Ilmuwan memperkirakan kepercayaan pada obyek supranatural semacam monster atau hantu sudah ada sejak manusia diciptakan. Tapi mengapa manusia percaya pada supranatural?
“Masalahnya sederhana saja mengapa orang mau percaya. Otak manusia selalu mencoba mencari tahu mengapa sesuatu bisa terjadi dan saat alasannya tidak ditemukan kita cenderung membuat penjelasan yang aneh,” kata Brian Cronk profesor psikologi di Missouri Western State University AS.
Pada penelitian 2006, peneliti mendapatkan hasil yang mengejutkan. Kelompok manusia yang paling terpelajar yaitu mahasiswa juga percaya sihir, telepati atau komunikasi dengan orang yang sudah mati. Mereka juga percaya rumah bisa dihuni hantu.
Ilmuwan memperkirakan kepercayaan pada supranatural itu sudah ada sejak manusia diciptakan. “Walaupun sulit untuk pasti, tapi kecenderungan untuk percaya pada paranormal sudah muncul dari zaman dulu. Apa yang berubah adalah isinya. Misalnya saja kini tinggal sedikit orang yang percaya pada peri. Tapi saat kepercayaan pada peri memudar, kepercayaan pada UFO semakin tumbuh,” kata Christopher Bader, sociologis Baylor.
“Itu merupakan kemampuan otak untuk mencari tahu penyebab dan dampaknya. Kemampuan untuk memperkirakan masa depan itu membuat manusia makin pintar, tapi juga memiliki efek samping misalnya saja percaya pada paranormal,” kata Cronk.
“Manusia mulai percaya pada supranatural karena mencoba mencari tahu yang tidak bisa dijelaskan. Ini prosesnya sama dengan kemunculan mitos. Pada saat manusia tidak paham mengapa matahari terbit tiap hari, akhirnya menyimpulkan karena ditarik ke segala penjuru surga dengan kereta kuda,” kata Benjamin Radford, penulis buku mengenai paranormal.
Kepercayaan itu muncul sebelum ilmu modern bisa menjelaskan. Radford mencontohkan, manusia tidak paham bagaimana penyakit bisa menular dari orang ke orang. Mereka tidak tahu bagaimana bayi mati saat lahir, atau mengapa bisa terjadi kekeringan. Manusia akhirya percaya hal itu disebabkan oleh supranatural,” katanya.
“Semua lapisan masyarakat menggunakan supra natural untuk menjelaskan sesuatu yang tidak dipahami. Bahkan untuk saat ini orang percaya bencana atau nasib buruk disebabkan oleh sihir atau kutukan,” kata Radford.
Hantu secara umum merujuk pada kehidupan setelah kematian. Hantu juga dikaitkan dengan roh atau arwah yang meninggalkan badan karena kematian. Definisi dari hantu pada umumnya berbeda untuk setiap agama, peradaban, maupun adat istiadat.
Meskipun secara umum hantu merujuk pada suatu zat yang mengganggu kehidupan duniawi, dalam banyak kebudayaan, hantu tidak didefinisikan sebagai zat yang baik maupun jahat. Sebutan setan, iblis, genderuwo, dan sebagainya, lebih umum digunakan untuk merujuk kepada hantu yang jahat. Sedangkan hantu yang baik yang dianggap mempunyai kemampuan untuk menolong manusia, disebut dengan bermacam nama yang berbeda, seperti sebutan untuk Datuk, Te Cu Kong (penguasa tanah, dalam agama Kong Hu Cu), dan lainnya. Tetapi di dalam kebanyakan agama, meminta hantu untuk membantu manusia adalah dilarang.
Hantu dipercaya keberadaannya oleh hampir semua umat manusia yang mempercayai adanya Tuhan, meskipun hanya sebagian kecil yang mengakui pernah melihat hantu secara langsung. Keberadaan hantu menjadi pro dan kontra di banyak negara maju. Sebagian ilmuwan beranggapan hantu hanyalah ilusi ataupun khayalan mereka yang mempercayainya, sementara sebagian ilmuwan lain berusaha membuktikannya secara ilmiah adanya zat yang terkandung dalam hantu.
Dalam Islam, hantu dikelompokkan sebagai jin yang mengganggu manusia. Setan yang juga tergolong dalam kelompok jin, dan jin dikenali sebagai mahkluk halus yang tinggal di dalam alam lain. Bagaimanapun, kumpulan jin ini boleh memasuki alam manusia. Terdapat jin yang membuat hubungan dengan manusia dan patuh terhadap manusia dengan tujuan menyesatkan manusia seperti merusakkan akidah dan sesama manusia. Persahabatan ini dikenali sebagai saka
Dalam Alkitab, mengacu pada kitab Yesaya dan Wahyu, hantu bisa dirunut asal-usulnya sebagai malaikat berdosa pengikut Lucifer yang jatuh ke bumi. Berdasar kitab Wahyu jumlah mereka disimbolkan sepertiga jumlah bintang. (posmetro-medan.com)
“Masalahnya sederhana saja mengapa orang mau percaya. Otak manusia selalu mencoba mencari tahu mengapa sesuatu bisa terjadi dan saat alasannya tidak ditemukan kita cenderung membuat penjelasan yang aneh,” kata Brian Cronk profesor psikologi di Missouri Western State University AS.
Pada penelitian 2006, peneliti mendapatkan hasil yang mengejutkan. Kelompok manusia yang paling terpelajar yaitu mahasiswa juga percaya sihir, telepati atau komunikasi dengan orang yang sudah mati. Mereka juga percaya rumah bisa dihuni hantu.
Ilmuwan memperkirakan kepercayaan pada supranatural itu sudah ada sejak manusia diciptakan. “Walaupun sulit untuk pasti, tapi kecenderungan untuk percaya pada paranormal sudah muncul dari zaman dulu. Apa yang berubah adalah isinya. Misalnya saja kini tinggal sedikit orang yang percaya pada peri. Tapi saat kepercayaan pada peri memudar, kepercayaan pada UFO semakin tumbuh,” kata Christopher Bader, sociologis Baylor.
“Itu merupakan kemampuan otak untuk mencari tahu penyebab dan dampaknya. Kemampuan untuk memperkirakan masa depan itu membuat manusia makin pintar, tapi juga memiliki efek samping misalnya saja percaya pada paranormal,” kata Cronk.
“Manusia mulai percaya pada supranatural karena mencoba mencari tahu yang tidak bisa dijelaskan. Ini prosesnya sama dengan kemunculan mitos. Pada saat manusia tidak paham mengapa matahari terbit tiap hari, akhirnya menyimpulkan karena ditarik ke segala penjuru surga dengan kereta kuda,” kata Benjamin Radford, penulis buku mengenai paranormal.
Kepercayaan itu muncul sebelum ilmu modern bisa menjelaskan. Radford mencontohkan, manusia tidak paham bagaimana penyakit bisa menular dari orang ke orang. Mereka tidak tahu bagaimana bayi mati saat lahir, atau mengapa bisa terjadi kekeringan. Manusia akhirya percaya hal itu disebabkan oleh supranatural,” katanya.
“Semua lapisan masyarakat menggunakan supra natural untuk menjelaskan sesuatu yang tidak dipahami. Bahkan untuk saat ini orang percaya bencana atau nasib buruk disebabkan oleh sihir atau kutukan,” kata Radford.
Hantu secara umum merujuk pada kehidupan setelah kematian. Hantu juga dikaitkan dengan roh atau arwah yang meninggalkan badan karena kematian. Definisi dari hantu pada umumnya berbeda untuk setiap agama, peradaban, maupun adat istiadat.
Meskipun secara umum hantu merujuk pada suatu zat yang mengganggu kehidupan duniawi, dalam banyak kebudayaan, hantu tidak didefinisikan sebagai zat yang baik maupun jahat. Sebutan setan, iblis, genderuwo, dan sebagainya, lebih umum digunakan untuk merujuk kepada hantu yang jahat. Sedangkan hantu yang baik yang dianggap mempunyai kemampuan untuk menolong manusia, disebut dengan bermacam nama yang berbeda, seperti sebutan untuk Datuk, Te Cu Kong (penguasa tanah, dalam agama Kong Hu Cu), dan lainnya. Tetapi di dalam kebanyakan agama, meminta hantu untuk membantu manusia adalah dilarang.
Hantu dipercaya keberadaannya oleh hampir semua umat manusia yang mempercayai adanya Tuhan, meskipun hanya sebagian kecil yang mengakui pernah melihat hantu secara langsung. Keberadaan hantu menjadi pro dan kontra di banyak negara maju. Sebagian ilmuwan beranggapan hantu hanyalah ilusi ataupun khayalan mereka yang mempercayainya, sementara sebagian ilmuwan lain berusaha membuktikannya secara ilmiah adanya zat yang terkandung dalam hantu.
Dalam Islam, hantu dikelompokkan sebagai jin yang mengganggu manusia. Setan yang juga tergolong dalam kelompok jin, dan jin dikenali sebagai mahkluk halus yang tinggal di dalam alam lain. Bagaimanapun, kumpulan jin ini boleh memasuki alam manusia. Terdapat jin yang membuat hubungan dengan manusia dan patuh terhadap manusia dengan tujuan menyesatkan manusia seperti merusakkan akidah dan sesama manusia. Persahabatan ini dikenali sebagai saka
Dalam Alkitab, mengacu pada kitab Yesaya dan Wahyu, hantu bisa dirunut asal-usulnya sebagai malaikat berdosa pengikut Lucifer yang jatuh ke bumi. Berdasar kitab Wahyu jumlah mereka disimbolkan sepertiga jumlah bintang. (posmetro-medan.com)
0 komentar :
Posting Komentar