Warga di Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, geger. Aliran Satria Piningit Weteng Buwono yang dipimpin Agus Imam Solichin membuat warga 'gerah' lantaran diduga melenceng dari ajaran Islam.
Agus memiliki 40 orang pengikut. 12 Pengikut di antaranya anak-anak. Tidak ada kostum yang mencolok dari pengikut aliran ini. Para pengikut aliran ini hanya kompak memakai gelang batu giok warna dan ikat kepala merah putih.
Pria berambut gondrong ini bermarkas di Kebagusan 2 RT 10 RW 06, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Agus memiliki istri Sutari dan 3 anak yakni Fajar alias Putra, Bayu dan Tarti.
Ajaran Agus ini membuat warga terganggu dan melaporkan keluhannya pada Ketua RT setempat, Asmawi. Apalagi nyanyian aliran ini seringkali berisik dan mengganggu ketenangan warga.
"Kami merasa terganggu karena alirannya beda. Tidak pernah salat, lelaki dan perempuan campur. Kadang nyanyi-nyayi yang tidak jelas. Kalau warga tahunya pengajian Islam biasa. Saya sudah tahu sejak tahun 2002, tetapi belum menjabat RT jadi tidak berani melaporkan," kata ketua RT 10, Asmawi, Selasa (27/1/2009) Keluhan yang sama juga disampaikan Titin (36). "Kami terganggu apalagi alirannya seperti itu. Mereka biasanya aktifitasnya malam sampai jam 03.00 WIB pagi. Tiap malam kadang nyayi lagu Cicak Rowo, lagu jawa dan Indonesia Raya," ujar Titin.
"Saya pernah diajak tetapi tahu alirannya seperti itu saya tidak pernah datang lagi," lanjutnya.
Aparat kepolisian dari Polres Jakarta Selatan akhirnya turun tangan dan sempat meminta keterangan Ari dan Tumali, murid kesayangan Agus. Sedangkan Agus hingga kini menghilang dari markasnya sejak Desember 2008.
Pengamatan detikcom, markas aliran sesat ini rumah berlantai 2 seluas 10 meter x 8 meter dengan cat yang didominasi warna merah putih. Biasanya, pengikut aliran ini menggelar pengajian di lantai 1 yang berhias pajangan kaligrafi bergambar Semar. Puluhan gambar mantan Presiden Soekarno tampak dipajang di lantai 2. Ada juga alat-alat musik seperti gitar dan piano. (detiknews.com)
Pria berambut gondrong ini bermarkas di Kebagusan 2 RT 10 RW 06, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Agus memiliki istri Sutari dan 3 anak yakni Fajar alias Putra, Bayu dan Tarti.
Ajaran Agus ini membuat warga terganggu dan melaporkan keluhannya pada Ketua RT setempat, Asmawi. Apalagi nyanyian aliran ini seringkali berisik dan mengganggu ketenangan warga.
"Kami merasa terganggu karena alirannya beda. Tidak pernah salat, lelaki dan perempuan campur. Kadang nyanyi-nyayi yang tidak jelas. Kalau warga tahunya pengajian Islam biasa. Saya sudah tahu sejak tahun 2002, tetapi belum menjabat RT jadi tidak berani melaporkan," kata ketua RT 10, Asmawi, Selasa (27/1/2009) Keluhan yang sama juga disampaikan Titin (36). "Kami terganggu apalagi alirannya seperti itu. Mereka biasanya aktifitasnya malam sampai jam 03.00 WIB pagi. Tiap malam kadang nyayi lagu Cicak Rowo, lagu jawa dan Indonesia Raya," ujar Titin.
"Saya pernah diajak tetapi tahu alirannya seperti itu saya tidak pernah datang lagi," lanjutnya.
Aparat kepolisian dari Polres Jakarta Selatan akhirnya turun tangan dan sempat meminta keterangan Ari dan Tumali, murid kesayangan Agus. Sedangkan Agus hingga kini menghilang dari markasnya sejak Desember 2008.
Pengamatan detikcom, markas aliran sesat ini rumah berlantai 2 seluas 10 meter x 8 meter dengan cat yang didominasi warna merah putih. Biasanya, pengikut aliran ini menggelar pengajian di lantai 1 yang berhias pajangan kaligrafi bergambar Semar. Puluhan gambar mantan Presiden Soekarno tampak dipajang di lantai 2. Ada juga alat-alat musik seperti gitar dan piano. (detiknews.com)
0 komentar :
Posting Komentar