29 September 2009

Miyabi Didukung Datang Ke Indonesia

Miyabi Didukung Datang Ke Indonesia - Miyabi alias Maria Ozawa bintang film porno asal Jepang yang rencananya akan datang ke Indonesia untuk membintangi film "Menculik Miyabi" yang ditulis oleh Raditya Dika menuai banyak pro dan kontra.


Foto Miyabi Alias Maria Ozawa

Banyak kalangan yang menolak kedatangan Maria Ozawa ke Indonesia untuk membintangi film tersebut, namun banyak juga kalangan sebaliknya yang mendukung Miyabi datang dan bermain film di Indonesia, asalkan tidak melakukan adegan porno didalam film yang kelak akan dibintanginya.

Bedu salah satu pelawak Indonesia mengungkapkan, bahwa sebagian besar pria dewasa di Indonesia sudah pernah menonton adegan Porno Miyabi.

"Semua cowok pasti pernah nonton filmnya," ujar Bedu seperti yang dikutip dari detikhot.com, Senin (28/9/2009).

Bedu mengaku Miyabi merupakan salah satu ikon film porno. Meski anti pornografi dan pornoaksi, ia tetap mendukung kedatangan Miyabi ke Indonesia.

"Asal dia datang dan main film yang nggak pake buka baju ya nggak apa-apa," jelasnya.

Ia pun tidak khawatir kehadiran Miyabi akan merusak moral anak bangsa. Menurutnya, Lembaga Sensor Film sudah memiliki tugas yang jelas saat ini.

Selain pelawak Bedu, Pinkan Mambo salah satu penyanyi Indonesia juga mengungkapkan bahwa kedatangan Miyabi ke Indonesia dinilai dari segi postifnya saja.

"Kalau ke Indonesia nggak main film blue (porno-red) yah nggak masalah yah, aku juga orangnya open mind kok," ujarnya kepada detikhot.com, Senin (28/9/2009).

Sebelumnya Menkominfo juga mendukung kedatangan Miyabi untuk bermain film di Indonesia. Menkominfo, Muhammad Nuh pun punya pendapat sendiri dengan masalah tersebut. Ia mendukung Miyabi asalkan ada syaratnya.

"Kalau dia di Indonesia tidak melakukan kegiatan-kegiatan porno, secara legal tidak bisa dilarang," ungkapnya usai memberikan ceraman dan meresmikan website Madrasah Qudsiyah di Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (26/9/2009).

Nuh pun melihat, bahwa penolakan terhadap Miyabi dari berbagai pihak sebenarnya bukan faktor kebencian, melainkan sebagai seruan moral. "Jadi kita harus menghormati pendapat mereka yang menolak," katanya.

0 komentar :

Tulisan Terkait: