13 Mei 2009

Mahasiswa Kedokteran Asing Akan Dibatasi

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari tak menyukai banyaknya mahasiswa dari luar negeri belajar ilmu kedokteran di negeri ini. Saat di Bandung hari ini, dia meminta Universitas Padjadjaran menghentikan penerimaan mahasiswa kedokteran asing secara bertahap. ”Mulai sekarang, tolong, jatah dokter asing dikurangi,” katanya, Senin (11/5).

Permintaan itu disampaikan Siti Fadilah secara khusus kepada Rektor dan Dekan Fakultas Kedokteran di hadapan para wartawan saat berkunjung ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung. Alasan keberatan menteri, rakyat Indonesia masih banyak yang ingin jadi dokter.

Selain itu, fasilitas rumah sakit yang dipakai mahasiswa kedokteran asing dibiayai oleh uang rakyat. ”Sangat menyakitkan. Kita keluarkan dana dari APBD tapi dipakai calon dokter dari Malaysia,” katanya.

Siti Fadilah menegaskan, dana pendidikan di Indonesia kini sangat banyak. Jadi, perguruan tinggi tidak bisa beralasan kekurangan uang sehingga menggenjot penerimaan mahasiswa dari luar negeri. ”Nanti Malaysia nggak usah bikin fakultas, mendidik dosen, tidak usah membangun sekolah, lebih baik sekolahin di sini,” tandasnya.

Dia juga mengatakan akan berbicara dengan Menteri Pendidikan Nasional. Tujuannya agar aturan yang membolehkan mahasiswa asing kuliah di Indonesia diubah. ”Jadi jangan diturut aja kalau ada aturan dari atas (yang) kira-kira merugikan rakyat, jangan diikutin,” tegasnya kepada Dekan Fakultas Kedokteran Unpad Eri Surahman.

Menurut Eri, jumlah mahasiswa asing di Unpad tak sebanyak sangkaan menteri yang mencapai 20 persen. Jumlah mahasiswa asing di Unpad sekarang hanya 400 orang dari total 38 ribu mahasiswa. ”Antara lain tersebar di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Farmasi,” katanya.

Menanggapi permintaan menteri, dia akan menurutinya. Jumlah mahasiswa asing bakal dikurangi hingga separuhnya pada penerimaan mahasiswa baru 2009. Tiap tahun, kata Eri, Fakultas Kedokteran Unpad rata-rata menerima 100 mahasiswa asing, terutama dari Malaysia.

Dari penelusuran Tempo, sepanjang 2004-2007, fakultas dengan biaya kuliah hingga Rp 100 juta lebih itu menerima 82 hingga 116 mahasiswa asing untuk tingkat sarjana. Sementara mahasiswa asing di program pasca sarjana berkisar 75-150 orang.

Dia mengatakan, masuknya mahasiswa asing memang menjadi dilema. Saat perguruan tinggi diminta agar menjadi world class university, hal itu mengurangi jatah mahasiswa Indonesia. Tapi di sisi lain, kampus yang menerima mahasiswa asing akan diakui dunia internasional. ”Ini bukan karena alasan uang,” ujarnya. (tempointeraktif.com)

0 komentar :

Tulisan Terkait: