12 Desember 2008

Terganggu Corong Demonstran, SBY Ngamuk

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengamuk lagi gara-gara bising mendengar corong para demonstrasn di depan Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (12/12/2008). Padahal, siang ini SBY baru akan memulai sidang kabinet terbatas dengan para pembantunya.

SBY menunjukkan kemarahannya di depan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi dan sejumlah anggota kabinet lainnya. “Sebelum kita mulai rapat, ada unjuk rasa di depan. Kita tidak bisa bekerja. Apakah loud speaker dengan kekuatan seperti itu dibenarkan,” hardik SBY. Berkemeja panjang biru, SBY pun menumpahkan emosi yang tak bisa dibendung anggota Kabinet Indonesia Bersatu. “Ini satu-satunya negara di dunia yang seolah-olah apapun boleh, begitu?!” ucapnya.

Tidak berhenti di situ saja, SBY pun mempertanyakan perihal pengunjuk rasa yang mempertontonkan pengeras suara yang ‘menggetarkan’ Istana Kepresidenan ini. “Unjuk rasa apa itu tadi? Silakan. Kasihan tidak bisa bekerja semua, keras sekali,” tanya SBY. Tak mendapat jawaban, SBY kembali melempar pertanyaan. “Siapa yang menjaga, siapa yang menangani?” sergah SBY.

Mendapat pertanyaan tersebut, Bambang Hendarso Danuri dengan lugas memberi jawaban lugas.”Siap, Pak!” tukasnya. Jawaban Kapolri seolah melunturkan kemarahan SBY. SBY pun langsung memberi arahan yang juga disaksikan Menko Polhukam Widodo AS, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani dan Kepala Badan Intelijen Negara Syamsir Siregar.

“Kalau tidak ada yang menangai, semua bisa ke istana. Semua bisa dikelola secara sistem,” urainya seraya meminta kameramen yang meliput kemarahan SBY untuk keluar dari ruang pertemuan. “Silakan, keluar!” pinta SBY (surya.co.id)

1 komentar :

Blog Watcher mengatakan...

SBY ANTI NAFAS DEMONSTRASI

Pemimpin yang cerdas adalah pemimpin yag mengetahui bahwa saat ini rakyat sedang menderita dengan segala sesuatu yang ada di dalam kehidupannya.


Dendangan irama Slowfox piringan hitam, selalu engaku dengarkan, tetapi ramai suara speaker corong demonstran malah kau binasakan. Kau bersikap acuh tak acuh terhadap drama kegetiran hidup. Rakyatmu hidup miskin, tak sekalipun menikmanti kegembiraan hidup di alam Indonesia fana. Rakyatmu kini hidup merana!!

Engkau memutuskan untuk memberi batas aturan demonstrasi. Kau anjurkan aku agar demonstrasi tanpa suara, hanya tangis dan senyum yang bebas ku lepaskan dari segala rintihan perih hidup.

Aku tak mengerti apa yang kau inginkan.

Sekali lagi, keputusanmu membuat lukaku semakin dalam.

Selamjutnya, akupun berdemonstrasi dengan diam.

Hanya membayangkan rindu mengerjar cinta, karena semua jauh dari harapan.

sumber: www.asyiknyaduniakita.blogspot.com

Tulisan Terkait: