Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti mengatakan, Kamis (18/12), pihaknya belum lama ini menemukan sisa aktivitas manusia purba pada masa lalu yang terpendam dalam kubur sekunder di Dusun Sentang, Medak, Bayunglencir, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Di dalam kubur, ditemui sebuah tempayan besar berdiameter hampir 1 meter yang berisi tengkorak kepala manusia purba serta sejumlah perhiasan, periuk gerabah, dan mata tombak. Di situ, tim juga menemukan puluhan periuk gerabah yang diduga sebagai perlengkapan kebutuhan sehari-hari manusia purba masa itu.
Temuan serupa didapati tim, beberapa waktu sebelumnya berupa lima tempayan kubur, manik-manik, dan mata tombak. Temuan tersebut dinamai situs Lebak Bandung yang berlokasi di Jelutung, Kota Jambi. Menurut Nurhadi, ada indikasi bahwa sepanjang kawasan yang tersebar dari Kota Palembang hingga Kota Jambi yang saat ini berjarak sekitar 80 kilometer dari Pantai Timur Sumatera, sebenarnya merupakan hunian manusia purba pantai pada masa itu.
Ketinggian air pada kawasan Delta Berbak di Pantai Timur mencapai hingga 8 meter. Letak kedua kota ini hingga ke hilir di pantai timur memang sangat jauh. Diperkirakan telah terjadi perubahan alam yang mendorong terjadinya proses pengendapan sejak 4.000 tahun lalu. "Proses tersebut mengakibatkan garis pantai kian menjorok ke laut," ujarnya.
Manusia purba pantai timur pada masa lalu memiliki pola hidup berburu ikan atau mamalia. Ini diketahui melalui adanya temuan mata tombak dalam tempayan-tempayan kubur. Sejauh ini tim belum dapat memastikan tipe manusia purba setempat karena yang lebih banyak ditemukan berupa perlengkapan hidup ketimbang sisa tulang dan tengkorak manusia.
Proses migrasi manusia purba dari hilir menuju pedalaman diperkirakan melalui dua akses, yaitu Pantai Timur dan Pantai Barat Sumatera. Akan tetapi, belum diketahui pantai mana yang lebih dahulu menjadi hunian awal manusia purba saat itu. Arkeolog dari Puslitbang Nasional, Bambang Budi Utomo, mengatakan, Kota Jambi dan Palembang pada 4.000 tahun silam lebih tepat disebut daerah rawa, bukan pantai.
Ini terlihat dari hasil temuan tersebut yang mengindikasikan permukiman penduduk yang dibangun dengan tonggak-tonggak kayu. Mereka lebih cocok disebut manusia yang tinggal di daerah rawa walau saat itu jaraknya memang dekat pantai, ujarnya. (kompas.com)
1 komentar :
http://www.formula-bisnis.asia/
Posting Komentar