Gelar Syekh yang selama ini disematkan pada diri Pujiono dinilai kurang tepat. Pasalnya, sebutan ini khusus dipakai untuk memanggil keturunan Nabi Muhammad SAW atau orang yang mendapat gelar guru besar tasawuf.
Demikian disampaikan Pimpinan Pondok Pesantren Thoriqoh Arrosuli, Semarang, Jawa Tengah, Syekh DR (HC) Ahmad Syakir, Kamis (6/11/2008). "Syekh merupakan sebutan bagi keturunan Nabi Muhammad atau orang yang sudah mendapat gelar guru besar di bidang ilmu tasawuf dan thoriqoh," ujarnya.
Sehingga, sambung dia, Pujiono kurang tepat jika dipanggil syekh. Menurut dia, tingkatan lain dari predikat syekh adalah habib dalam arti orang yang penuh kasih sayang.
Meski demikian, ada yang lebih penting lagi, yakni bagaimana pelaksanaan dari predikat tersebut dalam kehidupan sehari-sehari yang bersangkutan. Selain itu, lanjut Ahmad Syakir, beberapa waktu lalu Pujiono pernah mengatakan kepada media massa bahwa dia bukan seorang tokoh agama.
Sementara itu, dari penelurusan koran ini diperoleh informasi bahwa pemberian predikat syekh kepada Pujiono dilakukan kiai-kiai yang dekat dengan dirinya. "Saya sendiri tidak tahu persis kapan Pak Pujiono mulai dipanggil Syekh Puji. Sebab, sebagian besar warga di sini (Desa Bedono) jarang memanggil beliau dengan syekh, cukup Pak Puji saja," kata Kades Bedono Sunadjan.
Dia menambahkan, predikat itu kabarnya diberikan para kiai karena Pujiono sering menyisihkan harta kekayaannya untuk bersedekah. "Saya juga mendengar jika kiai-kiai itu memberikan sebutan syekh karena Pak Puji telah mendermakan hartanya dalam jumlah besar untuk syiar Islam. Jadi, ada orang yang disebut syekh karena tingginya tataran ilmu, hartanya, dan perjuangannya di jalan Allah SWT atau jihad. Kalau persisnya, saya tidak tahu," tambah Sunadjan.
Akhir pekan lalu, sejumlah kiai di Kabupaten Semarang melakukan pembicaraan langsung dengan Syekh Puji. Hasilnya, Syeh Puji bukanlah kiai atau tokoh agama. Sebab, panggilan syekh sudah banyak ditemui di negara-negara Timur Tengah. Itu adalah sebutan bagi pria dewasa.
"Syekh itu masih dibawah ustadz. Syekh Puji bukan kiai atau pengasuh Ponpes Miftahul Jannah. Di ponpes tersebut, Syekh Puji hanya bertindak sebagai pendiri pondok pesantren saja," terang KH Tadzkir. (okezone)
Demikian disampaikan Pimpinan Pondok Pesantren Thoriqoh Arrosuli, Semarang, Jawa Tengah, Syekh DR (HC) Ahmad Syakir, Kamis (6/11/2008). "Syekh merupakan sebutan bagi keturunan Nabi Muhammad atau orang yang sudah mendapat gelar guru besar di bidang ilmu tasawuf dan thoriqoh," ujarnya.
Sehingga, sambung dia, Pujiono kurang tepat jika dipanggil syekh. Menurut dia, tingkatan lain dari predikat syekh adalah habib dalam arti orang yang penuh kasih sayang.
Meski demikian, ada yang lebih penting lagi, yakni bagaimana pelaksanaan dari predikat tersebut dalam kehidupan sehari-sehari yang bersangkutan. Selain itu, lanjut Ahmad Syakir, beberapa waktu lalu Pujiono pernah mengatakan kepada media massa bahwa dia bukan seorang tokoh agama.
Sementara itu, dari penelurusan koran ini diperoleh informasi bahwa pemberian predikat syekh kepada Pujiono dilakukan kiai-kiai yang dekat dengan dirinya. "Saya sendiri tidak tahu persis kapan Pak Pujiono mulai dipanggil Syekh Puji. Sebab, sebagian besar warga di sini (Desa Bedono) jarang memanggil beliau dengan syekh, cukup Pak Puji saja," kata Kades Bedono Sunadjan.
Dia menambahkan, predikat itu kabarnya diberikan para kiai karena Pujiono sering menyisihkan harta kekayaannya untuk bersedekah. "Saya juga mendengar jika kiai-kiai itu memberikan sebutan syekh karena Pak Puji telah mendermakan hartanya dalam jumlah besar untuk syiar Islam. Jadi, ada orang yang disebut syekh karena tingginya tataran ilmu, hartanya, dan perjuangannya di jalan Allah SWT atau jihad. Kalau persisnya, saya tidak tahu," tambah Sunadjan.
Akhir pekan lalu, sejumlah kiai di Kabupaten Semarang melakukan pembicaraan langsung dengan Syekh Puji. Hasilnya, Syeh Puji bukanlah kiai atau tokoh agama. Sebab, panggilan syekh sudah banyak ditemui di negara-negara Timur Tengah. Itu adalah sebutan bagi pria dewasa.
"Syekh itu masih dibawah ustadz. Syekh Puji bukan kiai atau pengasuh Ponpes Miftahul Jannah. Di ponpes tersebut, Syekh Puji hanya bertindak sebagai pendiri pondok pesantren saja," terang KH Tadzkir. (okezone)
0 komentar :
Posting Komentar