Partai Keadilan Sejahtera (PKS) retak. Indikasinya, para petinggi PKS silang pendapat menghadapi kontroversi iklan partai tersebut yang menampilkan Soeharto sebagai pahlawan.
Untuk memperingati Hari Pahlawan, PKS menampilkan sejumlah tokoh nasional dalam iklan yang ditayangkan di TV pada 8-11 November 2008 lalu. Iklan itu menjadi kontroversi karena juga memasukkan mantan Presiden Soeharto sebagai salah satu tokoh guru bangsa dan pahlawan.
Menghadapi kontroversi tersebut, Presiden PKS Tifatul Sembiring meralat dan menyatakan iklan tersebut salah karena beda dari konsep awal. Tifatul juga menegaskan, PKS tidak pernah menganggap ataupun menjadikan Soeharto sebagai pahlawan.
Namun anehnya Sekjen PKS Anis Matta membantahnya. Iklan tersebut menurutnya tetap sesuai dengan konsep semula. Iklan tersebut dibuat dalam rangka rekonsiliasi bangsa.
Perbedaan pandangan soal iklan ini menurut pengamat pilitik dari LIPI Lili Romli merupakan awal keretakan di tubuh partai berazaskan Islam tersebut.
“Ini menunjukkan ada keretakan. Kedua petingginya tidak ada satu pandangan. Kalau dibiarkan, bisa menjadi keretakan serius buat PKS,” ujar Lili Romli dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (13/11).
Lili menyayangkan dibuatnya iklan Soeharto sebagai pahlawan. Menurutnya, di saat masyarakat Indonesia masih belum bisa melupakan kesalahan Soeharto, PKS justru menganggap Soeharto sebagai pahlawan.
“Ini malah kontraproduktif bagi PKS. Di saat orang lagi semangat meminta semua tindakan-tindakan yang dianggap korupsi oleh Soeharto untuk diusut, malah PKS mengiklankan,” sesal Lili.
Dan dengan membuat iklan tersebut, lanjut Lili, PKS malah tampak mencitrakan dirinya sebagai partai yang oportunis. “Dengan pasang iklan itu, tidak menunjukkan PKS pluralis, justru oportunis dan pragmatis,” kata Lili.
Lalu apa yang harus dilakukan PKS? “Kalau sudah diiklankan dan sudah selesai tayang, susah klarifikasi karena iklan sudah keluar. Tapi bagaimana agar dampak iklan tersebut tidak menghancurkan PKS, itu yang harus segera diantisipasi,” pungkasnya.
Perseteruan Petinggi Cuma Soal Teknis, PKS Tegaskan Masih Solid
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) retak. Begitu pandangan pengamat politik melihat silang pendapat petinggi partai Islam itu menghadapi kontroversi iklan yang menampilkan Soeharto sebagai pahlawan. PKS mengakui memang ada perseteruan internal. Tapi, katanya, PKS tetap solid.
“Itu persoalan teknis. Sudah selesai sebenarnya. Karena memang gelar kepahlawanan itu ditentukan presiden,” ujar Ketua Fraksi PKS, Mahfudz Siddiq dalam percakapan dengan detikcom, Kamis (13/11).
Petinggi PKS memang tidak satu kata menghadapi kontroversi iklan Hari Pahlawan yang memunculkan Soeharto sebagai pahlawan. Presiden PKS Tifatul Sembiring menyatakan iklan tersebut salah karena beda dengan konsep. Tifatul pun menegaskan PKS tidak pernah menganggap ataupun menjadikan Soeharto sebagai pahlawan.
Sikap bertolak belakang disampaikan Sekjen PKS Anis Matta dan Ketua FPKS Mahfudz Siddiq. Anis menganggap tidak ada yang salah dengan iklan tersebut. Iklan itu dibuat untuk rekonsiliasi bangsa. Jadi sah saja Soeharto dimasukkan sebagai salah satu tokoh guru bangsa atau pahlawan.
Wasekjen PKS Fahri Hamzah menilai perseteruan Tifatul dan Anis Matta cs tersebut hanya masalah perbedaan pernyataan saja. Ia membantah ada keretakan di tubuh PKS. “Tidak ada, itu hanya perbedaan statement. Tidak ada perbedaan sikap terhadap iklan. Iklan itu keputusan bulat,” bantah Fahri.
Lebih lanjut Fahri mengatakan jika di PKS hingga saat ini masih solid dan tidak ada perpecahan. “Di PKS itu tidak ada akrobat politik. Tidak ada yang liar. Bisa dipecat kalau dia begitu. Yang jelas PKS masih solid,” jelasnya.
Perbedaan statemen yang dikeluarkan oleh Tifatul Sembiring dengan Anis Matta, menurut Fahri hanyalah perbedaan respon ketika ditanyai wartawan. “Itu perbedaan respon. Suatu pertanyaan seketika dijawab, langsung terkirim, dia (Tifatul) mungkin tidak lihat (iklan PKS). Tapi nggak adalah seperti itu (perpecahan),” terang Fahri memcoba meyakinkan.
Iklan Soeharto Turunkan Kredibilitas PKS
Orang Indonesia tidak pernah lupa akan tindakan korupsi yang dilakukan Soeharto. Dan Mengangkat mantan presiden itu dalam iklan justru dinilai akan menurunkan kredibilitas PKS.
“Masyarakat sudah tahu korupsi pada masa Soeharto seperti apa. Korupsi yang sedang diproses ini kan bawaan Soeharto,” kata Ketua Presidium Alumni GMNI Palar Batubara di Istana Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Kamis (13/11).
Palar mengaku tidak habis pikir tentang partai yang bertujuan untuk rekonsiliasi. Masyarakat, menurutnya tidak ingin melihat figur-figur masa lalu, tetapi ingin melihat figur masa depan.
“Golkar saja di mana Pak Harto pernah menjadi dewan pembina tidak pernah mengangkat Pak Harto. Ini saya kira akan mengurangi kredibilitas partai itu,” tandasnya. (hariansib/detikcom)
1 komentar :
www.smsplus.blogspot.com
Posting Komentar