21 Januari 2009

Singapura Hadapi Resesi Terburuk

Singapura kini sedang menghadapi resesi terburuk dalam sejarah negara mungil tersebut. Pertumbuhan ekonominya terpangkas tajam di tengah krisis finansial global yang belum juga memperlihatkan tanda-tanda usai.

"Perekonomian Singapura sedang melalui resesi yang paling tajam, dalam dan berkepanjangan," ujar Ravi Menon, Wakil Menteri Perdagangan dan Industri Singapura seperti dikutip dari AFP, Rabu (21/1/2009).

Pemerintah Singapura memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 2-5% di tahun 2009. Selama tahun 2008, perekonomian Singapura diperkirakan hanya tumbuh 1,2% atau turun tajam dibandingkan pertumbuhan ekonomi di tahun 2007 yang sebesar 7,7%.

Secara quarter on quarter, perekonomian Singapura melemah 16,9% selama kuartal IV-2008. Penurunan pada kuartal tersebut lebih tajam ketimbang pada kuartal III-2008 yang turun 5,1% dan 5,5% pada kuartal II-2008.

"Perekonomian menurun tajam pada kuartal keempat," ujar Song Seng Wun, ekonom regional dari CIMB-GK Research.

Singapura pada Oktober lalu menjadi negara Asia pertama yang telah memasuki resesi. Singapura mengikuti negara-negara besar Eropa dan juga Amerika Serikat yang juga mengalami resesi. Padahal Singapura dulunya merupakan salah satu negara Asia Tenggara yang paling kuat dengan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata.

Singapura juga termasuk negara paling makmur di kawasan dilihat dari sisi PDB. Namun ketergantungan Singapura yang besar untuk perdagangan dengan negara lain membuat negara tersebut terkena dampak krisis yang paling parah.

Ekspor non migas kunci (Non-Oil Domestic Export/NODX) turun hingga 7,9% di tahun 2008 setelah sebelumnya tumbuh 2,3% di tahun 2007. NODX diperkirakan merosot hingga 9-11% terutama dipicu oleh lemahnya permintaan produk, khususnya produk elektronik yang merupakan produk ekspor utama Singapura.

"Lemahnya prognosa total perdagangan Singapura untuk tahun 2009 disebabkan oleh memburuknya lingkungan perdagangan global sejak November 2008, terutama penurunan yang signifikan dari permintaan dari partner dagang utama kami," ujar Badan Promosi Perdagangan Singapura (detikfinance.com)

0 komentar :

Tulisan Terkait: