13 Januari 2009

Misteri Perairan Majene, Segitiga Bermuda Indonesia?

LAGI-lagi kecelakaan di perairan Majene membuka awal tahun dengan memakan ratusan korban jiwa. Setelah pada 1 Januari 2007 pesawat AdamAir menyelam dan kemudian menjadi penghuni dasar perairan Majene, kini KM Teratai ikut menemani pendahulunya pada Minggu 11 Januari lalu.

Seperti diberitakan, KM Teratai Prima kandas sekira pukul 04.00 WIB dini hari. Kapal yang berangkat dari Parepare dengan tujuan Samarinda, diprediksi terhempas cuaca buruk. Cuaca buruk dilaporkan datang begitu cepat, sehinggap Kapten KM Teratai tidak sempat mengirimkan tanda pertolongan, juga membuat koordinat kapal tidak diketahui.

Peristiwa yang diketahui sekira setengah hari sesudahnya itu, masih menyisakan ratusan orang penumpang yang hilang. Sejauh ini korban yang berhasil ditemukan sebanyak 35 orang, dengan satu di antaranya meninggal dunia, dari 250 orang penumpang menurut data manifest.

Penyebab kecelakaan ini masih belum bisa dipastikan. Namun pejabat-pejabat terkait menduga kecelakaan dikarenakan dua kemungkinan. Yakni cuaca buruk, atau penumpang berlebih yang diangkut oleh KM Teratai. Namun kedua kemungkinan tersebut, bisa jadi menjadi penyebabnya secara bersamaan.

Jika berdasar data manifest, penumpang KM Teratai saat berangkat berjumlah 250 orang dari daya tampung maksimal berjumlah 500 orang. Jika hal ini benar, maka faktor kelebihan penumpang bisa disingkirkan.

Selanjutnya ditinjau dari cuaca. Pada saat kejadian diketahui, cuaca di Perairan Majene diprakirakan buruk oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) setempat. Namun Kapten dilaporkan, tetap bersikukuh berlayar ke Samarinda. Nahas cuaca buruk pun menggulung KM Teratai.

Ombak besar yang menggulung KM Teratai diceritakan datang secara tiba-tiba bersamaan dengan cuaca buruk, dan disusul dengan angin puting beliung. Sehingga tak ayal, KM teratai terhempas. Beruntung sekitar belasan penumpang yang selamat diketemukan para nelayan pantai Majene. Sehingga bisa mengabarkan peristiwa tersebut ke pihak yang berwajib.

Besarnya jumlah penumpang yang masih dinyatakan hilang, membuat terbentuknya Tim SAR gabungan yang terdiri dari Deplu, KPLP, Polri, TNI AL, dan Basarnas. Setelah penurunan Tim SAR gabungan ini, keberadaan KM Teratai cukup mengejutkan. Karena letak koordinat KM Teratai berdekatan dengan pesawat Boeing 737-400 AdamAir yang bernomor penerbangan DHI 574 pada 1 Januari 2007 silam.

Hal ini diketahui dari letak koordinatnya. KM Teratai berkoordinat 3.52.46 LS dan 118.43.49 BT, sedangkan pesawat AdamAir di koordinat 3.13.92 Lintang Selatan, dan 119.9.17 Bujur Timur.

Sontak keberadaan ini semakin menguatkan mistisme perairan Majene yang disebut-sebut sebagai Segitiga Bermuda-nya Indonesia. Namun secara logis hal ini masih terbantah dengan adanya analisa cuaca buruk yang sedang melanda Perairan Majene.

Pasalnya pada rentang waktu yang sama, muncul embrio Badai Charlotte di Samudera Hindia. Kemunculan badai ini membuat gejolak laut di berbagai wilayah di Indonesia. Badai Charlotte mempengaruhi kecepatan angin. Sehingga menciptakan gelombang hingga berketinggian 3 hingga 5 meter.

Itu masih embrionya, belum biangnya. Kalau biangnya, mungkin puluhan kapal yang saat itu berlayar sudah banyak yang kandas. Fenomena alam tidak mungkin dilawan, seyogya mengenali karakternya untuk dihindari.

Dari peristiwa KM Teratai, kapten kapal sudah diperingatkan adanya cuaca buruk yang tidak memungkinkan kapal melakukan pelayaran. Namun kapten yang bernama Sabir (40), keukeuh untuk berlayar. Pantas saja, kapal berbobot 500 ton tersebut terhempas.

Jadi sementara ini bisa disimpulkan, musibah ini dikarenakan faktor cuaca dan sikap keras kepala manusia. Jadi, masihkah percaya Segitiga Bermuda Majene? (kutipan dari okezone.com)

1 komentar :

Anonim mengatakan...

MNGKIN IT SMUA KUASA DARI TUHAN.....karena kehendaknya tak ADA YG BISA MELAWAN SEKIAN KOMENTAR SAYA

Tulisan Terkait: