Pemerintah Thailand menyatakan, negara dalam kondisi darurat dan membatalkan KTT ASEAN setelah ribuan pemrotes antipemerintah menyerbu lokasi KTT di Pattaya, Sabtu (11/4).
Para pemimpin negara peserta KTT terpaksa dievakuasi dengan helikopter menuju bandara militer untuk menghindari amukan massa.
Para demonstran berseragam merah, yang menuntut Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva mundur, menghancurkan pintu kaca tempat KTT berlangsung. Mereka kemudian memaksa masuk gedung, menjungkir-balikkan meja, meniup terompet, melambaikan bendera Thailand, dan berteriak, "Abhisit mundur!"
Juru bicara Menteri Luar Negeri Thailand, Tharit Charungvat, memastikan semua peserta KTT aman. Sebanyak sembilan pemimpin negara ASEAN masih berada di sebuah hotel di pinggiran Thailand ketika lokasi KTT diserbu pemrotes.
"Pertemuan tidak bisa dilaksanakan. Kami harus mempertimbangkan keamanan para pemimpin (negara)," kata juru bicara pemerintah, Supachai Jaisamuth. "Situasinya sangat keras dan keamanan para pemimpin terancam," tambahnya.
Situasi ini menjadi pukulan telak bagi Abhisit yang berupaya menampilkan kesan situasi kondusif sejak berkuasa dalam pemilihan di parlemen empat bulan lalu menyusul keputusan Mahkamah Konstitusi membubarkan pemerintahan PM Wongchai Wongsawat karena kecurangan pemilu.(kompas.com)
Para pemimpin negara peserta KTT terpaksa dievakuasi dengan helikopter menuju bandara militer untuk menghindari amukan massa.
Para demonstran berseragam merah, yang menuntut Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva mundur, menghancurkan pintu kaca tempat KTT berlangsung. Mereka kemudian memaksa masuk gedung, menjungkir-balikkan meja, meniup terompet, melambaikan bendera Thailand, dan berteriak, "Abhisit mundur!"
Juru bicara Menteri Luar Negeri Thailand, Tharit Charungvat, memastikan semua peserta KTT aman. Sebanyak sembilan pemimpin negara ASEAN masih berada di sebuah hotel di pinggiran Thailand ketika lokasi KTT diserbu pemrotes.
"Pertemuan tidak bisa dilaksanakan. Kami harus mempertimbangkan keamanan para pemimpin (negara)," kata juru bicara pemerintah, Supachai Jaisamuth. "Situasinya sangat keras dan keamanan para pemimpin terancam," tambahnya.
Situasi ini menjadi pukulan telak bagi Abhisit yang berupaya menampilkan kesan situasi kondusif sejak berkuasa dalam pemilihan di parlemen empat bulan lalu menyusul keputusan Mahkamah Konstitusi membubarkan pemerintahan PM Wongchai Wongsawat karena kecurangan pemilu.(kompas.com)
0 komentar :
Posting Komentar