Keriangan sejumlah wanita pekerja salon yang biasa melayani pria-pria berkantong tebal, Selasa (9/12) siang, berubah menjadi kepanikan begitu melihat kemunculan sejumlah petugas di tempat mereka bekerja.
Cewek-cewek cantik yang tak menduga bakal adanya razia mendadak jajaran Ditsamapta Polda Kalsel ke salon yang diduga berprofesi ganda, sempat ketakutan. Apalagi ketika petugas langsung mengumpulkan dan menggiring mereka naik ke truk Dalmas yang sudah menunggu di halaman.
“Saya nggak mau naik truk itu pak, ntar saya naik motor saja menyusul,” pinta seorang perempuan berwajah manis yang mengenakan pakaian agak ketat, Selasa (9/12).
Meski begitu rengekan para cewek-cewek yang berparas cantik ini tak dihiraukan petugas. Dengan ramah petugas Unit Reaksi Cepat (URC) Ditsamapta Polda pun tetap meminta mereka naik truk Dalmas.
Sejumlah cewek yang dibawa ke Mapolda merupakan pekerja salon Yuli di Jl Cempaka, Salon Girl di Jl Djok Mentaya, Salon Oktavia di Jl Pandan Sari, Salon Arini di Jl Kacapiring, serta Salon Megasari di Jl Gunung Sari II.
Razia dadakan terhadap salon yang semuanya berada di wilayah Banjarmasin Tengah ini, berawal dari adanya keluhan masyarakat akan maraknya salon-salon berprofesi ganda yang diterima aparat.
Oleh Direktur Samapta Kombes Drs Ndang, keluhan ini langsung ditindaklanjuti. Petugas dipimpin AKBP Heriyadi serta Aipda Acheng Witarsa pun bergerak melakukan penyelidikan ke sejumlah salon yang dicurigai.
Dugaan itu terbuki. Petugas berpakaian preman yang datang ke sejumlah salon sempat ditawari transaksi layanan plus, kencan singkat alias bobok siang.
“Ada yang memberikan harga Rp200 ribu. Bahkan di salon tertentu kita diberikan harga Rp400 ribu. Sempat terjadi tawar menawar lah,” ungkap anggota yang menyamar.
Setelah menemukan bukti tersebut, petugas langsung bergerak bersamaan ke sejumlah salon yang dicurigai. Akhirnya para pekerja salon yang sebagian berpakain ketat digiring ke Mapolda untuk dimintai keterangan.
“Kita mau dibawa ke mana?” tanya satu perempuan muda sambil menutupi wajahnya ketika dibawa naik truk Dalmas.
Pemilik salon Arini, Norhidayati sempat mempertanyakan alasan karyawannya dibawa petugas. Setelah mendapat penjelasan adanya laporan masyarakat tentang salon esek-esek, ibu muda ini pun bersedia ikut petugas guna memberikan penjelasan.
“Tapi di salon saya tidak ada seperti itu, di sini tidak ada,” ungkapnya.
Sementara itu, seorang cewek pekerja Salon Megasari juga sempat membantah pihaknya melakukan aktivitas ganda. “Kalau di salon tidak ada, tapi kalau di luar kita tak tau, itu urusan masing-masing,” ungkapnya sambil tersenyum.
Direktur Samapta Kombes Drs Ndang, melalui Kasat Dalmas AKBP Heriyadi mengatakan kegiatan ini dalam rangka operasi pekat, menyusul laporan akan adanya salon berpraktek ganda atau prostitusi terselubung.
“Untuk proses hukumnya akan kita serahkan ke Poltabes Banjarmasin. Jika terbukti ada unsur pidananya maka akan kita proses,” ungkap Heriyadi. (kompas.com)
Cewek-cewek cantik yang tak menduga bakal adanya razia mendadak jajaran Ditsamapta Polda Kalsel ke salon yang diduga berprofesi ganda, sempat ketakutan. Apalagi ketika petugas langsung mengumpulkan dan menggiring mereka naik ke truk Dalmas yang sudah menunggu di halaman.
“Saya nggak mau naik truk itu pak, ntar saya naik motor saja menyusul,” pinta seorang perempuan berwajah manis yang mengenakan pakaian agak ketat, Selasa (9/12).
Meski begitu rengekan para cewek-cewek yang berparas cantik ini tak dihiraukan petugas. Dengan ramah petugas Unit Reaksi Cepat (URC) Ditsamapta Polda pun tetap meminta mereka naik truk Dalmas.
Sejumlah cewek yang dibawa ke Mapolda merupakan pekerja salon Yuli di Jl Cempaka, Salon Girl di Jl Djok Mentaya, Salon Oktavia di Jl Pandan Sari, Salon Arini di Jl Kacapiring, serta Salon Megasari di Jl Gunung Sari II.
Razia dadakan terhadap salon yang semuanya berada di wilayah Banjarmasin Tengah ini, berawal dari adanya keluhan masyarakat akan maraknya salon-salon berprofesi ganda yang diterima aparat.
Oleh Direktur Samapta Kombes Drs Ndang, keluhan ini langsung ditindaklanjuti. Petugas dipimpin AKBP Heriyadi serta Aipda Acheng Witarsa pun bergerak melakukan penyelidikan ke sejumlah salon yang dicurigai.
Dugaan itu terbuki. Petugas berpakaian preman yang datang ke sejumlah salon sempat ditawari transaksi layanan plus, kencan singkat alias bobok siang.
“Ada yang memberikan harga Rp200 ribu. Bahkan di salon tertentu kita diberikan harga Rp400 ribu. Sempat terjadi tawar menawar lah,” ungkap anggota yang menyamar.
Setelah menemukan bukti tersebut, petugas langsung bergerak bersamaan ke sejumlah salon yang dicurigai. Akhirnya para pekerja salon yang sebagian berpakain ketat digiring ke Mapolda untuk dimintai keterangan.
“Kita mau dibawa ke mana?” tanya satu perempuan muda sambil menutupi wajahnya ketika dibawa naik truk Dalmas.
Pemilik salon Arini, Norhidayati sempat mempertanyakan alasan karyawannya dibawa petugas. Setelah mendapat penjelasan adanya laporan masyarakat tentang salon esek-esek, ibu muda ini pun bersedia ikut petugas guna memberikan penjelasan.
“Tapi di salon saya tidak ada seperti itu, di sini tidak ada,” ungkapnya.
Sementara itu, seorang cewek pekerja Salon Megasari juga sempat membantah pihaknya melakukan aktivitas ganda. “Kalau di salon tidak ada, tapi kalau di luar kita tak tau, itu urusan masing-masing,” ungkapnya sambil tersenyum.
Direktur Samapta Kombes Drs Ndang, melalui Kasat Dalmas AKBP Heriyadi mengatakan kegiatan ini dalam rangka operasi pekat, menyusul laporan akan adanya salon berpraktek ganda atau prostitusi terselubung.
“Untuk proses hukumnya akan kita serahkan ke Poltabes Banjarmasin. Jika terbukti ada unsur pidananya maka akan kita proses,” ungkap Heriyadi. (kompas.com)
0 komentar :
Posting Komentar