Ahmadinejad Keturunan Yahudi - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad ternyata adalah seorang yang keturunan Yahudi dan sudah masuk Islam. Nama keluarga asli Ahmadinejad adalah Sabourjian, dan nama itu berasal dari Yahudi yang berarti "Tukang Tenun"
Terungkapnya Ahmadinejad sebagai seorang berketurunan Yahudi yang kini memeluk islam adalah dari hasil jepretan foto staf kepresidenan saat Ahmadinejad berpose mengangkat paspornya pada pemilu Maret lalu.
"Close up dari paspor itu mengungkap dia sebelumnya dikenal sebagai Sabourijan," demikian pemberitaan yang dilansir detik.com, yang dikutip dari The Daily Telegraf edisi Sabtu (3/10/09).
Catatan singkat yang tertera pada paspor itu menunjukkan bahwa keluarga Sabourjian diduga mengubah namanya menjadi Ahmadinejad ketika mereka memeluk Islam setelah kelahiran Mahmoud, kini presiden.
Sabourjian secara tradisi adalah nama keluarga Yahudi dari sekitar Aradan, tempat kelahiran Mahmoud Ahmadinejad, sebelah tenggara ibukota Teheran. Nama ini berasal dari frasa "Penenun dari Sabour", merujuk pada syal atau selendang Yahudi Tallit di Persia.
Nama Sabourjian juga terdapat dalam daftar nama yang dilestarikan, dikompilasi oleh Departemen Dalam Negeri Iran.
Seorang ahli mengenai Yahudi Iran mengatakan di London bahwa akhiran 'jian' pada nama itu secara khusus menunjukkan bahwa keluarga orangtua Mahmoud dahulu adalah Yahudi taat.
"Dia mengubah namanya atas alasan-alasan agama. Sabourjian adalah nama Yahudi yang terkenal di Iran," ujar ahli, yang juga Yahudi kelahiran Iran dan menetap di London.
Jurubicara kedubes Israel Ron Gidor di London mengatakan bahwa hal itu tidak bisa dikaitkan dengan latarbelakang Ahmadinejad. "Itu bukan sesuatu yang perlu kita bicarakan," ujar Gidor.
"Aspek latarbelakang Ahmadinejad ini menjelaskan banyak hal tentang dia. Setiap keluarga yang beralih ke keyakinan lain mengambil identitas baru dengan mengecam keyakinan lamanya," kata Ali Nourizadeh dari Centre for Arab and Iranian Studies, merujuk sikap tegas Ahmadinejad terhadap Israel.
Sebelumnya harian Trouw di Belanda juga mengungkap eksistensi orang-orang Yahudi di negara-negara Timur Tengah. Mereka mendapat perlindungan berabad-abad, dengan puncaknya saat perburuan dan pengusiran Yahudi dari Spanyol.
Di Maroko bahkan orang-orang Yahudi menjadi penasehat kerajaan hingga sekarang dan warga Yahudi biasa hidup damai bertetangga dengan umat Islam. Keadaan menjadi serba salah dan meruncing mulai tahun 1948 setelah gerakan Zionisme memproklamirkan negara Israel di Palestina. Kaum Yahudi Ortodoks tidak mengakui negara Israel yang dicetuskan kaum Zionis ini.
0 komentar :
Posting Komentar