13 Agustus 2008

MISTERI SUPRIYADI DARI SALATIGA

Sejarawan Dr Fx Baskara Tulus Wardaya menilai, kehadiran sosok Andaryoko Wisnuprabu yang mengaku sebagai Supriyadi tidak bisa dipahami semata-mata sebagai sosok pahlawan yang sudah menghilang sekian puluh tahun kemudian muncul lagi. Ia mengharapkan publik memberi kesempatan memberikan ruang baginya memberikan narasi sejarah perjuangan yang pernah ia jalani untuk diceritakan lewat tulisan.


Foto: Supriyadi (Internet)

“Saya berjumpa beliau itu sekitar April 2008 dalam sebuah penelusuran sejarah. Saya ingin mencari pelaku-pelaku baru. Saya kemudian menemukan beliau dan wawancara, belakangan beliau baru mengaku sebagai Supriyadi,” tutur Baskara yang menulis buku buku 'Mencari Supriyadi, Kesaksian Pengawal Utama Presiden' itu.

Dari interaksi dengan Andaryoko alias Supriyadi, Baskara mendapati sesuatu yang berbeda. Menurut dia, beberapa orang yang sebelumnya mengaku sebagai Supriyadi biasanya memiliki beberapa ciri.

Di antaranya, selalu dikaitkan dengan mistis, hanya berpusat pada sosok dirinya, dan tidak bisa mengaitkan sejarah dengan perkembangan pasca kemerdekaan dan zaman kekinian.
“Tetapi Andaryoko ini, sekalipun mungkin saja dia berbohong, namun dia orangnya rasional dan spiritual. Dia bisa mengaitkan sejarah tempo dulu dan sekarang. Ia juga kritis terhadap situasi saat ini,” katanya.

Ia mencontohkan, misalnya narasi mengenai peran pemuda menuju kemerdekaan yang sangat besar. Sebagai pelaku sejarah, Andaryoko menyebut, pemuda pada zamannya sudah memiliki kesadaran politik yang besar. Mereka sadar, pemberontakan yang akan mereka lakukan pada tentara Jepang saat itu pasti tidak ada gunanya karena kalah persenjataan.

“Tapi, toh itu tetap mereka lakukan karena mereka sadar bahwa perjuangan perlu simbol. Mereka melakukan itu karena gundah melihat kekejaman tentara Jepang terhadap rakyat di luar,” urai kepala Pusat Sejarah dan Etika Politik (Pusdep) Universitas Sanata Dharma Jogjakarta itu.

Narasi semacam inilah, lanjut Baskara yang tidak banyak dalam rekaman sejarah produk masa lalu. Apalagi, Andaryoko yang dikenal sebagai tokoh kebudayaan itu juga tak mau sekadar membeber kisah perjuangannya secara lisan. Ia ingin narasi hidupnya ditulis dalam sebuah buku.

Tak Pernah Ketemu
Jika Supriyadi adalah Andaryoko, apakah ia pernah berjumpa sosok Utomo Darmadi, adik tirinya dari Blitar dan memberikan penjelasan ? Baskara menyebut Andaryoko bukan Supriyadi yang tertulis dalam sejarah besar di Blitar. Ia warga Salatiga yang kini tinggal di Jl Mahesa no 101, Pedurungan, Semarang. “Tentu belum ketemu (dengan Utomo, red), karena Andaryoko ini bukan orang Blitar. Dia dari Salatiga,” bebernya.

Andaryoko lahir 23 Maret 1920. Saat masuk PETA, usianya 'dituakan' tiga tahun. “Sehingga ia mengikuti pendidikan tentara saat berusia 25 tahun. Jika dirunut sampai tahun 1945, maka pemberontakan yang dilakukan wajar bisa dilakukan, karena usianya relatif muda,” ungkapnya.
Di rumah Andaryoko yang kini ia tinggali, juga tidak terdapat banyak peninggalan. Saat melarikan diri, sebut Baskara, ia hanya mengenakan satu baju tanpa membawa peralatan lain. “Ia hanya punya foto semasa muda waktu masuk PETA dan sebuah samurai asli tentara Jepang. Katanya, itu milik tentara yang dia bunuh,” ujarnya.

Baskara berpendapat, misteri Supriyadi belum selesai. Kalau Supriyadi yang berasal dari Blitar dianggap lebih asli dari Supriyadi Andaryoko asal Salatiga, ia pun mempertanyakan mengapa pemerintahan Jepang kala itu tidak pernah mengumumkan kematiannya.

“Menjadi kelaziman, tentara republik yang menjadi pemberontak Jepang yang gagal, kalau mati pasti diumumkan. Itu untuk men-discourage (mematahkan) perjuangan tentara lainnya. Tapi kita ingat, sampai sekarang tidak pernah dikabarkan kapan ia mati dan di mana makamnya,” tegasnya.

Andai setelah kemunculan Andaryoko ini muncul polemik, Baskara melihatnya sebagai sesuatu yang positif. Ia mengajak keluarga Supriyadi yang ada di Blitar atau daerah lain atau para sejarawan lain ikut mendiskusikan masalah itu dalam kerangka akademis.

Sumber: www.surya.co.id

0 komentar :

Tulisan Terkait: