Memasuki pekan ketiga, agresi Israel ke Kota Gaza belum berhenti. Israel terus menggempur kantung-kantung kekuatan Hamas. Hingga Sabtu (17/1) pagi, warga Palestina yang tewas mencapai hampir 1.200 orang. Sementara 5.825 lainnya terluka.
Upaya menghentikan perang juga terus dilakukan. Dari pertemuan darurat Liga Arab yang berlangsung di Doha, Qatar, negara-negara Teluk membekukan hubungan dengan Israel untuk memprotes pertumpahan darah di Gaza.
Namun Mesir dan Arab Saudi justru memboikot pertemuan ini. Kedua negara tersebut memang dianggap sebagai sekutu Amerika Serikat yang terus mendukung agresi Israel.
Pemimpin Hamas Khaled Mashaal yang hadir dalam pertemuan itu menolak proposal gencatan senjata selama 10 hari yang diajukan Mesir. Menurut Khaled Mashaal, konflik di Gaza hanya bisa diselesaikan jika Israel keluar dari Gaza serta pengakuan terhadap negara Palestina.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan kekecewaannya terhadap Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dianggap lamban mengeluarkan resolusi untuk mengakhiri agresi militer di Jalur Gaza. Pemerintah Indonesia melalui duta besarnya di PBB akan terus berupaya mencari cara agar gencatan senjata bisa diwujudkan.
Serangan Israel ke Gaza, bagi warga Palestina seperti Jamal Sulaiman, adalah hukuman kolektif terhadap warga Palestina, bukan hanya Hamas. Israel menghendaki warga Palestina musnah dan tidak menginginkan perdamaian.
Soal senjata Hamas yang digembar-gemborkan mengancam Israel, menurut Jamal, adalah bohong besar. Israel mengisolir warga Gaza sejak setahun lalu jadi tak memiliki senjata. "Roket Hamas adalah roket-roket buatan tangan warga setempat yang jangkauannya tak jauh dari perbatasan," tambah Jamal.
Jamal juga menyebut tuduhan terowongan untuk memasok senjata ke Hamas adalah kebohongan besar. "Yang ada justru terowongan bikinan Israel di bawah Masjidil Aqsha, untuk Merusak bangunan suci umat Islam itu," jelas Jamal. Berita keberadaan terowongan-terowongan tak lain adalah buatan Israel sendiri. (liputan6.com)
Upaya menghentikan perang juga terus dilakukan. Dari pertemuan darurat Liga Arab yang berlangsung di Doha, Qatar, negara-negara Teluk membekukan hubungan dengan Israel untuk memprotes pertumpahan darah di Gaza.
Namun Mesir dan Arab Saudi justru memboikot pertemuan ini. Kedua negara tersebut memang dianggap sebagai sekutu Amerika Serikat yang terus mendukung agresi Israel.
Pemimpin Hamas Khaled Mashaal yang hadir dalam pertemuan itu menolak proposal gencatan senjata selama 10 hari yang diajukan Mesir. Menurut Khaled Mashaal, konflik di Gaza hanya bisa diselesaikan jika Israel keluar dari Gaza serta pengakuan terhadap negara Palestina.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan kekecewaannya terhadap Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dianggap lamban mengeluarkan resolusi untuk mengakhiri agresi militer di Jalur Gaza. Pemerintah Indonesia melalui duta besarnya di PBB akan terus berupaya mencari cara agar gencatan senjata bisa diwujudkan.
Serangan Israel ke Gaza, bagi warga Palestina seperti Jamal Sulaiman, adalah hukuman kolektif terhadap warga Palestina, bukan hanya Hamas. Israel menghendaki warga Palestina musnah dan tidak menginginkan perdamaian.
Soal senjata Hamas yang digembar-gemborkan mengancam Israel, menurut Jamal, adalah bohong besar. Israel mengisolir warga Gaza sejak setahun lalu jadi tak memiliki senjata. "Roket Hamas adalah roket-roket buatan tangan warga setempat yang jangkauannya tak jauh dari perbatasan," tambah Jamal.
Jamal juga menyebut tuduhan terowongan untuk memasok senjata ke Hamas adalah kebohongan besar. "Yang ada justru terowongan bikinan Israel di bawah Masjidil Aqsha, untuk Merusak bangunan suci umat Islam itu," jelas Jamal. Berita keberadaan terowongan-terowongan tak lain adalah buatan Israel sendiri. (liputan6.com)
0 komentar :
Posting Komentar