Sartono Sodomi 96 Anak - Nama Sartono (33 tahun) akhir-akhir ini mengemuka dimedia massa. Hal ini terkait dengan tuduhan kepadanya yang telah melakukan tindakan pencabulan terhadap 96 orang anak-anak. Pada awal ditangkapnya Sartono dengan tuduhan pencabulan terhadap anak-anak, dia mengaku melakukannya terhadap 36 orang saja. Setelah diusut oleh Polisi ternyata jumlah anak yang dia cabuli jauh dari pengakuan awalnya, yaitu 96 orang.
Dari situs kompas.com yang memberitakan tentang tindakan sodomi yang dilakukan oleh Sartono terhadap 96 orang anak terungkap ketika dia ditangkap oleh pihak polisi setelah sempat melarikan seorang remaja berinisial HR (14 tahun) asal Pulau Harapan, Kepulauan Seribu.
Selama diculik, H disodomi sebanyak 18 kali dan dijual untuk melayani para lelaki homoseksual dengan imbalan Rp 25.000 hingga Rp 50.000 per transaksi.
Menurut keterangan yang diungkapkan oleh Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Metro Kepulauan Seribu Ajun Komisaris Reynold E P Hutagalung yang dikutip dari kompas.com , Rabu (12/1/2011), bahwa selama dua tahun terakhir, tersangka tersangka menyodomi 54 anak dan sebelum tahun 2008 sebanyak 42 anak. Jadi, total jumlah korban sebanyak 96 anak remaja.
Menurut Reynold, dari pengakuan tersangka, hampir seluruh korbannya adalah anak-anak jalanan yang tinggal di sekitar stasiun kereta di Purwakarta, Cikampek, Serang, Bandung, hingga Kampung Bandan di Jakarta Utara. "Pelaku sering melakukan aksinya di gerbong-gerbong kereta rusak," paparnya.
Apa yang membuat dia melakukan perbuatan keji nan bejat itu? Menurut pengakuannya seperti yang dikutip dari vivanews.com, itu karena dia sendiri telah menjadi korban sodomi di usia 13 tahun, di kampung halamannya di Cirebon. Sejak peristiwa itu, kondisi kejiwaan Sartono kecil terganggu. Tanpa disadarinya dia mulai menyukai sesama jenis. "Selain perempuan, saya juga suka sama laki-laki yang lebih muda dari saya," kata Sarton.
Orang yang menyodomi dia sewaktu kecil, sehingga mengidap kelainan seks itu diketahui bernama Radi yang ketika itu berumur 16 dan Nanang, 18 tahun. Sejak itu, perilaku seks Sartono menyimpang. Menginjak umur 16, dia sangat berhasrat melakukan sodomi. "Saya senang melakukannya dengan orang yang lebih muda dari saya," tutur Sartono.
Dari situs kompas.com yang memberitakan tentang tindakan sodomi yang dilakukan oleh Sartono terhadap 96 orang anak terungkap ketika dia ditangkap oleh pihak polisi setelah sempat melarikan seorang remaja berinisial HR (14 tahun) asal Pulau Harapan, Kepulauan Seribu.
Selama diculik, H disodomi sebanyak 18 kali dan dijual untuk melayani para lelaki homoseksual dengan imbalan Rp 25.000 hingga Rp 50.000 per transaksi.
Menurut keterangan yang diungkapkan oleh Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Metro Kepulauan Seribu Ajun Komisaris Reynold E P Hutagalung yang dikutip dari kompas.com , Rabu (12/1/2011), bahwa selama dua tahun terakhir, tersangka tersangka menyodomi 54 anak dan sebelum tahun 2008 sebanyak 42 anak. Jadi, total jumlah korban sebanyak 96 anak remaja.
Menurut Reynold, dari pengakuan tersangka, hampir seluruh korbannya adalah anak-anak jalanan yang tinggal di sekitar stasiun kereta di Purwakarta, Cikampek, Serang, Bandung, hingga Kampung Bandan di Jakarta Utara. "Pelaku sering melakukan aksinya di gerbong-gerbong kereta rusak," paparnya.
Apa yang membuat dia melakukan perbuatan keji nan bejat itu? Menurut pengakuannya seperti yang dikutip dari vivanews.com, itu karena dia sendiri telah menjadi korban sodomi di usia 13 tahun, di kampung halamannya di Cirebon. Sejak peristiwa itu, kondisi kejiwaan Sartono kecil terganggu. Tanpa disadarinya dia mulai menyukai sesama jenis. "Selain perempuan, saya juga suka sama laki-laki yang lebih muda dari saya," kata Sarton.
Orang yang menyodomi dia sewaktu kecil, sehingga mengidap kelainan seks itu diketahui bernama Radi yang ketika itu berumur 16 dan Nanang, 18 tahun. Sejak itu, perilaku seks Sartono menyimpang. Menginjak umur 16, dia sangat berhasrat melakukan sodomi. "Saya senang melakukannya dengan orang yang lebih muda dari saya," tutur Sartono.
0 komentar :
Posting Komentar