berharap keluarganya dapat menempuh jalan damai. "Saya tetap berusaha untuk bisa diselesaikan dengan cara damai," kata Sumaryono (detiksurabaya.com)
0 komentar :
Posting Komentar