Nasib TKW (tenaga kerja wanita) asal Indonesia di Arab Saudi memang belum membaik. Bahkan, saat ini, diperkirakan 30 persen TKW dijadikan penjaja seks kepada para hidung belang di negara itu.
Temuan ini disampaikan Wakil Ketua DPR Zaenal Ma'arif kepada detikcom, Kamis (27/1/2004). Zaenal menemukan informasi ini setelah bersama anggota tim pemantau haji DPR lainnya berkunjung ke Riyadh, ibukota Arab Saudi.
Sampai saat ini, Zaenal bersama tim masih di kota itu. Selain bertemu dengan para pejabat KBRI, Zaenal juga melakukan pertemuan dengan sejumlah TKW. Pengakuan-pengakuan pun muncul bahwa para TKW itu dijadikan pelacur oleh PJTKI dan penampung di Arab Saudi.
"Ini memang di luar masalah haji. Tapi, kita sebagai anggota dewan perlu juga mendengar dan mencari informasi-informasi seperti ini," kata Zaenal yang mengaku sempat melihat penampungan-penampungan liar ilegal sebagai tempat penjajaan seks itu.
"Saya betul mengelus-elus dada. Ternyata para TKW yang dikirim ke Arab Saudi, dengan berbagai modus operansi dijadikan pemuas seks di berbagai penampungan tidak resmi," jelas Zaenal.
Penampungan penjajaan seks ini memang dikuasai mafia, terdiri dari warga Indonesia dan juga warga negara lain. "Ini seperti gunung es. Di permukaan hanya terlihat sedikit, tapi di bawahnya sangat parah," kata Zaenal yang mengaku mendapatkan data-data mengenai hal ini.
Setelah dibelokkan menjadi pemuas nafsu seks, kata Zaenal, sejumlah TKW ada yang melarikan diri dan meminta perlindungan KBRI. Zaenal memperkirakan, TKW-TKW yang bernasib buruk seperti ini sekitar 30 persen.
Karena itu, kata dia, pihaknya akan menyampaikan data-data tersebut kepada Komisi IX DPR RI yang menangani ketenagakerjaan, Menaketrans, dan Polri. "Kita berharap agar PJTKI-PJTKI yang melakukan praktek seperti ini dtindak tegas dan keras, karena telah merusak harga diri bangsa," kata mantan politisi PPP yang kini menjadi politisi PBR (Partai Bintang Reformasi) ini.
Menurut Zaenal, PJTKI-PJTKI semacam ini sudah melakukan pemalsuan identitas di Indonesia terhadap para TKW tersebut. "Sebelum menjadikan mereka sebagai penjaja seks, mereka sudah memalsukan identitas di dalam negeri. Selain itu, mereka juga membuatkan paspor palsu untuk mereka. Saya kira ini sudah seperti mafia," jelasnya.
Saat berdiskusi dengan pejabat KBRI di Riyadh, Zaenal juga mendapat informasi bahwa ada staf lokal KBRI yang terlibat praktek seperti ini. "Tapi, staf ini sudah dipecat oleh Pak Maftuh Basyuni (dulu Dubes RI, sekarang menteri agama-Red)," kata dia. (detiksurabaya.com)
Temuan ini disampaikan Wakil Ketua DPR Zaenal Ma'arif kepada detikcom, Kamis (27/1/2004). Zaenal menemukan informasi ini setelah bersama anggota tim pemantau haji DPR lainnya berkunjung ke Riyadh, ibukota Arab Saudi.
Sampai saat ini, Zaenal bersama tim masih di kota itu. Selain bertemu dengan para pejabat KBRI, Zaenal juga melakukan pertemuan dengan sejumlah TKW. Pengakuan-pengakuan pun muncul bahwa para TKW itu dijadikan pelacur oleh PJTKI dan penampung di Arab Saudi.
"Ini memang di luar masalah haji. Tapi, kita sebagai anggota dewan perlu juga mendengar dan mencari informasi-informasi seperti ini," kata Zaenal yang mengaku sempat melihat penampungan-penampungan liar ilegal sebagai tempat penjajaan seks itu.
"Saya betul mengelus-elus dada. Ternyata para TKW yang dikirim ke Arab Saudi, dengan berbagai modus operansi dijadikan pemuas seks di berbagai penampungan tidak resmi," jelas Zaenal.
Penampungan penjajaan seks ini memang dikuasai mafia, terdiri dari warga Indonesia dan juga warga negara lain. "Ini seperti gunung es. Di permukaan hanya terlihat sedikit, tapi di bawahnya sangat parah," kata Zaenal yang mengaku mendapatkan data-data mengenai hal ini.
Setelah dibelokkan menjadi pemuas nafsu seks, kata Zaenal, sejumlah TKW ada yang melarikan diri dan meminta perlindungan KBRI. Zaenal memperkirakan, TKW-TKW yang bernasib buruk seperti ini sekitar 30 persen.
Karena itu, kata dia, pihaknya akan menyampaikan data-data tersebut kepada Komisi IX DPR RI yang menangani ketenagakerjaan, Menaketrans, dan Polri. "Kita berharap agar PJTKI-PJTKI yang melakukan praktek seperti ini dtindak tegas dan keras, karena telah merusak harga diri bangsa," kata mantan politisi PPP yang kini menjadi politisi PBR (Partai Bintang Reformasi) ini.
Menurut Zaenal, PJTKI-PJTKI semacam ini sudah melakukan pemalsuan identitas di Indonesia terhadap para TKW tersebut. "Sebelum menjadikan mereka sebagai penjaja seks, mereka sudah memalsukan identitas di dalam negeri. Selain itu, mereka juga membuatkan paspor palsu untuk mereka. Saya kira ini sudah seperti mafia," jelasnya.
Saat berdiskusi dengan pejabat KBRI di Riyadh, Zaenal juga mendapat informasi bahwa ada staf lokal KBRI yang terlibat praktek seperti ini. "Tapi, staf ini sudah dipecat oleh Pak Maftuh Basyuni (dulu Dubes RI, sekarang menteri agama-Red)," kata dia. (detiksurabaya.com)
0 komentar :
Posting Komentar