04 Oktober 2008

Waspadai Ranjau Paku, Hipnotis, dan Pembiusan

Warga Jakarta yang hendak kembali dari berlebaran di kampung halaman diimbau mewaspadai ranjau paku, aksi hipnotis, dan pembiusan. Ketiga kejahatan musiman ini umumnya berlangsung selama Lebaran.

Hari Jumat (3/10), enam pengendara sepeda motor menjadi korban ranjau paku. Setengah jam setelah mendapat laporan para korban, Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Condro Kirono mengerahkan dua kendaraan penyapu ranjau paku, enam belas sepeda motor besar, serta sejumlah mobil Patroli Pengawal (Patwal).

Petugas Patwal, Komisaris Hasan Untoro dan Inspektur Dua A Syafiq, yang ditemui sedang menyapu ranjau paku di sekitar Plaza Semanggi, mengatakan, sudah enam korban ranjau paku mengadu ke polisi sejak pukul 15.45.

Dengan kendaraan khusus penyapu ranjau paku, mereka menyisir jalan dari depan Universitas Atmajaya, menyusuri Jalan Gatot Subroto, sampai ke Jalan HR Rasuna Said dan kembali ke Markas Polda Metro. Kendaraan sejenis, lanjut Condro, juga menyusuri Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat.

Pukul 16.00, enam belas sepeda motor besar Patwal dan sejumlah mobil piket Patwal mulai bergerak dari halaman Polda Metro. ”Delapan sepeda motor saya arahkan ke Bekasi, delapan sepeda motor lainnya ke Jalan Daan Mogot, sedangkan mobil Patwal berkeliling,” katanya.

Lokasi rawan ranjau paku di Jakarta Pusat ada di sekitar Jalan Hasyim Ashari dari pertigaan Jalan Gajah Mada hingga menjelang Jempatan Layang Roxy.

Brigadir Satu Imran NST yang sedang berpatroli menjelaskan, polisi sering memeriksa jalanan untuk mengecek keberadaan ranjau paku. ”Kejahatan lain yang menonjol adalah penjambretan dengan motor di sekitar bekas landas pacu Kemayoran-PRJ,” kata Imran.

Waspadai hipnotis

Kepala Satuan Kejahatan dengan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Fadhil Imran mengimbau masyarakat yang akan kembali ke Jakarta selama masa Lebaran agar berhati-hati menghadapi kemungkinan hipnotis dan pembiusan.

”Sasaran penjahat biasanya orang desa yang hendak kembali ke Jakarta. Mereka, kan, umumnya santun dan tidak berpikir buruk tentang orang yang belum ia kenal. Sikap mereka pasrah dan tidak mau ribut. Para pelaku memanfaatkan perilaku dan sifat korban yang seperti ini,” papar Fadhil.

Untuk menghindari hipnotis dan pembiusan, ia mengingatkan warga agar selama perjalanan jangan melamun, jangan menyendiri, dan mengambil jarak terhadap orang yang belum dikenal di jalan.

”Tolak dengan santun bila ada orang yang belum dikenal menawarkan makanan atau minuman. Ke toilet umum sebaiknya tidak sendirian untuk mencegah penodongan,” kata Fadhil menjelaskan.

Sumber: Kompas

0 komentar :

Tulisan Terkait: