24 Oktober 2010

Aktivasi Otak Tengah

Aktivasi Otak Tengah - Seminar Aktivasi Otak Tengah kini tengah marak, khususnya diberbagai kota besar di Indonesia. Banyak seminar yang mematok biaya jutaan rupiah. Namun tahukah anda bahwa Aktivasi Otak Tengah itu hanyalah ajang bohongan belaka dan tidak bersifat ilmiah?

Itulah ungkapan yang disampaikan oleh Profesor Syaiful Sagala, seorang Guru Besar dari Universitas Negeri Medan (Unimed). Melalui pemberitaan yang dipublikasikan oleh voa-islam.com, Syaiful Sagala menghimbau kepada seluruh masyarakat yang tinggal di SUmatera Utara agar berhati-hati mengikuti apa yang disebut sebagai program pemberdayaan otak tengah atau yang sering dikenal dengan Aktivasi Otak Tengah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa program Aktivasi Otak Tengah ini kini menjamur di tengah masyarakat. Terkhusus bagi kalangan siswa sekolah. Namun demikian Syaiful menegaskan bahwa program ini sama sekali tidak dikenal dalam dunia pendidikan.

"Dalam dunia pendidikan sama sekali tidak dikenal adanya metode pemberdayaan otak tengah. Lagipula, itu katanya disebut dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa. Tidak ada itu," tutur Syaiful Sagala.

Lagipula, yang saya ketahui otak tengah itu tidak ada dalam anatomi tubuh manusia,’’ papar profesor bidang pascasarjana itu. Dunia pendidikan hanya mengenal tiga metode yang biasa diterapkan, yakni konstruktifisme, efektifisme, dan humanis. Ketiga metode itu diterapkan melalui proses bertahap dan terus menerus, bukan seperti pemberdayaan otak tengah yang cenderung bersifat instan.



Video Pelatihan Aktivasi Otak Tengah

Selain Profesor Sagala, Kepala Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batubara TM Syafii menyatakan, sejauh ini mereka belum menganjurkan siswa untuk mengikuti program itu. Lagipula, belum ada dukungan atau bukti ilmiah kebenaran program pemberdayaan otak tengah itu. "Kalau tidak ilmiah, berarti harus diragukan. Saya tidak mau ada siswa yang ikut program, tetapi kemudian tidak mendapatkan apa-apa dari program," pungkasnya di Limapuluh kemarin.

Selain dari laporan Voa-Islam.com, juga ada laporan lain terkait dengan Aktivasi Otak Tengah dari situs berbahasa Indonesia Radio Nederland yang beralamat di www.rnw.nl.

Dalam laporan Radio Nederland yang mengutip pernyataan Julia Maria van Tiel, pakar anak-anak berbakat khusus yang tinggal di Belanda itu menyebutkan bahwa kejeniusan seorang anak tidak bisa diciptakan begitu saja.

"Ada yang percaya otak bisa diaktivasi sedemikian rupa sampai mencapai tingkat intelegensi yang luar biasa. Itu namanya pseudo science. Jadi mereka menggunakan yang disebut neurofeedback. Terapi itu seperti di Eropa atau Amerika memang ada. Tapi masih dalam bentuk riset. Hasilnya belum ada kesimpulan bahwa otak bisa diaktivasi sedemikian rupa dengan menggunakan alat yang disebut neurofeedback", ujar Julia Maria.

Julia Maria melanjutkan, di Belanda sendiri alat tersebut memang digunakan di klinik-klinik tapi masih dalam bentuk terapi alternatif. Hanya untuk mengajak anak untuk bisa memajukan konsentrasi sementara saja pada waktu dia melakukan sesi-sesi terapi tersebut.

Dalam promosinya lembaga pelatihan itu mengatakan bahwa hal tersebut berdasarkan penelitian ilmiah. Diakui juga oleh lembaga kursus itu sudah diakui di luar negeri. Dan itu menggiurkan sebagian besar orang tua yang memang ingin meningkatkan prestasi anaknya.

Kejeniusan seseorang itu diciptakan sejak lahir dan tidak bisa diciptakan begitu saja. Itu tidak betul dan tidak ilmiah. "Pertama, tidak ada dalam dunia ilmiah melakukan aktivasi otak tengah. Kedua jenius itu tidak bisa didorong. Jenius itu didapatkan dari lahir."

Mengapa kursus-kursus itu bertumbuhan bak jamur di musim hujan. Tidak adakah aturan yang melarang agar kursus itu tersebut dapat dihentikan? Di Indonesia, aku Julia Maria tidak ada lembaga satupun yang bisa digunakan untuk menjadi acuan. Di Belanda sendiri ada dua, yaitu Skepsis dan Kwakzalverij. Lembaga inilah yang mengatakan itu bukanlah scientific. Ini adalah alternatif. Jadi masyarakat akan bisa menentukan saya bisa pergi kemana?

Petisi

Akhirnyalah Julia Maria van Tiel bersama dengan praktisi lainnya mengeluarkan sebuah petisi yang menyatakan bahwa anak jenius tidak dapat diciptakan begitu saja.

Kita mengeluarkan petisi ini sebagai rasa tanggungjawab sebagai kelompok orang tua yang mengetahui sekali apa itu masalah anak jenius. Jadi dengan demikian kita memiliki rasa tanggungjawab sosial kepada sesama orang tua agar orang tua juga jangan sampai terkelabui.

Kendati demikian Hagi, sang trainer tidak menyerah begitu saja. Meskipun sudah diserang tampaknya ia yakin pihaknya berada di jalan yang benar.

0 komentar :

Tulisan Terkait: