28 Maret 2009

Pasca Nyepi, Muda-mudi Ciuman Massal di Jalan

SEHARI setelah Nyepi, muda-mudi Denpasar bakal bergembira. Hari itu identik dengan ritual omed-omedan (tarik-tarikan) di Sesetan, Denpasar.


Ritual ini sangat menarik karena dibumbui dengan adegan ciuman massal antara wanita dan laki-laki yang diakhiri dengan siraman air.

Ritual ini wajib diikuti oleh para muda-mudi Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar yang digelar di jalan raya, Sesetan, kemarin (27/3). Sekitar 200 muda-mudi warga banjar ini turut serta dalam ritual yang telah berlangsung ratusan tahun. Sebelum omed-medan, para peserta bersembahyang di areal Balai Banjar memohon ritual ini berjalan lancar.

Sedangkan untuk mengantisipasi membludaknya ratusan penonton, ritual ini dijaga pecalang dan polisi. Tampak wisatawan asing berdesakan menyaksikan ritual unik ini. “Saya pernah menonton tapi tetap ingin menyaksikannya karena ini unik,” ujar Stephanie, wisatawan Australia.

Ritual ini digelar dengan aturan, perserta pria berbaris di hadapan kelompok wanita. Begitu aba-aba dimulai, kedua kelompok ini merangsek ke depan.

Mereka pun terlibat adegan tarik-menarik. Tak lama kemudian, wakil terdepan dari kedua kelompok ini berciuman ditengah sorak-sorai penonton.

Adegan memagut bibir ini berkesudahan setelah mereka disiram air oleh panitia. Adegan tersebut berlangsung berulangkali hingga semua peserta mendapatkan bagian.

“Tadinya malu, tapi sekarang senang,” ujar Ketut Wianti. Omed-omedan pun menjadi ajang mencari jodoh para pemuda desa. Banyak pasangan di banjar ini yang menikah setelah terlibat omed-omedan. Ketua Panitia omed-omedan Gede Anindya Perdana Putra mengatakan ritual ini telah berlangsung turun temurun selama ratusan tahun. Adengan ciuman pada ritual ini sebagai simbol menjalin keakraban dan silaturahmi. (posmetro-medan.com)

3 komentar :

Anonim mengatakan...

nyari alasan dan kesempatan aja

Agus CN mengatakan...

Apa sih makna dari catur brata penyepian, jika setelah itu hawa nafsu diumbar kembali dg dalih tradisi ?. Aku heran, Agama yg mengatur tradisi atau tradisi yg mengatur agama ? jadi bingung yg mana tradisi (yg seharusnya ditinggalkan) dan mana yg bernilai agama. Apakah ini aplikasi nilai-nilai agama ?? !! ??

Anonim mengatakan...

apapun bisa melahirkan beribu persepsi. apalagi atas suatu peristiwa atau tradisi. entah nyari alasan atau apapun penilaian sah-sah saja! tradisi yang mengatur agama atau agama yang mengatur tradisi. dibali mayoritas hindu tetapi (maaf) tidak mengadopsi budaya india. bali adalah bali dengan kekayaan tradisi dan agama hindu tak untuk mengubah tradisi tetapi kesadaran. masalah nafsu...itu pribadi sifatnya karena abstrak ! tetapi yang jelas tradisi lahir dengan makna tertentu seperti mengikat penyamabrayaan (persaudaraan). jika suatu tradisi diliat sisi negatifnya (dengan pikiran negatif) akan lahir sesuatu yang negatif dan sebaliknya!

Tulisan Terkait: