14 Agustus 2008

Rusia Dan Georgia Sepakati Gencatan Senjata

Rusia dan Georgia menyatakan setuju dengan rencana penyelesaian konflik yang diusulkan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy. Elemen kunci dari kesepakatan itu adalah penarikan seluruh pasukan ke titik sebelum pertempuran pecah di Ossetia Selatan pada pekan lalu.

Kesepakatan itu terdiri atas lima poin yang mewajibkan semua pihak untuk menghentikan pertempuran. ”Teks sudah ada. Sudah diterima di Moskwa, sudah diterima di Georgia. Saya telah memegang persetujuan semua pihak,” kata Nicolas Sarkozy, Rabu (13/8).

Presiden Georgia Mikhail Saakashvili menegaskan bahwa kesepakatan damai tidak berkompromi soal integritas teritorial Georgia. Istilah yang diperdebatkan soal ”negosiasi status masa depan” Ossetia Selatan dan Abkhazia, dua provinsi separatis di Georgia, diubah menjadi ”diskusi untuk menjamin keamanan dan stabilitas” di kedua provinsi tersebut.

Kesepakatan damai dicapai beberapa jam setelah Presiden Rusia Dmitry Medvedev memerintahkan penghentian operasi militer di Ossetia Selatan. Georgia menyatakan telah menarik seluruh pasukan di Ossetia Selatan dan mengakhiri serangan atas provinsi tersebut yang dimulai pada 6 Agustus.

Situasi di Ossetia Selatan dan Abkhazia dilaporkan relatif tenang. Di ibu kota Ossetia Selatan, Tskhinvali, suara tembakan sesekali terdengar, tetapi tidak dilaporkan terjadi insiden besar.

Di Moskwa, bendera dikibarkan setengah tiang, menandai hari berkabung atas tewasnya korban saat Rusia mengerahkan tank dan tentara ke Ossetia Selatan untuk menghentikan Georgia yang ingin merebut kembali provinsi itu.

Skeptis

Meskipun gencatan senjata dan kesepakatan damai tercapai, banyak pihak skeptis soal selesainya konflik Rusia-Georgia. Media Rusia meragukan apakah konflik benar-benar usai.

”Masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah kesepakatan yang dicapai Medvedev dan Sarkozy benar-benar mengakhiri aksi militer di Ossetia Selatan,” tulis harian Komsomolskaya.

Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jaap de Hoop Scheffer mengatakan, keputusan Rusia untuk menghentikan operasi militer di Georgia penting, tetapi tidak cukup. Scheffer mendesak agar kedua pihak menarik pasukan ke posisi sebelum konflik.

Tidak lama setelah kesepakatan damai tercapai, Rabu, saksi mata melaporkan, barisan tank dan pasukan bersenjata Rusia terlihat keluar dari kota Gori menuju ke arah Tbilisi.

Di Gori, 75 kilometer dari Tbilisi, warga setempat melaporkan terjadi penjarahan. Tank-tank Rusia juga masih terlihat berpatroli di kota tersebut. Namun, Rusia menyatakan tidak ada lagi pasukan tersisa di Gori.

Beberapa pesawat tempur Abkhazia juga dilaporkan terbang memasuki wilayah udara Georgia, Rabu. Sebuah laporan juga menyebutkan bahwa milisi Ossetia Selatan menjarah dan membakar bangunan milik warga Georgia.

”Sangat jelas bahwa konfrontasi belum selesai,” tulis harian Rusia, Kommersant.

0 komentar :

Tulisan Terkait: