Teror Bom Buku Marak - Teror bom buku terjadi tiga kali dalam kurun waktu yang hampir bersamaan mendadak menjadi perhatian publik di Indonsia. Adapun teror bom buku tersebut dikirim kepada tiga orang yang berbeda.
Yang pertama sekali mendapatkan paket kiriman teror bom buku adalah Ulil Abshar, dimana bom yang dikirim kepadanya akhirnya meledak di kantor Radio KBR 68 H, Utan Kayu Jakarta. Sementara teror bom buku yang kedua dikirim kepada Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BNN Komjen Pol Gories Mere. Bom kedua ini akhirnya dapat dijinakkan oleh tim Gegana.
Teror Bom lainnya dikirim ke umah Ketua Umum Pemuda Pancasila (PP) Japto S Soerjosoemarno di Jl Jalan Benda, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Menurut pengamat intelejen Wawan Purwanto yang dikutip dari detikcom, bahwa peristiwa teror bom yang terjadi dalam kurun tiga kalib dan ditunjukkan kepada perorangan ini berkaitan dengan peristiwa aktual akhir-akhir ini di Indonesia.
"Momentum teror ini sebetulnya tidak mendadak. Saya pikir ini berhubungan erat dengan peristiwa belakangan ini," tutur pengamat intelejen Wawan Purwanto saat dihubungi detikcom, Selasa (23/3/2011) malam.
Menurut Wawan tindakan peneroran selalu memiliki motivasi tertentu. Ramainya desakan pembubaran Ahmadiyah dan panasnya sidang Abu Bakar Baasyir akhir-akhir ini, lanjut dia, bisa menjadi salah satu pemicunya.
"Bisa karena pembubaran Ahmadiyah atau sebab-sebab lain. Semua kemungkinan cukup terbuka," paparnya.
Wawan juga tidak sepakat dengan anggapan teror bom buku ini sebagai pengalihan atas isu besar tertentu. "Tidak sesederhana itulah untuk mengatakan ini pengalihan isu. Kesannya terlalu naif," pungkasnya.
Sementara itu kasus teror bom buku yang tengah marak terjadi, kini sudah ditangani oleh pihak Densus 88.
"Sekarang kasus ini ditangani oleh ahlinya, Densus 88 Anti Teror. Densus dibantu Polda Metro dan Mabes Polri," ujar Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi kepada wartawan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (16/3/2011).
Yang pertama sekali mendapatkan paket kiriman teror bom buku adalah Ulil Abshar, dimana bom yang dikirim kepadanya akhirnya meledak di kantor Radio KBR 68 H, Utan Kayu Jakarta. Sementara teror bom buku yang kedua dikirim kepada Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BNN Komjen Pol Gories Mere. Bom kedua ini akhirnya dapat dijinakkan oleh tim Gegana.
Teror Bom lainnya dikirim ke umah Ketua Umum Pemuda Pancasila (PP) Japto S Soerjosoemarno di Jl Jalan Benda, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Menurut pengamat intelejen Wawan Purwanto yang dikutip dari detikcom, bahwa peristiwa teror bom yang terjadi dalam kurun tiga kalib dan ditunjukkan kepada perorangan ini berkaitan dengan peristiwa aktual akhir-akhir ini di Indonesia.
"Momentum teror ini sebetulnya tidak mendadak. Saya pikir ini berhubungan erat dengan peristiwa belakangan ini," tutur pengamat intelejen Wawan Purwanto saat dihubungi detikcom, Selasa (23/3/2011) malam.
Menurut Wawan tindakan peneroran selalu memiliki motivasi tertentu. Ramainya desakan pembubaran Ahmadiyah dan panasnya sidang Abu Bakar Baasyir akhir-akhir ini, lanjut dia, bisa menjadi salah satu pemicunya.
"Bisa karena pembubaran Ahmadiyah atau sebab-sebab lain. Semua kemungkinan cukup terbuka," paparnya.
Wawan juga tidak sepakat dengan anggapan teror bom buku ini sebagai pengalihan atas isu besar tertentu. "Tidak sesederhana itulah untuk mengatakan ini pengalihan isu. Kesannya terlalu naif," pungkasnya.
Sementara itu kasus teror bom buku yang tengah marak terjadi, kini sudah ditangani oleh pihak Densus 88.
"Sekarang kasus ini ditangani oleh ahlinya, Densus 88 Anti Teror. Densus dibantu Polda Metro dan Mabes Polri," ujar Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi kepada wartawan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (16/3/2011).
0 komentar :
Posting Komentar