30 November 2008

Awas Pembunuh Berbahaya Nomor Satu!

Penyakit jantung dan pembuluh darah yang biasa disebut penyakit kardiovaskular (CVD) menjadi ancaman utama kehidupan manusia dan menempati urutan pertama sebagai penyebab terbanyak kematian di belahan dunia.
"Tahun 2002, CVD menyumbang 17 juta kasus kematian dunia. Sebagaian besar menimpa negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Diperkirakan pada tahun 2020 angka kematian akan membengkak menjadi 20 juta orang," kata Kardiolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr Harmani Kalim di Jakarta, Sabtu.


Ia mengatakan, sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh stroke dan penyakit jantung koroner (CHD). Pada penyakit CHD dalam arteri koroner yang mensuplai darah ke jantung mengalami penyempitan dan beberapa kasus aliran darah terblokir.

"Hal ini menyebabkan darah tidak dapat disalurkan dengan baik ke otot-otot jantung. Apabila oksigen tidak dapat disalurkan dengan baik ke otot-otot jantung, maka jantung akan menjadi lemah dan tidak dapat menyediakan darah ke seluruh bagian tubuh, akibatnya orang tersebut akan meninggal," katanya.

Menurut Harmani, ada faktor resiko penyebab penyakit jantung koroner yang tidak dapat diubah seperti faktor usia, jenis kelamin, ras dan riwayat keluarga.

Namun ada juga faktor resiko yang dapat diubah seperti tingginya kolesterol, perilaku merokok, dan tekanan darah tinggi. Ketiganya ditengarai ikut menyumbang kematian akibat CVD dan tidak boleh diremehkan, katanya.

Penelitian Poluter, merokok dapat meningkatkan resiko CVD 1,6 kali, hipertensi dengan tekanan darah sistolik menyumbang tiga kali resiko dan kolesterol sebesar empat kali. Apabila ketiga faktor resiko tersebut terdapat pada satu orang, maka peluang resikonya membengkak menjadi 16 kali.

Dr Harmani lebih lanjut mengatakan, kolesterol memberikan sumbangan yang sangat signifikan pada terjadinya aterosklerosis. Terdapat dua jenis kolesterol yang harus diketahui yaitu LDL (low density lipoprotein) dan High density lipoprotein), LDL disebut juga kolesterol jahat karena mudah melekat pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak sehingga memicu aterosklerosis (pengerasan dan penyumbatan pembuluh darah).

HDL, ujar Harmani disebut kolesterol baik karena mempunyai sifat antianterogenik (mencegah aterosklerosis), yaitu mengangkut kolesterol dari pembuluh darah atau jaringan lain menuju hati untuk dikeluarkan sebagai asam empedu.

Bila keseimbangan terganggu, kadar LDL cenderung meningkat dan kadar HDL cenderung makin rendah sehingga aterosklrerosis lebih mudah terjadi.

Kadar kolesterol dalam darah dikatakan tinggi bila kadar kolesterol total lebih besar 240mg/dl. Kadar triliserida darah tinggi bila lebih besar dari 200 mg/dl. Kadar kolesterol LDL tinggi bila lebih besar dai 160 mg/dl. Kadar kolesterol HDL rendah bila kurang dari 40 mg/dl.

Menurut Harmani, tingginya faktor resiko akibat dari tingginya kadar kolesterol LDL tersebut telah mendorong sejumlah peneliti untuk mencari berbagai cara mengurangi faktor-faktor resiko itu untuk menurunkan angka kematian akibat serangan jantung koroner, salah satunya menggunakan obat-obatan yang tersedia.

Studi Jupiter yang mengumumkan hasil studi terbaru melibatkan 17.802 pasien di Amerika Serikat terhadap penggunaan rosuvastatin 20 mg menunjukkan obat tersebut mampu menurunkan resiko serangan jantung, stroke dan kejadian kardiovaskular lainnya pada pasien dengan kadar kolesterol dalam darah/LDL-C rendah hingga normal, tetapi memiliki resiko kardiovaskular tinggi.

Hasil studi Jupiter yang disampaikan pada sesi ilmiah American Heart Association Scientific dan diumumkan secara online oleh New England Journal of Medicine di New Orleans, AS memberikan informasi baru tentang efek rosuvastatin terhadap resiko kardio vaskular.

Studi tersebut mengkonfirmasi bahwa rosuvastatin secara dramatis mampu menurunkan kadar kolesterol LDL-C dan telah terbukti hingga 50 persen menurunkan resiko serangan jantung dan stroke pada pasien yang memiliki hsCRP tinggi tetapi kadar kolesterol-nya rendah hingga normal.

Sementara itu, Dr Hermin Sitompul dari Astrazeneca Indonesia, berharap data studi JUPITER bisa mendapatkan izin pemerintah pada pertengahan tahun 2009 dan jika disetujui, maka perusahaan itu akan memulai aktivitas promosi dengan label yang sudah disetujui.

Rosuvastatin telah memiliki ijin edar di lebih dari 95 negara. Di seluruh dunia, hampir 15 juta pasien telah menggunakan rosuvastatin. Data yang diperoleh, baik dari uji coba klinis maupun dari para pengguna di seluruh dunia menyebutkan bahwa profil keamanan rosuvastatin setara dengan statin lain yang beredar di pasaran. (kompas.com)

1 komentar :

Anonim mengatakan...

huhu,,mengerikan,,

Tulisan Terkait: