Pesan itu ditulis oleh Jonathan Dillon yang memperbaiki jam saku Lincoln di bulan April 1861. Ketika itu perang saudara antara kaum Union di utara yang menentang perbudakan dan kaum Konfederasi di selatan yang mendukung perbudakan baru saja dimulai.
Ketika mendengar berita tentang pertempuran di Fort Sumter, South Carolina, yang menjadi babak pembuka Perang Saudara Amerika, Dillon membuka jam Lincoln dan menuliskan sebuah pesan.
Bunyi pesan yang tersimpan selama 150 tahun itu:
"Jonathan Dillon, April 13-1861, Fort Sumpter [sic] was attacked by the rebels on the above date, J Dillon, April 13-1861, Washington, thank God we have a government, Jonth Dillon."
dan
"Jonathan Dillon, 13 April 1861, Fort Sumpter diserang oleh pemberontak pada tanggal di atas, J Dillon, 13 April 1861, Washington, terimakasih Tuhan kami punya pemerintahan, Jonth Dillon."
Seperti diberitakan CNN, pesan tersebut dibuka Museum Sejarah Amerika, Smithsonian di Washington DC, dan diumumkan hari Selasa waktu Amerika Serikat (10/3) atau Rabu waktu Indonesia (11/3).
Disebutkan bahwa isi pesan yang tertulis di dalam jam tangan Lincoln itu ternyata sedikit berbeda dengan yang selama ini diketahui publik.
Dalam wawancara dengan New York Times di tahun 1906, Dillon mengatakan, begitu mendengar berita mengenai tembakan pertama dalam sejarah Perang Saudara, dia membuka bagian belakang jam saku Presiden Lincoln dan menulis pada dinding metal jam itu:
"The first gun is fired. Slavery is dead. Thank God we have a President who at least will try."
Atau:
"Tembakan pertama telah dilepaskan. Perbudakan telah mati. Terimakasih Tuhan kami memiliki Presiden yang pada akhirnya berusaha."
Lima tahun kemudian, April 1865, Lincoln yang sampai hari ini masih diakui sebagai presiden terbaik Amerika Serikat tewas ditembak oleh John Wilkes Booth saat menyaksikan pertunjukan di Gedung Ford di Washington DC.
Menurut pihak Smithsonian, tidak lumrah seorang tukang jam profesional meninggalkan catatan di bagian dalam jam saku pelanggan mereka.
"Lincoln tidak pernah tahu isi pesan yang selalu dibawanya di dalam saku," kata Direktur Museum Nasional Amerika, Brent D. Glass.
Museum Nasional memutuskan membuka bagian belakang jam saku itu setelah dihubungi oleh salah seorang cicit Dillon, Doug Stilles, yang mendengar cerita tentang pesan di jam saku Lincoln.
Stilles meminta agar Museum Nasional membuka jam itu untuk membuktikan apakah memang benar kakek buyutnya memang meninggalkan pesan di dalam jam saku Lincoln. (kepritoday.com)
0 komentar :
Posting Komentar