06 Februari 2009

Inilah Pro dan Kontra Perempuan Berkalung Sorban

Film Perempuan Berkalung Sorban telah menjadi perbincangan hangat ditengah-tengah masyarakat , dan hal itu juga berimbas di dunia maya (media internet), ada yang pro dan ada yang kontra terhadap keberadaan film tersebut.


Foto: Perempuan Berkalung Sorban (detiknews.com)

Berikut adalah berita-berita pro dan kontra seputar film Perempuan Berkalung Sorban yang dikutip Karo Cyber dari situs portal berita detiknews.com

Film 'Perempuan Berkalung Sorban' Riuh di Dunia Maya

Film 'Perempuan Berkalung Sorban' sedang riuh diperbincangkan di dunia maya. Milis-milis dan blog banyak yang mengangkatnya sebagai tema perbincangan. Ada yang memuji, banyak juga yang mengkritik film besutan Hanung Bramantyo ini.

"Dari trilernya aja saya dah feeling kalo ada 'sesuatu' yg ge sesuai di film ini, ternyata terbukti juga," tulis anggota yang mempunyai nickname maw_sendiri_dulu di forum.detik.com.

Di milis itu dipermasalahkannya kata-kata ayah Annisa, pemeran utama yang dibintangi Revalina S Temat, yang bernama Kiai Hanan.

Kiai Hanan mengatakan bahwa perempuan diharamkan keluar rumah tanpa muhrim bahkan untuk belajar. Selain itu, di film itu digambarkan pula bahwa perempuan dilarang naik kuda.

Dan semua pesan itu disampaikan di pesantren. Tokoh Annisa digambarkan menggugat pesan yang disampaikan ayahnya. Pesan film itu dinilai menyudutkan pesantren yang selama ini menjadi kawah candradimuka calon alim ulama.

"Hanung ini memang belum paham bgt masalah agama, mungkin ia ingin mengulang sukses Ayat-ayat Cinta..tapi malah jadi salah," ujar seorang anggota milis yang mempunyai nama in_the_blue.

Di detikforum, obrolan kontroversi film ini hingga Jumat (6/2/2009) telah mencapai 12 halaman. Blog Hanung sendiri yang menampilkan trailer film ini juga ramai pengunjung. Para pengunjung blog Hanung juga terlibat kontroversi. Ada yang menyanjung, ada pula yang mengkritik.

Selain forum detik dan blog Hanung, kontroversi film dengan bintang Revalina S Temat dan Oka Antara ini juga ramai di blog dan forum milis lainnya.

Imam Besar Istiqlal Serukan Boikot Film Perempuan Berkalung Sorban

Film Perempuan Berkalung Sorban menuai kontroversi. Film ini dinilai telah menyakiti umat Islam dan kalangan pesantren. Imam Besar Masjid Istiqlal Ali Mustafa Yaqub menyerukan agar film besutan sutradara Hanung Bramantyo ini diboikot.

"Saya malah menganjurkan tidak usah nonton aja. Selesai. Karena memang film ini akan dapat menimbulkan salah paham terhadap Islam dan terhadap pesantren," kata Ali Mustafa Yaqub kepada detikcom.

Perempuan Berkalung Sorban menceritakan perlawanan Anissa, seorang santriwati terhadap pengekangan perempuan di pesantren. Dalam film itu, Annisa berkata Islam tidak adil terhadap perempuan. Film menampilkan diskriminasi terhadap perempuan yang dilakukan ulama dengan dalih agama, seperti perempuan tidak boleh jadi pemimpin, perempuan tidak perlu berpendapat dan perempuan tidak boleh keluar rumah tanpa disertai muhrimnya.

Bagi Ali Mustafa Yakub yang juga menjadi Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), ada dua hal yang menyakitkan umat Islam dalam film itu. Pertama, pencitraan Islam yang sangat buruk. Seolah-olah Islam mengajarkan yang tidak sesuai perkembangan zaman, misalnya, seorang perempuan tidak boleh keluar rumah untuk belajar dan sebagainya sesuai dengan mahromnya dan sebagainya itu.

Kedua, penggambaran salah tentang pesantren. "Pencitraan tentang pesantren sangat disayangkan sekali, bahkan saya berani mengatakan itu bukan hanya merusak citra saja tapi memfitnah itu," kata pemimpin Pondok Pesantren Daarus Sunna tersebut.

Tidak hanya memboikot, Ali Mustafa juga meminta film yang diangkat dari novel karya Abidah El Khaleiqy itu ditarik sementara dari peredaran untuk diperbaiki.
Hanung Bramantyo: Imam Istiqlal Kok Ya Lucu

Sutradara Hanung Bramantyo heran atas seruan boikot terhadap film Perempuan Berkalung Sorban. Ia curiga Imam Besar Masjid Istiqlal Ali Mustafa Yakub yang menyerukan pemboikotan itu diprovokasi kelompok yang ingin memfitnah film bertema feminisme tersebut.

"Menurut saya, imam tersebut sepertinya dibawa-bawa oleh masyarakat yang kontra untuk mengikuti pendapat masyarakat yang kontra dengan film tersebut," kata Hanung saat dihubungi detikcom via telepon, Jumat (6/2/2009).

Hanung lantas mempertanyakan sikap Ali Mustafa yang mengeluarkan seruan boikot tapi belum pernah melihat filmnya sendiri. Bagi peraih gelar sutradara terbaik lewat film Brownies itu, film Perempuan Berkalung Sorban tidak menjelek-jelekkan Islam dan Alquran. "Imamnya kok ya lucu, kok tidak menonton filmnya itu tapi kok malah bisa bilang sesat," kritik Hanung.

Menurut Hanung, film yang dibintangi Revalina S Temat dan Oka Antara itu hanya mengkritik laki-laki yang suka memaksakan kehendaknya kepada perempuan dengan dalil Alquran.

"Imam itu hanya ikut omongan orang yang memang ingin memfitnah film ini. Wong dia juga belum nonton filmnya langsung kok," nilai Hanung.

Perempuan Berkalung Sorban menceritakan perlawanan Anissa, seorang santriwati terhadap pengekangan perempuan di pesantren. Dalam film itu, Annisa berkata Islam tidak adil terhadap perempuan. Film menampilkan diskriminasi terhadap perempuan yang dilakukan ulama dengan dalih agama, seperti perempuan tidak boleh jadi pemimpin, perempuan tidak boleh naik kuda, perempuan tidak perlu berpendapat dan perempuan tidak boleh keluar rumah tanpa disertai muhrimnya. Setting film ini rentang tahun 1980-an hingga 1998.

Imam besar masjid Istiqlal Ali Mustafa Yakub menilai film itu mencitrakan Islam sangat buruk dan telah melakukan fitnah terhadap pesantren. Ia menyerukan agar film itu tidak ditonton alias diboikot.

2 komentar :

Anonim mengatakan...

Pro dan kontra yang akan membuat film ini menjadi meledak. Sepertinya sutradara memang tidak salah pilih menangani film ini, karena dipastikan akan meledak dengan segala kontraversinya...

Faizal Mohamad mengatakan...

hmmm...mas hanung bramantyo...sutradara yang berbakat,inovatif dan jeli terhadap lingkungan,khususnya lingkungan pasar.
menyikapi film "PBS" saya siy melihat wajar akan menimbulkan kontra yg begitu keras thd film ini.dilihat dari sisi netral saja.saya lebih bersikap memaklumi sang sutradara,artinya saya lihat latar belakang sang sutradara yang awam thd agama islam itu sendiri,yg padahal dia begitu jelasnya mengangkat film bergenre religi "islam"..sang sutradara hanya mengedepankan sisi dramatis tanpa perhitungan dan kematangan dlm wawasan agama islam.saran saya thd mas bramatyo dan yg lainnya.hati2 dlm berkreasi,tidak hanya mengikuti pasar dan tuntutannya.apalagi mengangkat agama isalm yg HAQ kebenaran dan kesempurnaannya.klo liat film itu berarti ada sesuatu yg salah,kurang, bahkan tdk sempurna agama "islam" itu...ya kan? kan jelas bertolak belakang.berarti pemahaman mas hanung blm sempurna thd islam.ingatlah,kreasi yg tercipta adalah cerminan segala hal ttg sang pencipta.tp saya tetap support mas hanung.tetap exist untuk lebih baik tentunya.semangat trus mas!!bikin film religi yg bnr2 berkualitas mas...!! cayo...!! sy tunggu selalu..!!

Tulisan Terkait: