15 Januari 2009

Tolak Layani Suami Kemaluan Istri Dikoyak



Kasus dugaan kekerasan dalam rumah tangga ini kemarin diterima aparat Polres Deli Serdang. Pengakuan Sumari kepada polisi penyidik, peristiwa terjadi Minggu dinihari 21 Desember 2008. Lama Sumari berpikir baru kemudian melaporkan kasus ini ke polisi.

Pengakuannya kepada polisi penyidik, dinihari itu sekira pukul 2, Supriadi membangunkan tidurnya. Supriadi yang bekerja sebagai supir angkot, mengajaknya berhubungan intim. Lantaran tengah ‘datang bulan’, Sumari pun menolak ajakan suaminya. Agar tak marah, menurut Sumari, penolakan dilakukannya dengan cara halus.

Tapi namanya nafsu sudah di ubun-ubun, meski sudah dijelaskan Sumari, Supriadi terus saja merengek minta dilayani. Namun Sumari tetap tak mau melayani arus bawah pinggang suaminya itu. Penolakan jatah malam ini yang kemudian membuat Supriadi marah besar. Lelaki cungkring itu langsung menekan keras bagian payudara Sumari hingga membuatnya menjerit kesakitan. Seperti tak puas, saat itu juga, dengan kasar dan kuat, Supriadi merentangkan kedua kaki Sumari hingga bagian kemaluannya robek dan pendarahan.

Sumari sontak makin menjerit hingga mengundang perhatian sejumlah tetangganya yang segera datang guna mengetahui peristiwa di rumah Pasutri itu. Begitu para tetangga datang, Sumari makin menangis kesakitan dan dini hari itu juga, dia minta tolong kepada tetangganya agar diantar pulang ke rumah orang tuanya.

Menurut Kasat Reskrim Polres Deli Serdang AKP Ruruh Wicaksono SiK, kasus ini kini ditangai Unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak). Guna penyidikan, pihaknya tengah meminta keterangan beberapa saksi peristiwa itu. Menurut Ruruh, Supriadi terancam dijerat Pasal 45 subsider 46 UU-RI Nomor 23 Tahun 2007 tentang kekerasan dalam rumah tangga. (pasta)

Psikolog: Pengidap Agresif Emosional

DALAM analisis psikolog DR. Emmy MA Psy, Supriadi bukanlah pengidap gangguan jiwa. “Tapi dia punya kelainan mental, kalau ditinjau dari psikologisnya dia memiliki mental yang agresif emosional, mental seperti ini bila keinginannya tidak terpenuhi maka akan tega menyiksa orang yang mengecewakannya, bila dia tidak puas menyiksa orang yang mengecewakannya maka jiwanya tak akan tenang,” kata Emmy pada POSMETRO MEDAN.

Karena itu, imbuh Emmy, Supriadi juga orang-orang yang mengidap mental yang agresif emosional, tak bisa mengendalikan emosinya dengan baik. Karena pikirannya sensitive, mereka sangat tak bisa tersinggung. “Biasanya orang seperti ini sudah terbiasa dengan hal-hal yang keras, seperti pelaku yang pekerjaannya supir angkot yang memang kesehariannya di pasaran, jadi karena tak bisa sabar dia spontan meluapkan keinginannya saja,” jelas Emmy.

“Selain faktor itu,” sambungnya, “faktor agama atau keimanan pun sangat mempengaruhi. Sudah pasti si pelaku kurang kuat imannya. Selanjutnya faktor keluarga atau pola asuh waktu kecil pun sangat mempengaruhi. Bisa jadi si pelaku dididik dari kecil dengan hal-hal yang keras. Dengan demikian sifat-sifat agresif emosional tadi pun hidup di dalam dirinya hingga dia dewasa.” (posmetro-medan.com)

0 komentar :

Tulisan Terkait: