FFI 2010 Kisruh - Festival Film Indonesia 2010 atau FFI 2010 dianulis sedang mengalami kekisruhan didalam panitia pelaksana serta jajarannya dalam menjalankan fungsingnya masing-masing. Hal ini adalah kesimpulan yang dilontarkan oleh berbagai pemerhati film, insan film, dan wartawan film yang mengemuka mencermati penundaan pengumuman nominasi film panjang FFI 2010 di Batam, Minggu (28/11) lalu.
Meski Ketua Badan Pertimbangan dan Perfilman Nasional (BP2N) Deddy Mizwar dengan tegas telah mengatakan dialah orang pertama yang paling bertanggung jawab atas banyaknya kekacuan dalam penyelenggaraan FFI 2010 ini. Mulai dari pengumuman delapan film panjang sebagai nominator FFI 2010 oleh Komite Seleksi film panjang. Meski dalam buku panduan FFI 2010 yang telah disusun dan disepakati bersama, tepatnya pada pasal 3 jelas-jelas menyebutkan: sedikit-dikitnya 10 film dan sebanyak-banyak 15 film panjang harus diikutkan dalam nominasi film panjang.
Meski akhirnya, Ketua Komite Festival Film Indoneseia (KFFI) Niniek L. Karim, bersama BP2N akhirnya menambah dua judul film untuk menggenapkan jumlah 10. Tapi pro dan kontra belum berakhir. Karena film Sang Pencerah arahan sutradara Hanung Bramantyo, tetap tidak dimasukkan dalam 10 nominator, dengan alasan, sebagaimana dikatakan Viva Westi sebagai Ketua Komite Seleksi FFI 2010, film yang berkisah tentang perjalanan hidup tokoh Muhamadyah Achmad Dahlan itu, tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan panitia.
Atas dalam bahasanya, Westi yang baru menyutradarai tiga film, dan dua diantaranya film horor kelas tiga itu mengatakan, "Upaya untuk mengangkat biografi orang besar patut dihargai karena banyak memberi inspirasi. Tetapi patut disayangkan, biografi yang dimaksud baru sampai pada penggambaran peristiwa-peristiwa penting yang dialami sang tokoh,". Dia menambahkan, film Sang Pencerah, "Baru sampai pada penggambaran peristiwa-peristiwa penting yang dialami sang tokoh, dan tidak lengkap".
Padahal, sebagaimana dikatakan pemerhati film Yan Widjaja, Sang Pencerah memasukkan sembilan kriteria dari 12 kriteria yang ada sebagai salah satu nominator film terbaik. Diantaranya penyutradaraan, skenario, dan keaktoran. Yan bercuriga, para anggota komite seleksi belum menonton film Sang Pencerah, sehingga lebih suka memasukkan film-film lain, yang notabene secara subyektif dia menilai kualitasnya kalah dengan film Sang Pencerah.
Tak lagi berwibawa
Hingga akhirnya, pengumuman nominasi film panjang yang sedianya digelar di Batam pada Minggu (28/11) lalu, akhirnya benar-benar ditunda, meski telah menelan biaya lebih dari lima miliar rupiah. Dana dibagi rata antara pemerintah daerah Batam, dan Kementrian Budaya dan Pariwisata. Penundaan itu, ditengarai sangat kuat sekali aromanya, karena panitia mendapat desakan untuk memasukkan film Sang Pencerah sebagai salah satu nominatornya.
Lola Amaria, sutradara film Minggu Pagi di Victoria Park, yang menjadi salah satu nominator film panjang di FFI 2010, bersama sembilan film lainnya, tak ayal merasa dipermainkan panitia. Jika pada malam puncak FFI 2010 yang menurut rencana akan disiarkan langsung RCTI mulai pukul 21.30 di Jakarta, pada Senin (6/12) malam nanti, film Sang Pencerah benar-benar dipaksakan panitia menjadi nominator, dia mengancam akan mencabut filmnya dari FFI 2010.
Langkah Lola itu, tampaknya akan diikuti beberapa film lainnya, sebagai bentuk perlawanan atas sikap panitia yang jauh dari profesionalisme. Yang dengan enak dan gampangnya memasukkan, dan menambahkan film-film yang ingin didesakkan menjadi nominator, apapun alasannya. Dengan demikian kredibilitas juri festival menjadi sangat lemah, dan dipertanyakan. Jika sebuah festival apapun labelnya, tidak lagi berwibawa, apa yang bisa diharapkan dari festival itu.
Tidak berlebihan jika Nano Riantiarno, pekerja teater, novelis, dan pemerhati film itu mengatakan FFI 2010 dibusukkan oleh orang film sendiri, karena ketidakpahamannya pada pola kerja penjurian. Hal itu diamini Yan Widjaja, yang menunjuk Komite FFI dibawah pimpinan Niniek L. Karim, dan Labbes Widar sebagai Komite Palaksana FFI 2010 gagap menjalankan tugasnya.
Menurut rencana, pada Jum'at (3/12) ini, Komite FFI akan kembali mengumumkan sepuluh nominasi film panjang FFI 2010. Jika formasi sepuluh nominasi film panjang itu benar-benar berubah, dan memasukkan film Sang Pencerah sebagai salah satu nominatornya, ancaman Lola Amaria bersama Benny Setiawan, yang dua filmnya berjudul Cinta 2 Hati, dan 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, akan benar-benar dilakukan. Demikian juga dengan Chand Parvez Servia sebagai produser yang akan meraik film Sang Pemimpi.
Dan kericuhan yang disebabkan tidak becusnya panita FFI 2010 tampaknya akan semakin panjang, dan melebar. Dan semua ini terjadi, karena sebagaimana dikatakan Yan dan Nano, Komite FFI tidak mempunyai ketegasan, demikian halnya dengan BP2N yang dipimpin Deddy Mizwar, yang tidak mempunyai posisi tawar yang bagus dalam mengarahkan Komite FFI. (Suara Merdeka)
Meski Ketua Badan Pertimbangan dan Perfilman Nasional (BP2N) Deddy Mizwar dengan tegas telah mengatakan dialah orang pertama yang paling bertanggung jawab atas banyaknya kekacuan dalam penyelenggaraan FFI 2010 ini. Mulai dari pengumuman delapan film panjang sebagai nominator FFI 2010 oleh Komite Seleksi film panjang. Meski dalam buku panduan FFI 2010 yang telah disusun dan disepakati bersama, tepatnya pada pasal 3 jelas-jelas menyebutkan: sedikit-dikitnya 10 film dan sebanyak-banyak 15 film panjang harus diikutkan dalam nominasi film panjang.
Meski akhirnya, Ketua Komite Festival Film Indoneseia (KFFI) Niniek L. Karim, bersama BP2N akhirnya menambah dua judul film untuk menggenapkan jumlah 10. Tapi pro dan kontra belum berakhir. Karena film Sang Pencerah arahan sutradara Hanung Bramantyo, tetap tidak dimasukkan dalam 10 nominator, dengan alasan, sebagaimana dikatakan Viva Westi sebagai Ketua Komite Seleksi FFI 2010, film yang berkisah tentang perjalanan hidup tokoh Muhamadyah Achmad Dahlan itu, tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan panitia.
Atas dalam bahasanya, Westi yang baru menyutradarai tiga film, dan dua diantaranya film horor kelas tiga itu mengatakan, "Upaya untuk mengangkat biografi orang besar patut dihargai karena banyak memberi inspirasi. Tetapi patut disayangkan, biografi yang dimaksud baru sampai pada penggambaran peristiwa-peristiwa penting yang dialami sang tokoh,". Dia menambahkan, film Sang Pencerah, "Baru sampai pada penggambaran peristiwa-peristiwa penting yang dialami sang tokoh, dan tidak lengkap".
Padahal, sebagaimana dikatakan pemerhati film Yan Widjaja, Sang Pencerah memasukkan sembilan kriteria dari 12 kriteria yang ada sebagai salah satu nominator film terbaik. Diantaranya penyutradaraan, skenario, dan keaktoran. Yan bercuriga, para anggota komite seleksi belum menonton film Sang Pencerah, sehingga lebih suka memasukkan film-film lain, yang notabene secara subyektif dia menilai kualitasnya kalah dengan film Sang Pencerah.
Tak lagi berwibawa
Hingga akhirnya, pengumuman nominasi film panjang yang sedianya digelar di Batam pada Minggu (28/11) lalu, akhirnya benar-benar ditunda, meski telah menelan biaya lebih dari lima miliar rupiah. Dana dibagi rata antara pemerintah daerah Batam, dan Kementrian Budaya dan Pariwisata. Penundaan itu, ditengarai sangat kuat sekali aromanya, karena panitia mendapat desakan untuk memasukkan film Sang Pencerah sebagai salah satu nominatornya.
Lola Amaria, sutradara film Minggu Pagi di Victoria Park, yang menjadi salah satu nominator film panjang di FFI 2010, bersama sembilan film lainnya, tak ayal merasa dipermainkan panitia. Jika pada malam puncak FFI 2010 yang menurut rencana akan disiarkan langsung RCTI mulai pukul 21.30 di Jakarta, pada Senin (6/12) malam nanti, film Sang Pencerah benar-benar dipaksakan panitia menjadi nominator, dia mengancam akan mencabut filmnya dari FFI 2010.
Langkah Lola itu, tampaknya akan diikuti beberapa film lainnya, sebagai bentuk perlawanan atas sikap panitia yang jauh dari profesionalisme. Yang dengan enak dan gampangnya memasukkan, dan menambahkan film-film yang ingin didesakkan menjadi nominator, apapun alasannya. Dengan demikian kredibilitas juri festival menjadi sangat lemah, dan dipertanyakan. Jika sebuah festival apapun labelnya, tidak lagi berwibawa, apa yang bisa diharapkan dari festival itu.
Tidak berlebihan jika Nano Riantiarno, pekerja teater, novelis, dan pemerhati film itu mengatakan FFI 2010 dibusukkan oleh orang film sendiri, karena ketidakpahamannya pada pola kerja penjurian. Hal itu diamini Yan Widjaja, yang menunjuk Komite FFI dibawah pimpinan Niniek L. Karim, dan Labbes Widar sebagai Komite Palaksana FFI 2010 gagap menjalankan tugasnya.
Menurut rencana, pada Jum'at (3/12) ini, Komite FFI akan kembali mengumumkan sepuluh nominasi film panjang FFI 2010. Jika formasi sepuluh nominasi film panjang itu benar-benar berubah, dan memasukkan film Sang Pencerah sebagai salah satu nominatornya, ancaman Lola Amaria bersama Benny Setiawan, yang dua filmnya berjudul Cinta 2 Hati, dan 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, akan benar-benar dilakukan. Demikian juga dengan Chand Parvez Servia sebagai produser yang akan meraik film Sang Pemimpi.
Dan kericuhan yang disebabkan tidak becusnya panita FFI 2010 tampaknya akan semakin panjang, dan melebar. Dan semua ini terjadi, karena sebagaimana dikatakan Yan dan Nano, Komite FFI tidak mempunyai ketegasan, demikian halnya dengan BP2N yang dipimpin Deddy Mizwar, yang tidak mempunyai posisi tawar yang bagus dalam mengarahkan Komite FFI. (Suara Merdeka)
0 komentar :
Posting Komentar